Dewi memiliki seorang sahabat yang sejak kecil sangat dekat dengannya, namanya Calvin. Rumah mereka bertetangga, sejak kecil Dewi selalu bermain bersama Calvin. Sampai akhirnya Calvin dan keluarganya pindah ke perumahan lain yang jauh lebih mewah karena papanya naik jabatan.
“Vin, gak nyangka loh kita satu sekolahan lagi.” Dewi merasa tidak percaya karena mereka bisa satu sekolah lagi saat di SMA. Pasalnya dulu mereka satu SD, tapi saat SMP mereka berbeda sekolah.
“Iya nih, untung aja meski gue udah pindah rumah, tapi kita tetep se arah kalau ke sekolah, jadinya bisa berangkat bareng.” Calvin sekarang sudah diijinkan membawa motor ke sekolah karena sudah SMA. Kebetulan daerah rumah Calvin memang melewati rumah Dewi, jadilah dia akan mampir menjemput sahabatnya itu untuk berangkat sekolah bersama. Begitupun saat pulang, dia akan mengantarkan Dewi.
“Gak kerasa udah SMA aja, perasaan kaya baru kemaren kita nyolong mangganya Pak Diman sampai diomelin.” Dewi terkekeh mengingat masa kecilnya bersama Calvin. Dulu orang-orang di kompleks rumah mereka menyebut keduanya sebagai duo jail karena memang mereka berdua usil dan nakal.
“Iya, yah, kapan-kapan kita colong lagi yuk mangganya Pak Diman buat nostalgia.” Rupanya Calvin masih iseng seperti dulu.
“Kasihan tau, dia kan udah semakin tua, kalau nanti Pak Diman marah-marah terus kena darah tinggi, kita berdua berdosa tau!” pekik Dewi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Iya juga sih, duh, coba aja kalau kita satu kelas!” pekik Calvin.
Ternyata meskipun mereka satu sekolah, tapi keduanya berada di kelas yang berbeda. Calvin satu kelas dengan dua temannya di SMP yaitu Bondan dan Ziko. Sementara Dewi sendiri satu kelas dengan teman SMPnya juga yang bernama Yulia, Gina, Azfa, dan Kohar.
“Makasih udah nganterin pulang, mau mampir dulu gak?” tanya Dewi karena saat ini mereka berada di depan rumahnya setelah pulang sekolah.
“Gak, deh, makasih, sore ini gue udah ada janji sama Mitha cewek gue yang udah gue pacarin selama enam bulan itu. Salam buat om dan tante, lo besok pagi gue jemput lagi.” Calvin berpamitan pulang meninggalkan Dewi, dia melajukan motor hitam besarnya.
“Iya, hati-hati lo!” ujar Dewi.
Kata orang tidak ada yang namanya persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan, entah dari salah satunya, atau mungkin malah dari keduanya. Begitu pula dalam persahabatan Dewi dan Calvin, sayangnya yang harus menanggung rasanya jatuh hati pada sahabat sendiri adalah Dewi.
Semua bermula saat mereka kelas dua SMP, saat itu Calvin sudah semakin jarang mengajak Dewi main atau bertemu. Selain karena keduanya berbeda sekolah dan Calvin pindah rumah, alasan lainnya karena Calvin yang sudah menginjak masa remaja mulai mengenal apa itu cinta monyet. Bahkan Calvin sudah tiga kali berpacaran selama dirinya SMP. Awalnya Dewi biasa saja, tapi saat dia melihat sendiri Calvin sedang mengajak makan pacarnya di tempat makan langganan mereka sejak kecil. Entah mengapa Dewi merasakan perasaan aneh dalam dirinya, perasaan tidak rela melihat kedekatan Calvin dan pacarnya, perasaan tersingkirkan dari prioritas Calvin, dan perasaan sesak yang tiba-tiba saja menjalar dalam dirinya.
Dewi sendiri butuh waktu setahun lamanya untuk menyadari kalau perasaan itu adalah rasa cemburu. Awalnya Dewi pikir itu hanya perasaan sesaat saja, pasalnya selama ini Calvin hanya memiliki satu teman perempuan yang selalu diutamakan yaitu Dewi. Awalnya dia pikir lama kelamaan nanti juga terbiasa dan menghilang, tapi ternyata yang terbiasa hanyalah berpura-pura darinya. Boro-boro bisa lupa, yang ada Dewi hanya bisa berusaha tidak menunjukan apa yang ia rasakan pada Calvin. Toh dia hanya sahabat saja, apa haknya untuk cemburu, batin Dewi kala itu sampai sekarang.
Dewi harus terbiasa menahan rasa cemburu dan sakit hati dalam dirinya ketika Calvin curhat tentang pacarnya. Calvin bahkan sering meminta Dewi menemaninya memilih hadiah ulang tahun untuk pacar pria itu. Dewi harus terus-terusan berpura-pura tidak apa-apa meski hatinya terluka. Calvin sering curhat kalau dirinya sedang bertengkar dengan pacarnya, belum lagi kalau dia sedang galau karena pada akhirnya putus. Dewi sendiri harus selalu bisa menguatkan hatinya untuk bisa menjadi pendengar yang baik untuk Calvin meski sakit sekali rasanya.
