Aku terbangun dengan nafas terengah-engah. Hari ternyata sudah pagi. Suku aneh itu muncul kembali dalam tidurku. Juga gadis cantik dari suku itu.
Kali ini sang ketua suku berbicara kepadaku. Hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Dan ia berkata, "Kau sudah dekat!"
"Ada apa, Putra?" tanya Irene turut terbangun. Kami masih telanjang; hanya berbalut selimut. Dan ia mengelus pundakku sambil menenangkan, "Mimpi buruk?"
Kami kembali ke unit pagi itu juga menaiki pesawat. Kuceritakan mimpi-mimpi anehku itu pada Irene di sepanjang perjalanan.
Semula kukira ia bakal menjawab, 'hanya mimpi, Dok!'. Orang bule takkan percaya pada hal-hal mistis. Tapi ia percaya.
Ia juga mendukung kecurigaanku dengan mimpi berkaitan dengan liontin dan senjata tradisional itu. ia juga mendukungku untuk mengunjungi nenek pintar yang dikatakan oleh suami Pariyah.
Masih ada juga bule yang seperti ini. kukira ia bakal menyuruhku ke psikater.
Kebetulan, Agus dan Tito sekalian hendak ke pasar untuk berbelanja saat menjemput kami di bandara. Aku bisa mengunjungi si penjual liontin dan senjata tradisional itu.
Sampai di pasar, aku menuju kios-kios kemarin tempat penjual batu mulia. Sementara Tito dan Agus seperti biasa, mengurus belanjaan.
Irene bersikeras mengikutiku. Ia bahkan menggandeng tanganku sepanjang perjalanan. Terlalu khawatir padaku barangkali.
Tak kusadari, sejak dari perjalanan pesawat tadi, tangannya sering menggandengku. Kadang mengusapku untuk memberikan dukungan dan ketenangan.
Di mobil pun ia juga begitu. Aku yakin Tito dan Agus pasti berpikiran macam-macam tentang kami.
Kedekatan kami memang tak bisa dipungkiri. Terlihat jelas dari sikap Irene yang begitu perhatian kepadaku.
Aku sampai di kios penjual batu mulia. Pria tempo hari yang memberiku liontin pun menyambutku terkejut, "Ah, Mas ini!" dan melihat Irene, "Ah, Nona juga! selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu, Pak! Apa sebenarnya maksud bapak memberikan liontin itu?"
"Dimanakah liontin itu sekarang? Itu untuk perlindunganmu!"
"Perlindungan dari apa?"
"Apa ada yang mengganggu Mas?"
Aku terdiam tak tahu bagaimana menjelaskannya.
"Kau sudah datang dengan satu bintang, Mas!"
Aku semakin tak mengerti.
"Mari, kita bicara di tempat yang lebih nyaman."
Penjual itu mengajak kami ke kios lain. Irene semakin erat menggenggamkan tangannya.
Kami menuju ke deretan kios souvenir. Dan kujumpai lagi nenek yang kemarin.
"Ahh, kau datang juga, Nak!" sambutnya.Aku bingung harus berkata apa dan nenek itu mengusap pipiku, "Ada apa? Ada yang mengganggumu?!"
"Aku sering bermimpi aneh!" jawabku membuka cerita, "Suku-suku aneh. Juga seorang gadis cantik! Mereka sering memegang liontin dan senjata itu."
"Hmm, aku mengerti. Kau tak perlu khawatir pada mereka, bukan musuh!"
"Siapa mereka? apa ada hubungannya dengan liontin dan senjata itu?"
"Tentu saja ada. semua hal di alam semesta ini saling berhubungan, Nak! Mereka pelindungmu juga!"
"Siapa mereka? melindungi dari apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Utan
AdventureDokter Utan adalah seorang dokter hewan yang bisa berubah menjadi hewan apa saja. Ia superhero baru yang akan menyelamatkan hewan dan alam.