Jika manusia bisa menentukan takdir mereka, mungkin Doyoung akan meminta pada Tuhan agar semua takdir yang dijalaninya berakhir bahagia dan sesuai dengan keinginannya.
Namun, semua hanyalah kata "Andai" belaka. Karena nyatanya, takdir yang ia kira akan berjalan baik seiring berjalannya waktu, malah semakin membuat dirinya maju selangkah demi selangkah ke dalam jurang keputus asa-an.
Bagi ayah dan adiknya, Doyoung hanyalah sampah, pembawa sial, dan tak berguna. Tapi bagi Bunda, Doyoung adalah anugerah terbaik yang Tuhan berikan dan tak ada yang bisa menggantikan posisinya dengan apa pun.
Alasan itulah yang membuat Doyoung sangat menghormati dan menyayangi bunda.
Jika kalian pikir Doyoung hanya menyayangi bunda, maka dugaan kalian salah besar karena Doyoung juga menyayangi ayah dan adiknya. Meskipun terkadang perlakuan dan perkataan mereka kerap kali menyakiti hati dan fisiknya.
Tapi, Doyoung tetaplah Doyoung. Pemuda berhati lembut, dengan senyum yang selalu menghiasi wajah tampannya. Ia tak pernah merasa dendam ataupun benci terhadap orang - orang yang telah menyakitinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bukan hanya ayah dan adiknya saja yang membenci Doyoung, bahkan teman - temannya di sekolah pun membencinya. Tak jarang Doyoung pulang dengan keadaan wajah yang di penuhi oleh luka lebam, rambut acak - acakan, dan baju yang di penuhi oleh noda darah. Keadaan itu sudah menjadi hal yang lumrah bagi Doyoung. Karena apa pun yang Doyoung lakukan selalu saja salah di mata teman - temannya.
Di sekolah, Doyoung hanya mempunyai seorang teman yang bernama Asahi, pemuda pendiam, minim ekspresi dan juga sangat dingin. Sifatnya sangat berbanding terbalik dengan Doyoung yang ramah dan juga hangat.
Meskipun begitu, Asahi adalah orang yang baik dan perhatian. Setiap kali dia melihat Doyoung di rundung ataupun di pukuli, ia adalah satu - satunya orang yang mau menolong Doyoung dan mengobati lukanya.
Doyoung sangat bersyukur dengan takdir yang di jalaninya sekarang, meskipun berat tapi ia selalu mengingat perkataan sang bunda bahwa hidup itu akan terus berputar seperti roda.
Ada kalanya kita sedih, ada kalanya kita pasti bahagia. Ada juga pepatah yang mengatakan
"Berakit - rakit ke hulu, berenang - renang ke tepian. Bersakit - sakit dahulu, bersenang - senang kemudian".
Doyoung yakin, takdir yang di jalaninya akan baik seiring dengan berjalannya waktu.
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡" Dobby, kalo nanti bunda pergi, bunda mau Dobby janji sama bunda. Dobby harus semangat buat jalanin hidup Dobby ke depannya, jangan mudah nyerah apalagi putus asa.
Tetap jadi Dobby yang bunda kenal. Murah senyum, ceria, dan baik hati. Bunda harap Dobby bisa jadi kakak yang baik buat adik Dobby nanti.
Kalo misalkan Dobby kangen sama bunda, Dobby bisa lihat ke atas langit kalo malam hari, bintang yang paling terang, itu bunda. Dobby bisa lihat bunda kapan pun kamu mau. Bunda akan selalu lihat kamu dari atas nanti.
Jadi, kamu gak perlu sedih terus setelah ini. Maaf belum bisa jadi bunda yang baik buat Dobby. Bunda sayang banget sama Dobby." Itu adalah kata - kata terakhir yang bunda ucapkan sebelum pergi meninggalkan Doyoung untuk selama - lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exulansis [✔]
FanfictionExulansis adalah sebutan untuk rasa putus asa yang melanda saat kamu bercerita tentang suatu pengalaman kepada orang lain yang tidak akan bisa memahaminya. Cerita tentang Kim Doyoung yang berusaha untuk membuat adiknya So Junghwan tidak membencinya...