Calvin sama sekali tidak menyadari perasaan Dewi yang sebenarnya, ketika Calvin putus dengan kekasihnya, Dewi merasakan dua perasaan yang saling beradu. Antara senang karena akhirnya mereka putus, tapi juga sedih melihat Calvin galau. Hati kecilnya juga merasa dirinya sendiri jahat karena merasa senang ketika Calvin putus dengan pacarnya.
Dewi kira setelah patah hati, maka Calvin akan butuh waktu lama untuk mengenal cinta kembali. Tapi rupanya pemikirannya salah, Calvin hanya butuh waktu beberapa bulan untuk melajang sampai akhirnya dia menemukan perempuan tambatan hatinya yang lain. Sialnya Calvin selalu curhat ketika dia jatuh cinta lagi dengan gadis lain dan berniat pdkt.
“Vin, kapan sih lo bisa sadar sama perasaan gue? Kapan lo bisa suka sama gue kaya gue suka sama lo? Atau sampai akhir memang kita ditakdirkan untuk menjadi teman saja?” gumam Dewi lirih.
Sejujurnya Dewi bukannya tidak berusaha sama sekali untuk melupakan Calvin, hanya saja memang perasaan itu tidak bisa hilang dengan mudah. Semakin dia berusaha melupakan, maka semakin kuat pula rasa itu tumbuh.
Dewi akhirnya masuk ke dalam rumahnya yang kosong karena kedua orangtuanya belum pulang dari kerjaan mereka. Ayahnya bekerja disebuah pabrik perikanan, sedangkan ibunya memiliki toko baju kecil-kecilan di pasar.
***
“Selamat pagi, Om, Tante.” Calvin datang pagi ini seperti biasa untuk menjemput Dewi. Kebetulan mamanya Dewi juga hendak berangkat ke tokonya dengan diantarkan oleh sang suami yang sekalian berangkat kerja.
“Wah, Calvin, om jadi tenang karena Dewi satu sekolah sama kamu. Jadinya Dewi ada yang anter jemput, om titip jagain Dewi.” Ayahnya Dewi merasa lega karena memang dia sudah mengenal baik Calvin dan keluarganya karena dulu mereka sempat bertetangga dan memang orangtua keduanya begitu akrab.
“Kamu udah sarapan belum? Kalau belum makan aja di dalem sama Dewi, kebetulan dia belum selesai tuh sarapannya, masuk aja.” Mamanya Dewi sudah biasa menawari Calvin makan.
“Terima kasih, tapi aku tadi pagi udah sarapan, Tante.” Dengan sopan Calvin menjawab.
“Kalau begitu kami pergi dulu, tungguin Dewinya di dalam saja, Vin!” ujar ayahnya Dewi.
“Baik, Om.”
Setelah itu kedua orangtua Dewi pergi dengan motornya, sementara itu Calvin masuk ke dalam. Terlihat Dewi sebentar lagi akan menyelesaikan makannya, Calvin duduk di ruang tamu sambil menunggu sahabatnya itu.
“Yuk, berangkat!” ujar Dewi yang sudah selesai dengan makannya dan sudah menaruh piring kotornya di dapur.
Setelah mengunci pintu, akhirnya mereka berdua berangkat ke sekolah dengan motor yang Calvin kendarai. Sesampainya di parkiran, rupanya di sana ada teman-teman Dewi yaitu Yulia dan Kohar. Mereka berdua berangkat bersama karena rumahnya satu arah, sama seperti Calvin dan Dewi.
“Gue ke kelas duluan, ya?” ujar Calvin sambil berlalu meninggalkan Dewi bersama dengan teman sekelasnya.
“Cie, tadi pacar lo? Ganteng banget Wi, pinter lo milihnya.” Kohar memang senang kalau meledek orang.
“Bukan, dia sahabat gue sejak kecil. Kita berdua berangkat bareng karena searah rumahnya, sama kaya lo dan Yulia.” Dewi menjelaskan agar teman-temannya tidak salah paham.
“Dia jomblo gak, Wi?” tanya Yulia penasaran.
“Sayangnya dia udah ada pacar, Yul. Jadi jangan minta bantuan sama gue buat nyomblangin kalian.” Dewi bisa melihat raut wajah Yulia terlihat kecewa.
Memang Calvin tampan, siapa sangka meski baru masuk, tapi Calvin langsung masuk list cogan sekolah dan cukup popular dikalangan cewek-cewek. Pantas saja Calvin bisa dengan cepat mendapatkan cewek yang diincarnya, ternyata semua itu karena wajah tampannya.
“Ya, wajar sih udah ada pacar, secara dia ganteng. Kalau dia masih jomblo, barulah menjadi pertanyaan.” Kohar terkekeh sendiri.
“Yuk, masuk kelas!” ajak Dewi pada Yulia.
Mereka bertiga bergegas pergi meninggalkan parkiran untuk menuju kelas.
Copyright © Wihelmina Miladi 01-03-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta Dan Takdir (END)
RomanceCinta pertama? Jatuh cinta pada sahabat sendiri? Itulah yang dialami oleh Dewi. Dia mencintai Calvin, sahabatnya, secara diam-diam. Alasan Dewi hanya bisa mencintai dalam diam tentu saja klise, dia tidak ingin merusak persahabatan yang sudah terjali...