Ramaikan dengan memberikan vote dan komen, biar author makin semangat🤗
“Kenapa lo tiba-tiba nanyain tentang Calvin?” tanya Dewi berpura-pura tidak tahu, padahal tanpa keterangan jelas dari Gita saja Dewi sudah tahu semuanya.
“Gue malu mau ngomong hal ini sama lo, tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang ini, sini gue bisikin!” Gita langsung menarik tubuh Dewi untuk mendekat padanya. Dia mulai berbisik di telinga Dewi dengan pelan dan sedikit malu-malu.
“Gue suka sama Calvin, tapi lo jangan cerita tentang ini sama orang lain, gue malu. Kira-kira dia udah ada pacar belum ya? Gue ragu, cowok sepinter dan seganteng dia pasti udah punya pacar.” Gita berbisik di telinga Dewi.
Sesuai dugaan Dewi sebelumnya, Gita rupanya benar-benar suka pada Calvin. Sesak di dada sudah pasti, tapi Dewi sudah bertekad untuk bisa memusnahkan perasaannya pada Calvin.
‘Wi, lo gak boleh jadi egois, Calvin dan Gita adalah sahabat lo dan sekarang lo tahu kalau ternyata mereka berdua saling suka. Sementara perasaan lo ke Calvin hanya cinta satu arah doang, setidaknya lo harus bantu mereka berdua buat jadian.’ Dewi menasehati dirinya sendiri dalam hati.
“Dia jomblo kok, kalau ternyata dia suka juga sama lo, gimana?” ujar Dewi berterus terang.
“Lo jangan bohong, masa sih dia suka juga sama gue!” pekik Gita merasa tidak percaya, tapi dia juga senang saat mendengar kenyataan Calvin sedang jomblo.
“Ya, udah, kalau lo gak percaya. Gue ngantuk nih, mau tiduran bentar di meja, nanti kalau bel masuk bunyi, lo bangunin gue ya!” pinta Dewi lalu berjalan ke mejanya, dia menaruh tasnya di laci meja. Kemudian Dewi meletakan tangannya di meja lalu menjadikannya bantal untuk memejamkan matanya sejenak sebelum masuk. Sebenarnya Dewi bukannya mengantuk, dia hanya lelah secara batin saja.
***
Siang menjelang sore ini Dewi seperti biasa diantarkan pulang oleh Calvin ke rumahnya. Pada akhirnya Dewi memutuskan untuk membatu kedua sahabatnya menyatukan cinta mereka karena Dewi tidak mau menjadi perempuan jahat yang egois.
“Nih nomer ponselnya Gita, dia masih jomblo dan gue bisa jamin kalau dia juga suka sama lo. Dia suka nonton film romantis, ajakin aja dia nonton ke bioskop, dia paling suka makan makanan jepang atau korea. Gue cuma bisa bantu kaya gini doang, selanjutnya itu urusan kalian berdua.” Dengan menahan sesak dalam dadanya, akhirnya Dewi memberitahu Calvin tentang Gita.
“Dewiiiii … lo baik banget, sumpah!” pekik Calvin begitu senang, dia sampai nyaris memeluk Dewi, tapi langsung di dorong oleh gadis itu.
“Ya, tapi lo gak boleh minta-minta tolong sama gue lagi, urusan pdkt dan sejenisnya, lo urus sendiri!” pekik Dewi.
“Iya, makasih banyak loh, lo emang sahabat terbaik gue!”
Dewi hanya bisa tersenyum kecut kemudian masuk ke rumahnya, dia paham kalau lebih baik dirinya menahan sakit ini sendiri. Dewi hanya bisa berharap perasaan satu arahnya akan segera berakhir. Pada akhirnya Dewi menyibukan diri untuk belajar. Pada dasarnya Dewi tidak mau melupakan kewajibannya untuk belajar.
“Gue harus semangat belajar karena itu kewajiban gue sebagai seorang pelajar. Gue gak boleh kepikiran cinta-cintaan gak penting yang pada akhirnya hanya bisa mengacaukan konsentrasi sekolah gue. Ternyata jatuh cinta itu ngerepotin banget, capek gue galau-galau.” Dewi menaruh tas sekolahnya di meja, dia kemudian mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.
Setelahnya dia mengambil makan, lalu sesuai rencana awalnya, Dewi berencana lebih menyibukan diri untuk belajar dari pada menggalau yang tidak penting.
