Part 2

25.4K 814 5
                                    

Aku melangkah masuk kedalam ruanganku dengan tergesa-gesa karena telat. Entah jam berapa aku tertidur semalam, pertemuanku dengannya membuatku cemas, apalagi saat mendengar kata-katanya membuatku terusik, entah apalagi yang akan di lakukannya untuk menghancurkanku.

"Lin. kamu di panggil pak Bagas tuh, di suruh keruangannya.'' aku tersentak kaget, aku melotot kearah Winda yang sekarang nyengir melihat muka shokku.

"Kamu mau bikin aku mati muda yah, Win." semprotku sewot apalagi melihat dia yang cuma nyengir.

"Ya maaf, lagian ngapain sih kamu pagi-pagi dah ngelamun. Lagi ngelamun jorok yah?.'' sekali lagi aku menatap sewot kearahnya.

"Tau ah.'' kataku sambil buru-buru pergi dari hadapannya, aku harus cepat-cepat keruangan Pak Bagas kalo gak bisa kena semprot lagi. Aku melirik meja Hani yang kosong, gak biasanya pikirku. sambil memperhatikan meja kerja Hani aku melangkah kearah pintu dan mengetuknya.

Tok....Tok...Tok, kuketuk pintu yang ada di depanku.

"Masuk.." suara Pak Bagas terdengar mempersilakan aku masuk, kudorong pintu dengan perlahan.

"Pagi Pak." aku memberikan salam saat aku berhadapan dengannya.

"Pagi Lin. Silakan duduk." katanya mempersilakanku duduk, kugeser kursi dan duduk di hadapannya.

"Begini Lin, berhubung saya ada tugas keluar negeri, jadi saya minta kamu mewakili saya untuk bertemu dengan klien hari ini." katanya membuatku terkejut

"Saya Pak.''

"Iya. Kenapa? kamu menolak Lin, ini kesempatan bagus buat kamu. Kebetulan sebentar lagi saya mau pensiun dan saya sudah merekomendasikan kamu untuk menggantikan saya."

"Tapi Pak. Sepertinya saya belum pantas kalo harus menggantikan Bapak.''

"Siapa bilang kamu tidak pantas Lin, kinerja kamu cukup memuaskan, jadi kamu layak untuk menggantikan posisi saya. Sudah sekarang kamu siap-siap untuk ketemu sama klien ini berkas-berkas yang harus kamu pelajari. masih ada waktu nanti kamu akan di bantu oleh Hani.'' aku masih terdiam saat mendengar perintahnya, tak ingin berdebat akhirnya kuterima berkas-berkas dari Pak Bagas. Aku keluar dari ruangan Pak Bagas masih dengan rasa tak percaya mendengar semua yang di katakan Pak Bagas.

Tepat pukul 10 aku juga Hani bergegas pergi menuju tempat dimana aku bertemu dengan klien. Jantungku berdetug kencang, jujur saja ini pertama kalinya aku berhadapan dengan klien. Setelah menempuh waktu yang cukup lama karena terjebak macet akhirnya sampai juga kami kesebuah perusahaan yang kalo kulihat cukup besar. Aku menatap gedung yang menjulang di hadapanku yang terkesan megah RD,A Corporacion jelas tertera nama perusahaan itu. Aku dan Hani berjalan kearah repsesionis yang menyambut dengan ramah.

"Selamat siang Bu, ada yang bisa saya bantu?.'' tanyanya, dan aku merilik Hani yang langsung mengerti.

"Siang Mba, kami dari perusahaan Cipta Utama ingin bertemu dengan Bapak Andreas." tukas Hani sambil tersenyum.

"Sudah buat janji Bu sebelumnya?.'' tanya nya lagi, dan aku memutar bola mataku malas, terlalu banyak basa basi pikirku.

"Sudah, kemarin kami sudah membuat janji dengan sekretaris Bapak Andreas, Mba."

"Baik. Tunggu sebentar ya Bu." lalu dia menekan telpon yang ada di hadapannya dan entah apa yang di bicarakannya dan akupun tak peduli, aku lebih asyik memandangi keadaan sekitar tempat aku berdiri, perusahaan ini benar-benar mewah bisikku dalam hati. Aku masih terkagum-kagum sampai tak menyadari kalo Hani sedang berbicara padaku, karena aku diam tak menyahut akhirnya dia menggamit tanganku.

"Ayo Mba." katanya mengagetkanku sambil mengelus dadaku aku melotot kearahnya dan dia hanya tersenyum, menyebalkan. Aku mengikuti Hani yang berjalan di depanku lalu masuk kedalam lift dan dia menekan tombol 20. Selama di dalam lift tak sedikitpun aku bicara begitu juga Hani dia sibuk dengan telponnya. Setelah pintu lift terbuka beberapa kali akhirnya sampai juga di lantai 20 dan lagi-lagi aku di buat terkagum-kagum dengan interior yang ada di sini sangat mewah dan aku tak berhenti untuk mengagumi tempat ini, aku dan Hani melangkah menuju ruangan yang bertuliskan CEO dan berhenti tepat di depan seorang wanita yang sedang sibuk memeriksa berkas-berkas yang ada di hadapannya.

Kau MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang