3 hari setelah kejadian itu, Jisoo dibebaskan dari area isolasi. Dia masih negatif dari virus dan itu membuat semua orang bingung sebab hasil dari kamp adalahg positif, mereka tak tahu bahwa Jisoo mengarangnya demi Lisa.
Kesepian dan kecemasan adalah satu-satunya hal yang Jisoo rasakan ketika berada di dalam ruangan putih kosong ini. Dia hanya dapat berbicara dengan seseorang saat mereka mengantarkan makanan padanya atau ketika Tuan Manoban berkunjung. Meskipun negatif, dia tetap merasa sakit.
Pengalaman yang ia alami di kamp menghasilkan trauma dan kesedihan. Pikirannya dipenuhi dengan banyak momen di mana pasien tidak selamat dan mereka sebagai dokter tidak dapat melakukan apa-apa. Dia tahu bahwa dokter seharusnya mampu menerima kematian pasien, tetapi hal itu mempengaruhi dirinya.
Ia dapat mendengar tangisan dan melihat garis datar dari monitor pasien di kamp. Mulai dari memompa dada mereka hingga menutupi tubuh mereka dengan kain putih, ia tak kuasa menahan tangis.
Ketukan tiba-tiba di pintu membuat Jisoo tersadar dari lamunannya. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat Tuan Manoban masuk dengan membawa makanan di atas nampan. Pria itu mengenakan APD untuk perlindungan. Dia meletakkan makanan di meja samping tempat tidur, kemudian memeriksa kondisi Jisoo.
"Ada perubahan dari tubuhmu?" Tanyanya
Wanita itu hanya menggelengkan kepala. "Tidak ada." jawabnya.
Ayah Lisa memeriksa kamar tersebut dan melirik Jisoo, "Lisa stabil tapi masih dalam pengawasan. Lukanya mulai sembuh tapi tidak secepat itu karena infeksi. Dia mengalami infeksi dan saat ini juga demam. Aku tidak tahu kenapa hal itu masih terjadi padahal mereka sudah memberinya suntikan untuk infeksi di kamp." Katanya.
"Apakah dia sudah sadar sekarang?" Jisoo bertanya.
Dr. Manoban menggelengkan kepalanya. "Belum, tapi semoga saja dia akan siuman, akhir minggu ini jika tidak memungkinkan hari ini." Dia tertawa kecil.
"Kudengar Lisa akan dipindahkan, kenapa?"
Ayah Lisa menghela napas. "Akan lebih aman jika aku memindahkannya ke suatu tempat, kasus virus semakin berkembang dan kurasa dia tak akan terbebas dari virus jika tetap tinggal di tempat yang terkontaminasi virus." katanya.
"Ke mana?"
"Aku masih berpikir, tapi aku akan memindahkannya secepat mungkin."
Jisoo mengerutkan kening dan mengatupkan bibir sejenak. "Bolehkah aku menawarkan diri untuk menjaganya? Aku tahu kau akan menyewa dokter pribadi untuknya." usulnya.
"Aku akan memikirkannya, mereka juga membutuhkan dokter di sini," Tuan Manoban bergumam. "Bagaimanapun, jenazah Dr. Lee akan tiba malam ini dan mungkin besok adalah hari dimana dia akan dimakamkan. Kami sudah memberi tahu keluarga tentang hal itu dan mereka memahaminya."
Wajah Jisoo sedikit berbinar. "Terima kasih, aku tahu Lisa akan senang dengan hal itu." Dia tersenyum.
Dr. Manoban hanya menganggukkan kepala sebelum mengucapkan selamat tinggal. Jisoo pun mulai menyantap makanannya, ia tidak berselera untuk makan, namun tetap harus melakukannya.
Jisoo memeriksa ponselnya dan melihat pesan dari Jennie. Setelah telepon beberapa hari yang lalu, mereka tidak berbicara lagi. Ayah Lisa sudah berbicara dengannya dan menjelaskan semuanya. Dia juga melarang Jennie untuk datang karena pandemi masih terjadi.
Ketika Chaeyoung mengetahui bahwa mereka telah tiba, dia menelepon, dan itu juga adalah terakhir kalinya mereka berbicara. Jisoo sengaja tak mengangkat teleponnya dan hanya mengirim pesan untuk memberitahu bahwa ia baik-baik saja serta hanya butuh waktu untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost On Your Words (ID)
ФанфикIni adalah buku kedua dari LOST karya author @ManduLimario. Aku hanya menerjemahkannya ke Bahasa Indonesia.