“Mama sama papa udah kerja capek-capek buat sekolahin gue, harusnya gue tahu diri. Gue harus belajar, gue harus tahu diri, dan gue harus berprestasi biar orang tua gue bangga. Biar usaha keras orangtua gue buat biayain sekolah gak sia-sia!” tekad Dewi penuh semangat.
Dewi belajar sampai akhirnya lelah dan memutuskan untuk beristirahat, sebelum tidur tentu saja Dewi menyiapkan segala keperluan untuk sekolah besok. Selama Dewi belajar, dia mematikan data ponselnya agar tidak terganggu.
***
“Wi, kok dari semalem lo gak online sih? Kouta lo abis? Gak biasa-biasanya offline soalnya. Gue beliin yang unlimited ya, nanti nunggu sampai sekolah dulu, si Tia kan jualan pulsa sama kouta.” Calvin yang baru datang untuk menjemput Dewi langsung menodong gadis itu dengan pertanyataan mengapa semalaman Dewi tidak online.
“Gak perlu, kouta gue masih ada kok, lagian gue juga punya duit kali kalau cuma buat beli kouta. Semalem gue lagi konsentrasi belajar dan lagi gak mau diganggu, jadi mulai hari ini kayanya gue bakal jarang aktif disosial media.” Dewi memberikan penjelasan.
“Wih, rajin banget lo! Padahal semalem gue mau cerita kalau nanti sepulang sekolah gue mau jalan sama Gita.” Calvin terlihat begitu antusias menceritakan perkembangan hubungannya dengan Gita. Tidak dapat dipungkiri kalau Dewi merasa tidak suka mendengarnya, tapi siapalah dirinya, dia tidak berhak untuk cemburu.
“Oh, selamat!” ujar Dewi malas.
“Maaf banget, Wi, nanti pulang sekolah gue gak bisa anterin lo balik.” Calvin terlihat menyesal tidak bisa mengantarkan Dewi pulang seperti biasa.
“Gapapa, gue bisa pulang naik ojek online atau angkot, kok!” jawab Dewi santai.
Mungkin mulai saat ini Dewi harus terbiasa berangkat dan pulang sendiri dengan angkutan umum, karena cepat atau lambat Dewi yakin kalau kedua sahabatnya itu akan berpacaran. Dan tentu saja, sama seperti orang pacaran pada umumnya, pasti Calvin akan berangkat dan pulang sekolah bersama Gita. Mereka berdua juga pasti akan banyak menghabiskan waktu bersama. Dewi harus mempersiapkan hatinya lebih baik lagi, kemungkinannya untuk terluka sangat besar. Dia harus siap melihat kemesraan Calvin bersama Gita, tepat di depan matanya sendiri.
“Kalau nanti gue udah jadian sama Gita, gue bakal kasih PJ buat lo! Gue kasih pajak jadian soalnya lo kan udah bantuin gue kasih nomer Gita, kasih tau kesukaan dia, dan bantu nanyain dia lagi jomblo atau gak!” ujar Calvin.
“Hmm,” jawab Dewi malas.
“Lo maunya gue beliin apa? Oh, atau gue beliin sepatu yang waktu itu lo kepenginin aja?” tanya Calvin
“Boleh, sekalian beliin novel penulis favorit gue, kalo gak salah ada dua buku yang belum gue punya.” Dewi pikir sekalian saja dia manfaatkan momen ini untuk meminta pajak jadian dengan meminta dibelikan dua novel dari dua penulis favoritnya.
‘Biar gak sakit hati banget deh, sekalian aja gue minta pajak jadiannya yang banyak!’ gerutu Dewi dalam hati.
“Oke, siap!” Calvin memang berasal dari keluarga yang berada, bahkan katanya papa Calvin sekarang sudah mulai merintis usahanya sendiri.
“Yuk, berangkat!” pekik Dewi.
Mereka berdua seperti biasa berboncengan untuk berangkat ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta Dan Takdir (END)
RomantikCinta pertama? Jatuh cinta pada sahabat sendiri? Itulah yang dialami oleh Dewi. Dia mencintai Calvin, sahabatnya, secara diam-diam. Alasan Dewi hanya bisa mencintai dalam diam tentu saja klise, dia tidak ingin merusak persahabatan yang sudah terjali...