TIGA

3 0 0
                                    

"Hati kian memerih disaat sebuah perasaan lama terulang kembali, berusaha melupakan tapi yang lama selalu menghujati. Alam mulai menangis karena letih, semesta mulai gerah karena amarah. Dan disini, aku membisu, terbius kamu yang selalu lewat dipikiranku."

🙂🙂🙂

"Kata Dara, di kelasnya dia gak ada yang namanya Zetta. Ada satu nama Zetta di kelas X Mipa 1 yang ciri-cirinya persis kayak apa yang lo kasih tahu ke gue. Kata Dara dia gak kenal sama cewek itu. Tapi yang jelas Dara punya teman eksul yang kebetulan teman dekatnya si Zetta. Dara gak ngasih tahu banyak sih, yang jelas katanya si Zetta itu cukup dihindarin sama anak-anak."

Arkan masih mengingat informasi yang diberikan oleh Kanya tadi pagi sebelum cewek itu turun dari motornya, lalu melenggang masuk ke dalam sekolah.

Jadi begini ceritanya. Semenjak Arkan menceritakan tentang Zetta pada Kanya tiga hari yang lalu. Arkan memang sudah meminta tolong pada kembarannya itu untuk mencari informasi tentang Zetta. Kanya sempat protes, tentu saja. Sekolah Kanya dan Arkan sekarang berbeda, dan lagi Kanya tidak pernah tahu bagaimana wujud si Zetta. Itu tentu sulit.

Namun beruntungnya Kanya memiliki teman dekat anak SMA Garuda. Kelasnya bersebelahan dengan kelas Arkan. Hal itu membuatnya mudah untuk menggali informasi. Masalah stalker, Kanya jagonya.

"Arkan!"

Arkan yang berjalan ke arah kantin terhenti begitu ada yang memanggilnya. Cowok itu berbalik badan dan menemui bahwa ternyata si ketua kelas rusuh sekaligus teman barunya yang memanggil.

"Oy? Apaan?"

"Gue minta tolong sama lo ya. Pak Mahmud minta tolong buat ambilin buku anak-anak di mejanya dia. Gue ada urusan," pinta Rafael, orang yang memanggil Arkan tadi.

"Lo mau kemana emangnya?"

"Biasalah, ayank minta temenin makan di kantin," ujar Rafael, nyengir.

"Echa?"

"Lah emangnya siapa lagi pacar gue? Gue minta tolong lo ya."

Arkan berdecak. Orang bucin menyusahkan saja! Perasaan waktu Arkan pacaran dengan Raya tidak sampai segitunya.

"Yaudah iya," putus Arkan akhirnya.

"Nah gitu dong. Masih inget di mana ruang guru kan? Kalau mejanya Pak Mahmud, ntar lo tanya aja sama guru-guru di sana."

"Hm."

"Sip! Gue duluan, makasih bre!"

Setelah Rafael berjalan ke arah kantin dengan setengah berlari. Barulah Arkan mematri langkahnya ke arah ruang guru.

"AR!" panggil Rafael tiba-tiba.

"RUANG GURU BELOK KANAN OI BUKAN BELOK KIRI! SAMPING RUANG MUSIK YA. NTAR KALAU LO KETEMU JODOH, KABAR-KABARIN GUE!"

o0o

Zetta memperbaiki posisi topinya yang tampak miring di kepala. Zetta menghela napas, pikiran gelisah mulai menghantui dan bayangan tentang hal-hal tak diinginkan selalu terlintas di pikiran cewek bertopi hitam ala-ala "tomboy" ini. Pikirannya kosong, cewek itu tengah menatap lurus ke arah gitar tak bernyawa di hadapannya. Walau awalnya ragu, namun akhirnya ia tetap mengambil gitar tersebut dengan perasaan tak jelas.

IRASIONALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang