Chapter 13

383 45 9
                                    


Pagi diawali dengan cuaca yang tidak mendukung hari ini. Hari ini hari senin dan ramalan cuaca di tv mengatakan kalau cuaca akan berawan. Tapi lihatlah sekarang, hujan deras plus petir dengan lihainya mengeluarkan kilat di langit.

Beberapa kali tubuhku mengigil karena udara dingin, sesekali tubuhku bereaksi berlebihan saat ada suara petir menyambar hingga beberapa kali aku ditegur hanya karena teriakanku.

Aku saat ini hanya menatap halaman rumah depan rumahku sambil mengendong tas punggung, bersiap untuk kesekolah hari ini. Di dalam Kak Solar hanya memakan sarapannya dengan menu sereal dengan susu diatas meja makan. "bagaimana aku ke sekolah jika hujan dan petir terus menyambar?"

Aku menatap rak atau tempat yang biasa menampung payung. Payung di rumah hanya ada satu transparan. "apa kau akan diam disana dan berdoa agar hujan berhenti?"

Kakak menghampiriku dan mengambil payung transparan itu disampingnya. Kak Solar sudah siap dengan pakaian biasa rapi dengan tas besar di tangan kirinya. "Thorn hanya menunggu kakak"

Kak Solar menaikkan alisnya seakan bertanya kenapa menunggu dirinya? Kak Solar mengenakan kacamata visornya. Aku tersenyum kecil, "kan Kak Solar juga harus mengantar Thorn ke sekolah dengan payung. Tidak mungkinkan kakak tega membiarkan tubuh Thorn basah? Nanti Thorn sakit gimana?"

Kak Solar masih diam ketika mendengarkan kata-kata yang terucap dari mulutku. "hah, baiklah. Segera pakai sepatu bootmu"

Aku segera memakai sepatu boot berwarna hijau yang ada di rak sepatu dan memegang tangan kanan kakak. Kakak sempat menatapku aneh seakan mengatakan mengapa kau memegang tanganku?

Yah, mungkin akan seperti film drama dimana seseorang akan menumpang payung bersama dengan kekasihnya, memeluk lengannya dan berjalan di tengah hujan. Aduh, mengapa aku jadi teringat film drama itu?

"ayo kita berangkat"

----stay with me brother----

"apa kakak tidak apa-apa? Gara-gara mobil itu celana kakak jadi..."

"biarkan saja. Nanti akan aku ganti lagi. Sekarang pergilah, sekolah ada disana"

Kak Solar segera membawaku kesebuah halte dekat sekolah dam setelah itu pergi begitu saja tanpa pamitan. Aku segera kembali berlari kesekolah yang ada disampingku dan berjalan pelan melewati koridor. Jalanan keramik sekolah begitu licin membuat langkah kakiku semakin pelan takut jatuh.

Aku memasuki ruangan kelasku yang masih belum ada penghuninya dan meletakkan tasku diatas meja. Aku meletakkan kepalaku diatas tumpuan tas dan menatap malas papan tulis putih didepanku. Masih belum ada satupun orang yang hadir sampai selang beberapa menit.

"baiklah, dari tiga puluh siswa hanya sepuluh yang masuk hari ini. Ini sangat keterlaluan, meskipun hujan lebat tidak mungkin ada yang tidak masuk sebanyak ini"

Saat ini guru yang mengajarkan sains yang tidak kuketahui namanya , mencermahi kami sekelas yang hadir.
Dari tiga puluh siswa siswi hanya sepuluh yang hadir, betapa malasnya mereka. Termasuk kakakku sendiri.

"jika besok masih seperti ini, maka surat pemanggilan orang tua akan diserahkan. Dimulai dari kau, Boboiboy Thorn. Kemarilah dan ambil surat ini untuk kakakmu"

Aku berjalan kedepan menghampiri guru sains itu dan mengambil surat yang sudah dibungkus dengan amplop putih besar.
Aku segera kembali ke tempatku dan meletakkan surat peringatan didalam tasku. Guru sains itu menjelaskan materi tentang benda-benda langit sambil menuliskan materi singkat di papan tulis putih dengan spidolnya.

Banyak siswa siswi menguap bosan dan beberapa lainnya mengacuhkan penjelasan guru sains itu dan memilih bergosip di ujung sana. Aku menatap malas materi yang diberikan guru sains itu.

Stay With Me BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang