Memento mori.
Kata tersebut secara harfiah berarti, 'ingatlah bahwa kau harus mati.' Manusia selalu terjebak dalam lingkaran kehidupan yang tidak ada hentinya.
Kematian adalah perhentian terakhir dari hidup menyedihkan manusia, akhir dari segalanya.
Apakah kalian tahu tentang permainan kartu tarot? Di dalam permainan tersebut, ada satu kartu yang melambangkan kematian, yakni nomor tiga belas.
Kematian tidaklah buruk. Sebaliknya, dalam tarot, kartu tersebut melambangkan perubahan yang besar. Sebagaimana manusia yang mati dan melangkah ke kehidupan selanjutnya.
Tidak bisa dihindarkan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengalami kematian. Kematian adalah satu-satunya hal yang pasti di dunia ini, tidak terbantahkan dan absolut. Sekeras apapun kau berusaha menghentikannya, dia akan selalu menjemputmu tepat waktu, tidak seperti supir taksi yang selalu terlambat beberapa menit.
Namun, yang menyedihkan adalah orang awam tidak menyadari kenyataan tersebut. Mereka tidak mempedulikan kematian yang pasti, mereka tidak merasa takut akan kematian layaknya nenek moyang mereka yang meringkup di dalam mulut gua jutaan tahun lalu.
Mereka melupakan apa arti sebenarnya dari kematian.
Mereka lupa kalau mereka hanyalah menunggu giliran, layaknya sapi di rumah jagal. Mereka melupakan kenyataan tersebut.
Kematian itu pasti.
.
.
.
.
"Kematian itu tidak pasti," tukas Raymond cepat-cepat. "Kau tidak tahu kapan kau sendiri akan mati, bukan?"
Senyuman Marco berubah menjadi datar dalam sekejap mata, nada bicaranya menjadi jauh lebih serius dari sebelumnya. "Tahu apa kau soal kematian?" Bentaknya pelan.
Raymond terdiam, tubuhnya sudah penuh nanah setelah berjam-jam siksaan yang tak ada hentinya. Hanya ia yang tersisa setelah permainan sadis sepupunya itu, ia didorong melewati batas kemanusiaannya.
"Apakah kau pernah mengalaminya? Apakah kau tahu rasanya mati?" Pria bermata satu itu menarik belati peraknya.
Raymond merangkai kata-katanya berhati-hati. Salah bicara sekali lagi dan nyawanya akan berakhir dengan mengenaskan.
"Aku ... tidak tahu, tapi apakah kau tahu?" Balas Raymond mantap.
Senyuman sinting Marco makin tak nampak, mukanya kini datar tanpa emosi. Mata onyxnya menatap Raymond dengan tajam, sangat tajam sampai Raymond dapat merasakan rasa perih di tubuhnya.
"Aku tahu," balas Marco. "Kau tahu, aku sudah mati ... tidak, lebih tepatnya aku sudah membunuh diriku sendiri bertahun-tahun yang lalu."
Raymond hanya bisa menatap Marco dalam kebingungan. Kulitnya yang mengelupas, serta lukanya yang bernanah mulai dihinggapi lalat yang masuk kedalam tempat permainan tersebut.
"Diriku sudah mati, paman. Oleh sebab itu aku mampu melihat semuanya lebih jelas." Senyum Marco kembali muncul di wajahnya. "Aku mampu memahami apa arti kehidupan dan apa tujuan manusia hidup, aku telah memahaminya semua."
"Jangan gila, Marco!" Bentak Raymond, ia bahkan tidak tahu apa gunanya kalimat tersebut diucapkan kepada seseorang yang mengakui dirinya sendiri gila.
"Gila?" Marco tertawa lepas, tawa yang sama dengan tawa yang dilontarkannya belasan tahun lalu, tawa yang menenangkan sekaligus menyebabkan ketakutan yang mendalam. "Apa yang gila dengan hal itu? Aku telah melihat semuanya, aku menyadari kalau semua manusia hidup untuk mati."
Marco benar-benar sudah kelewatan, ia tidak bisa menggunakan akal sehatnya lagi.
"Marco ... apa yang terjadi padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside [ON REVISION/REWRITE]
Misterio / SuspensoSemua orang yang bernafas di muka bumi ini mengenakan topeng dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Topeng yang digunakannya untuk menutupi kegelapan yang bersarang di dalam hatinya. Sampai kapan kau bisa menyembunyikan 'dirimu' dari dunia? Seber...
![Inside [ON REVISION/REWRITE]](https://img.wattpad.com/cover/37064320-64-k786579.jpg)