Redo terbangun di sore hari, sedang 2 kerabatnya itu masih tertidur dengan sangat pulas. Dia keluar dari rumah mereka, yang tidak memiliki warna dan nampak seperti transparan. Dilihatnya benda kecil diatas langit yang berwarna, aneh. Iya aneh, warna itu sering mereka lihat namun mereka tidak pernah tau warna apakah itu. Redo melihat pada sekelilingnya, ada warna yang mendominasi tetapi tidak bisa mereka jelaskan. Coba bayangkan, bagaimana cara menjelaskan suatu warna jika kita tidak tau nama warna itu, dan tidak ada warna yang mirip dengan warna itu.
Redo kemudian kembali kedalam tempat tinggal mereka yang transparan itu. Baru sampai didekat pintu masuk, kaki Redo tertarik kencang kembali ke tempat awal dia berada. Redo kaget, dia memegang kakinya dan muncul sebuah bentolan berwarna sama seperti benda-benda disekitarnya. Redo berusaha berdiri namun tak bisa. Tejatuh, dan terjatuh kembali. Tak lama, muncul suara berat dan sangat keras.
"Salah satu diantara kalian adalah pengkhianat, dia akan merusak tugas kalian yang diturunkan oleh nenek moyang kalian untuk mencari warna. Dia sedang macam-macam dengan dewa, berhati-hatilah."
Redo terbangun. 'Ah, ternyata hanya mimpi.' Redo bergegas berdiri, namun dia terjatuh. Dilihatnya kakinya, ternyata bengkak itu nyata! Tidak seperti mimpinya. Oh atau, apakah keduanya nyata? Ah entahlah.
Liru dan Aning mendengar suara sesuatu yang terjatuh setelah masuk kedalam rumah itu. Mereka membantu Redo untuk duduk, dan mereka mulai bertanya.
"Kamu kenapa terjatuh?" ucap Liru sembari mengusap pundak Redo.
"Akuaku tidak apa-apa" Liru yang merasa janggal dengan jawaban Redo, segera melihat kaki Redo dan menjumpai sebuah bengkak disana. Liru langsung berdiri menghindar, sedangkan Aning dengan siaga mengambil air panas dan sebuah kain untuk mengompres luka Redo itu. Redo kaget melihat apa yang dilakukan Liru.
"Liru, kenapa?"
"Eh, eum enggak kenapa-kenapa. Kamu yang kenapa?"
"Entahlah aku bangun tidur kemudian kakiku sudah dalam keadaan bengkak." Aning yang baru datang membawa air panas dan kain itu segera bertanya. "Kamu mimpi apa?" Seakan Aning tau jelas apa yang terjadi kepada Redo.
"Hah? Aku tidak mimpi apa-apa." Kemudian Aning segera mengompres kaki Redo, sedangkan Liru asik mengobrol bersama Redo. Tak lama setelah itu mereka kembali menyiapkan tas masing-masing. Mereka membawa pil, membawa buku berwarna merah, biru, dan juga kuning.
Ini hari ke-76 mereka untuk berpetualangan mencari warna yang ada di dunia ini. Awalnya Redo dan Aning hanya berdua, namun mereka bertemu dengan Liru pada hari ke-57 dalam petualangan mereka.
Untuk bertemu Liru, Redo dan Aning harus melakukan perjuangan berat. Redo dan Aning pergi ke langit untuk melihat dewa matahari. Mereka kemudian diberi tugas untuk menemui dewa laut. Untuk menyelami lautan yang amat dalam tentu bukanlah hal yang amat mudah, terlebih lagi dengan perih yang mereka rasakan saat menyentuh warna yang tidak mereka ketahui. Namun akhirnya mereka berhasil melewati itu semua dan bertemu dengan Liru, yang selama ini terpisah dalam jimat yang dimiliki dewa matahari dan juga dewa laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Busur Berwarna (SELESAI)
القصة القصيرةDunia ini bukan seperti dunia sekarang, yang dengan mudah kita bisa membuat warna dan memilih warna apa yang ingin kita gunakan. Tidak! Tidak seperti itu. Tetapi dunia ini juga bukan dunia hitam putih seperti tampilan televisi jadul. Bukan seperti w...