LIMA

0 0 0
                                    

"Nuno, jangan diambil terus mangganya! Belum selesai juga," bentak Echa pada Nuno. Hari ini kelas 10.5 IPS 1 sedang mencok, agenda ini sudah mereka rencanakan sejak kemarin. Dengan tujuan utama ya untuk menghabiskan uang kas.

"Yaelah, satu doang," balas Nuno membela diri, Dini yang berdiri di hadapannya pun refleks memukul tangan cowok itu dengan sendok yang ada di atas meja.

"Satu, satu. Lo udah ngambil banyak, No!" ujarnya tak santai.

"Coba liat yang lain, mereka duduk manis nungguin kita selesai. Gak kaya lo!" tambah Echa sambil menunjuk cowok-cowok yang sibuk duduk terkapar di depan kipas angin yang diletakkan di depan papan tulis samping meja guru.

"Udah No, jangan ganggu cewek gue," ujar Rafael yang langsung menarik belakang kerah seragam Nuno dan menyeretnya agar duduk di sebelah Arkan.

"Mantan," koreksi Nuno tegas.

"Siapa yang putus? Siapa?" balas Rafael dengan raut wajah kesal, lalu melirik Echa sekilas yang sama sekali tidak terganggu.

Nuno menatap Rafael dan Echa bergantian kemudian tertawa. "Udah lah Rel, Echa buat gue aja," ujar Nuno, dia memanggil Rafael dengan sebutan Rel yaitu panggilan akrab untuk cowok itu.

"Y-yah janganlah!" kata Rafael tak terima. Cowok itu kemudian mengambil buku yang ada di atas meja di hadapannya dan mengibas-ngibaskan benda itu di depan wajahnya dengan pandangan yang tak beralih sedikitpun dari Echa. Nuno yang melihat itu, jengah. "Gini nih kalau bucin udah mendarah daging."

"Ini lagi satu, masih aja lo liatin itu?" tanya Nuno pada Arkan, cowok itu sibuk memperhatikan sebuah bunga yang dibuat dari kertas origami berwarna putih. Ada kertas ukuran 5x3 cm berwarna biru muda menggantung di tangkainya yang terbuat dari kawat, 'Thanks' --begitu tulisan di kertasnya. Entah siapa yang membuatnya, benda itu sudah ada dilaci meja Arkan sejak tadi pagi.

 Entah siapa yang membuatnya, benda itu sudah ada dilaci meja Arkan sejak tadi pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo berdua beneran gak tau siapa yang naro?" tanya Arkan. Kalau Nuno tidak salah hitung, itu sudah menjadi pertanyaan ke-19 yang cowok itu lontarkan pagi ini.

"Ck, nanya mulu! Gak tau," jawab Nuno tak peduli. Cowok itu berdiri dan beranjak ke tempat Dini.

"Ar," panggil Rafael. Arkan meletakkan bunga kertas itu di lacinya. Mungkin benar kata Rian --teman sebangkunya, bisa saja itu hanya orang iseng dan hal itu tidak perlu diambil pusing. Arkan membalikkan badan dan menghadap Rafael, kini mereka hanya terhalang sebuah meja.

"Apa?"

"Perasaan lo waktu putus sama mantan lo waktu itu gimana?" tanya Rafael, kepo.

"Biasa aja."

"Beneran biasa aja?!" tanya Rafael lagi tak percaya, tapi Arkan benar mengangguk.

"Wah, kok gitu? Kok gue gak biasa-biasa aja?" tambah Rafael tak terima. Pasalnya semenjak tiga hari yang lalu Echa meminta putus darinya tanpa alasan yang jelas. Walaupun caranya baik-baik, namun itu cukup membuat Rafael uring-uringan.

IRASIONALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang