Chapter : 3🐰🐮

267 34 7
                                    

Seperti malam - malam sebelumnya, kini Doyoung tengah duduk di balkon kamarnya, ia sedang mengamati bintang.

Sesuai perkataan bundanya dulu, kalau Doyoung rindu pada bunda maka ia hanya perlu melihat langit dan mencari bintang yang paling terang.

Matanya mengamati hamparan bintang satu – persatu dan mencari bintang dengan sinar yang paling terang.

Doyoung tak pernah bosan melakukan kegiatan ini karena dengan melihat bintang, Doyoung merasa bunda juga tengah melihatnya.









*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*









“Heeh, bangun kamu anak sialan. Cepat buat sarapan untuk saya dan Junghwan. Kamu jangan enak – enakan tidur ya.

Ingat kamu itu harus mengurus rumah ini. Jangan lupa, gara – gara kamu istri saya meninggal.” Ucap ayah kepada Doyoung yang tampak masih tertidur.

Doyoung sebenarnya tidak tidur, ia mendengar apa yang ayahnya katakan, hanya saja hari ini tubuhnya terasa sangat lemas.

Kepalanya pusing, lehernya terasa kaku, mual dan muntah, serta terdapat ruam di tubuhnya. Doyoung tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. 

Dengan langkah yang sangat pelan, Doyoung melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membuat sarapan untuk ayah dan adiknya.

Doyoung tidak ingin ayahnya semakin marah jika ia tidak menuruti perintahnya. 

Seperti biasa, Doyoung akan membuat makanan simpel yang mudah dibuat dan juga tidak memakan banyak waktu, karena Doyoung tidak ingin dia dan Junghwan terlambat untuk pergi ke sekolah.

Hari ini Doyoung akan memasak nasi goreng dengan bahan seadanya yang tersedia di rumah.

Doyoung mulai mengambil bumbu – bumbu untuk membuat nasi goreng. Tak lupa, Doyoung juga menggoreng telur sebagai pelengkap nasi goreng buatannya. 

Setelah di rasa cukup, nasi goreng yang telah selesai di buat itu pun di pindahkan ke mangkuk saji.

Doyoung menatap dengan bangga hasil masakannya. Ia juga tak lupa membuat bekal untuk Junghwan.

Sederhana saja, hanya roti isi selai cokelat serta susu kotak rasa stroberi.

Doyoung juga selalu menambahkan kata – kata penyemangat untuk adiknya yang di tulis dalam sebuah sticky note dan di masukkan ke dalam kotak makan Junghwan.

“Hai Hwannie, hari yang indah. Semoga kamu makan roti yang kakak buat ini ya.”

“Junghwan, kamu harus makan roti ini sampai habis jangan ada yang tersisa. Susunya juga diminum ya adik kecilku. Kakak sayang kamu :v.”

“Junghwan hari ini pelajaran matematika kan? kakak tau karena kakak bertanya pada temanmu yang tinggi itu siapa namanya haruto? Naruto? Entahlah kakak lupa.

"Katanya minggu lalu nilai matematikamu belum tuntas ya? Tenang saja kamu tidak perlu khawatir tetap semangat dan jangan putus asa. Kalau kamu mau, kakak bisa ajarin kamu kok. Dateng aja ke kamar kakak. Kakak pasti bisa bikin Hwannie jadi pinter matematika. Percaya deh.”

“Junghwan, kakak gak tau kamu kenapa, akhir – akhir ini keliatan murung, tapi kakak harap kamu baik – baik aja :).”

Exulansis [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang