Darah bercucuran dari tubuh Redo, Peluru tertancap tepat dibagian jantung Redo. Redo berteriak lirih, namun apa yang bisa dia lakukan selain menunggu jantungnya berhenti berdetak?
"1 tembakan lagi, baru pemuda itu akan meninggal. Terakhir, pilih tahtamu atau nyawa pemuda itu wahai Hitam?" tanya Putih untuk terakhir kalinya. Hitam hanya diam kebingungan.
"15, 14, 13, 12, 11, 10........" Putih menghitung mundur menunggu jawaban dari Hitam.
Aning yang melihat itu, dia tidak tinggal diam. Dia berlari ke arah Redo kemudian meletakkan kepala Redo di atas pahanya. Dia mengusap kepala Redo perlahan.
"Redo, jangan tinggalkan aku. Aku percaya kamu lebih kuat daripada ini." Aning menangis. Air matanya kini sudah bercampur dengan darah yang terus keluar dari dada Redo.
"K-kamu jaga—diri.. ya?" Redo membalas belaian rambut Aning dengan sangat halus. Bukannya lega, Aning yang mendengar jawaban dari Redo malah menangis semakin histeris.
"Liru, iya Liru, Jika kamu mau menembak jangan hanya Redo, tembak aku juga. Aku juga!" dengan isakan tangis yang masih terdengar Aning terus berusaha menyampaikan hal itu sedangkan Redo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak berdaya diatas paha Aning.
Liru dengan cepat mengarahkan tembakan ke arah keduanya. Melihat hal itu, Hitam panik dibuatnya.
"1, 2-" Liru menghitung dengan tujuan mengaba-aba sebelum menembak 2 manusia itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Busur Berwarna (SELESAI)
Short StoryDunia ini bukan seperti dunia sekarang, yang dengan mudah kita bisa membuat warna dan memilih warna apa yang ingin kita gunakan. Tidak! Tidak seperti itu. Tetapi dunia ini juga bukan dunia hitam putih seperti tampilan televisi jadul. Bukan seperti w...