Lisa dan Jennie menaiki lift dengan tenang, mereka tidak berbicara sama sekali. Lisa agak tersesat dan tidak bisa mengungkapkan apa yang ia pikirkan. Ia membiarkan Jennie berjalan lebih dulu sementara dirinya memperhatikan dari belakang.
Sebelum Jennie bisa melangkahkan kakinya keluar dari gedung, Lisa menariknya dengan lembut, sehingga membuatnya menoleh ke belakang.
"Tunggu aku disini," ucapnya, kemudian berlari menuju mobilnya, mengambil sesuatu di jok belakang lalu kembali berjalan ke arah Jennie sambil menenteng sebuah jaket berwarna hitam. Lisa kemudian memakainya pada Jennie. "Jangan sakit." Ucapnya.
"A-Ah.. Bi-" ucapan Jennie terputus saat Lisa memegang kedua bahunya dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
"Pakai ini," Lisa memakaikan masker padanya, senyum tersungging dibibirnya selagi menepuk-nepuk kepala Jennie. "Kau menggemaskan sekali."
Mata Jennie mendarat pada Lisa yang matanya juga menatapnya."Untuk apa ini?" tanyanya.
Lisa memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengedarkan pandangannya, "Kau harus melindungi diri dari penyakit. Pakai masker sesering mungkin, terutama anak-anak." Katanya.
"Lalu kenapa kau tidak memakai masker?" Jennie menaikkan sebelah alisnya.
"Well, aku lebih sehat daripada kau," Lisa tertawa pelan dan membuat Jennie berbalik dengan memegang bahunya. "Ayo pergi sekarang, ada kedai kopi di dekat sini jadi kita harus jalan kaki."
Keduanya berjalan bersama, saling memperhatikan bagaimana mobil melewati mereka. Jennie menatap Lisa dan menemukan bekas luka kecil di atas alisnya, ia sedikit penasaran karena ini pertama kalinya dia melihat luka itu.
"Apa yang terjadi dengan bekas luka itu?" tanya jennie.
Lisa meliriknya bingung, "Bekas luka apa?" Dia bertanya, kemudian Jennie berhenti berjalan dan melangkah ke depan Lisa. Gadis itu menyibak rambut Lisa dan menunjuknya. "Hmm. Ada pasien yang perlu disuntik, sayangnya dia membencinya. Dia penderita autisme dan aku tidak tahu bahwa dia benci mendengar kata Tidak, aku tidak sengaja mengatakannya, dia lalu memukul ku dengan vas bunga di sampingnya," jelas Lisa mengingat hari itu, ia hanya terkekeh dan membuat Jennie berjalan lagi.
"Apa yang terjadi kemudian?" tanya jennie.
"Aku tetap menyuntiknya meski lukaku sangat dalam sehingga aku harus mendapatkan jahitan untuk menutupnya. Tapi karena aku harus profesional, aku menyelesaikan pekerjaanku." jawab Lisa.
"Ya, itu terlihat sangat dalam karena membekas." kata Jennie.
Lisa hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Apakah kau keberatan jika aku bertanya apa yang terjadi dengan mu selama setahun ini? Aku siap mendengarkan." ucapnya
Jennie hanya menggelengkan kepalanya, "Tidak terjadi apa-apa, hanya bekerja". balasnya. Ia kemudian berhenti ketika mereka sampai di kedai kopi, "Aku yang teraktir, cari saja tempat yang bagus." Dia lantas masuk ke dalam tanpa mendengar jawaban Lisa.
Gadis jangkung itu menggaruk kepalanya dan menghela nafas, "Begini lagi," Dia bergumam dan mengikutinya. "Jen, biar aku saja."
Setelah melalui perdebatan, Jennie akhirnya menang dan Lisa mencari tempat yang sempurna untuk mereka berdua. Dia menyamankan diri di tempat duduknya sembari menunggu Jennie untuk mendapatkan pesanan mereka.
"Kuharap kali ini tidak akan berakhir," Dia tersenyum tanpa sadar saat memikirkan Jennie. Sambil menunggu, Lisa menemukan secarik kertas merah di atas nampan. Dia mengambil kertas tersebut dan menatapnya seolah-olah dia sedang merencanakan sesuatu. Setelah itu, senyum Lisa terukir di bibirnya sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost On Your Words (ID)
FanfictionIni adalah buku kedua dari LOST karya author @ManduLimario. Aku hanya menerjemahkannya ke Bahasa Indonesia.