File 02

6.4K 775 56
                                    

"Marco!" Sahut Linda. "Apa kau bahkan mendengarkan apa yang barusan kukatakan kepadamu?"

"Maaf, Tolong ulangi sekali lagi!" Balasku, sedikit menundukkan kepala.

Linda menggerutu. "Kau ini!" Dia menyilangkan kedua tangannya. "Kubilang, William mengajakmu minum di Bar untuk merayakan ulang tahunmu besok!"
.
.
.
Aku terbangun dari tidurku, mimpi barusan masih menghantui benakku. Sebenarnya itu bukan mimpi, sebuah memori lebih tepatnya. Memori pada hari sebelum aku membunuh Linda. Sudah lama aku berusaha mengenyahkan ingatan itu dari kepalaku, namun ingatan itu selalu datang kembali... Selalu menghantuiku... Di setiap malam aku terlelap, mimpi itu akan muncul lagi... Lagi... Lagi... Dan lagi....

DING-DONG

Bel apartemenku berbunyi, seseorang sepertinya berada diluar.
Pukul tujuh pagi... Siapa yang berkunjung sepagi ini?
"Marco, ini aku." Ujar suara yang terdengar familiar. "Maaf menganggumu pagi-pagi begini, tapi ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Itu William... Apakah aku melewatkan sesuatu semalam? Apakah mereka menemukan jejakku?

Aku berjalan ke pintu apartemen dan mengintip lewat lubang di pintu. William berdiri didepan bersama dua orang berseragam polisi. Sial, apa yang terjadi? Aku yakin aku sudah melenyapkan semua buktinya... Tapi kenapa mereka mencariku?

Tenang... Aku harus tenang... Bersikap gelisah sama saja dengan menggali lubang kuburku sendiri....

Aku membuka kunci pintu apartemenku dan membiarkan mereka masuk.

"Ada apa?" Tanyaku, berusaha terdengar setenang mungkin. "Apa kau menemukan sesuatu di tempat kejadian semalam?"

William menggelengkan kepalanya, raut wajahnya terlihat murung. "Tidak... Tapi aku menyadari sesuatu tentang kasus pembunuhan Linda tahun lalu...."

Jantungku sempat berhenti berdetak untuk sesaat. "Apa maksudmu? Bukankah kasus itu sudah ditutup enam bulan lalu?" Aku rasa cara bicaraku barusan sedikit canggung, karena William memelototiku dengan matanya yang biru.

"Sampai tadi malam...." Ujarnya tegas. "Aku akhirnya menyadarinya, Marco..." Kedua polisi yang mendampingi William berjalan mundur kebelakang, tangan mereka berada di gagang pistol... Siap menarik pistol itu dari sarungnya kapan saja. "Kenapa, Marco?"

"William, apa maksudmu... Ini tidak lucu, oke?" Aku mulai berkeringat, jantungku berdebar lebih kencang dari yang tadi.

"Kenapa kau membunuh Linda?!" William menarik pistol miliknya dari sabuknya dan mengacungkan moncongnya kearahku, jari telunjuknya berada di pelatuk. "Jawab pertanyaanku, bajingan! Kenapa kau membunuh adikku?!"

Ini akhirnya yah? Tidak ada jalan lain sepertinya... Aku akan mati, dibunuh oleh rekanku sendiri... Ah, kurasa ini hukuman atas kegelapanku selama ini... Tidak ada gunanya berbohong lagi sekarang...

"Aku membunuh Linda, kau benar soal itu... Aku membunuh adik kesayanganmu...." Jawabku santai.

DARR!!

Peluru timah itu bersarang di bahu kananku... Rasa sakit ini... Sensasi ini... Sungguh luar biasa... Aku dapat merasakan darahku membasahi kemeja putih yang kupakai, merubahnya menjadi kemerahan....

"Tembakanku berikutnya akan bersarang di tengkorakmu, keparat...." William mengarahkan pistolnya ke kepalaku. Kedua orang dibelakangnya juga melakukan hal yang sama. "Katakan padaku, kenapa kau membunuhnya? Sebelum aku membunuhmu...."

Apartemenku berada di lantai 20, mustahil aku melompat keluar... Kecuali aku ingin mati konyol... Aku menyimpan pistol di laci yang ada di kananku, kalau saja aku dapat mengambilnya... Mungkin aku dapat melawan.... "Kau? William yang lembut hatinya, ingin membunuhku?" Aku tertawa, mungkin dengan ini aku dapat sedikit mengulur waktu.

Inside [ON REVISION/REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang