Chapter : 5🐰🐮

237 33 1
                                    

HAPPY READING💙🥰👍

Hari ini, ayah ada tugas keluar kota jadi setelah sarapan tadi ayah langsung pergi ke bandara.

Ia sempat berpamitan tapi hanya pada Junghwan.

Mana sudi ayah memberikan tangannya untuk di cium oleh Doyoung.

Junghwan mencium tangan ayah dan memeluknya. Lalu ayah membalas pelukan Junghwan dan mengusap surai kecoklatan Junghwan.

Tak lupa ayah juga memberikan beberapa lembar uang untuk keperluan Junghwan selama kepergiannya.

Bagaimana dengan Doyoung? Sejak kepergian sang bunda ayah sudah tidak peduli lagi terhadap kehidupan Doyoung.

Selama ini Doyoung memenuhi kebutuhannya dari uang hasil kerja paruh waktunya sepulang sekolah.

Doyoung tak pernah mengeluh dengan pekerjaann apa pun yang di jalaninya, dia akan selalu bersyukur asalkan dia bisa dapat uang.

Doyoung biasanya akan menjadi pelayan di sebuah café yang letaknya tak jauh dari sekolah setelah itu dia akan bekerja di sebuah minimarket kecil sebagai seorang kasir.

Memang upah yang di peroleh anak SMA sepertinya tidak terlalu besar, tapi Doyoung selalu memanfaatkan uang yang di perolehnya dengan sebaik mungkin jadi mau tidak mau, cukup tidak cukup, Doyoung harus pintar – pintar menggunakan uangnya.

Seperti sekarang, ayah tidak memberinya uang saku dan sudah pasti tidak ada yang akan membeli kebutuhan rumah.

Untuk masalah seperti ini, biasanya Doyoung akan menggunakan uang hasil kerjanya untuk membeli bahan makanan untuknya dan Junghwan.

Doyoung tidak pernah meminta sedikitpun uang yang di berikan ayah pada Junghwan.

Ia juga tidak pernah meminta langsung pada ayah karena percuma saja ayah pasti tidak akan memberinya uang barang sepeser pun. 







Seperti pagi – pagi biasanya. Doyoung akan pergi ke sekolah dengan berjalan kaki sedangkan Junghwan biasanya akan naik bus atau di jemput oleh temannya.

Jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh jadi Doyoung lebih memilih untuk berjalan kaki selain lebih sehat juga bisa menghemat pengeluaran terlebih sekarang ayahnya sedang keluar kota, jadi Doyoung harus memenuhi kebutuhannya juga kebutuhan Junghwan dengan uangnya. 

Sesampainya di sekolah, Doyoung segera melangkahkan kaki menuju ke kelasnya.

Tapi, di tengah perjalannya ia mendengar suara barang – barang yang berjatuhan dan juga suara orang meminta tolong tapi terdengar sangat pelan juga lirih.

Suara itu berasal dari gudang yang letaknya tepat berada di belakang kelas Doyoung.

Suasana sekolah pun masih cukup sunyi karena memang masih sangat pagi.

Doyoung sengaja datang lebih awal karena hari ini adalah hari piketnya, jadi dia berencana untuk membersihkan kelas sebelum teman – temannya datang.

Tapi, dia malah mendengar suara riuh itu. Karena penasaran, Doyoung pun melangkahkan kakinya mendekati arah suara itu.



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


BRUKK………..

BRAKK………..

BUK, BUK, BUK,………

MATI AJA DEH LO JUNGHWAN

GUE MUAK LIAT MUKA LO

Doyoung yang sudah berada di depan gudang itu. Sebelum ia membuka pintu gudang yang di tutup rapat, ia mendengar suara orang menyebut – nyebut nama Junghwan.

Exulansis [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang