Penyelidikan

172 2 2
                                    

Aku berangkat ke kantor polisi sendirian dengan mobil ranger milik unit. Letaknya cukup dekat dengan kota. Di daerah pinggiran.

Senjata tajam kutinggalkan di dalam mobil, sedangkan liontin berbatu amethyst kupakai.

Para polisi yang kemarin datang kembali menanyaiku beberapa pertanyaan dan menyodorkan beberapa foto kriminil dan residivis. Tak satupun dari foto itu yang mirip dengan para perampok.

Akhirnya mereka memintaku untuk membantu membuat sketsa wajah para pelaku. Dua orang cukup kuingat wajahnya.

Sketsa telah jadi dan cukup bagus. Mirip dengan wajah pelaku yang kuingat. Pintar benar seniman polisi ini!

Wajah mereka mirip orang Jawa. Berkulit agak gelap, hidung agak besar. Salah satu berkumis dan berjenggot tipis. Lainnya tidak. Si punya kumis tubuhnya paling besar di antara yang lain.

Polisi pun memintaku untuk mengantarkan ke tempat kejadian untuk memberikan keterangan lebih jelas. Kusanggupi dan kami berangkat ke sana bersama empat orang anggota mereka.

Kami datangi tempatku dirampok. Kutunjukkan bagaimana rentetan kejadian waktu itu. Semacam olah TKP atau reka adegan barangkali.

Kujelaskan pula arah aku berlari ke hutan dan melumpuhkan salah satu perampok. Polisi sedikit menyusuri tempat itu untuk menemukan petunjuk, namun mereka tak menemukan apapun. Sebelumnya mereka memang pernah menyusuri daerah ini.

"Kami akan berusaha mencari pelakunya berdasarkan keterangan dan sketsa wajah dari Anda, Dok!" pamit mereka setelah dirasa selesai di tempat itu.

"Baik, Pak!" jawabku, "Terimakasih banyak!"

"Anda tak pulang bersama kami, Dok?" tanya para polisi yang sudah berada di dalam mobil mereka, "Saya masih ada urusan, nanti saya pulang sendiri!"

"Baik, Dok! Tetap berhati-hati! Ini pulau yang aman, tapi hal-hal mengejutkan kadang terjadi!" pesan salah-satu polisi yang kupikir adalah komandan mereka.

"Yah!" jawabku.

Andai saja mereka tahu bahwa aku bisa berubah jadi hewan, atau betapa drastisnya hutan pulau ini berkurang, mereka akan betul-betul terkejut. Atau memang mereka sudah mengetahuinya, dan tak terlalu peduli, baik pada menipisnya hutan atau berubahnya manusia-manusia menjadi binatang yang mengikisnya.

Aku berdiri di pinggir mobil saat mereka telah pergi. Posisi yang kurasa tepat dimana kami dulu dipepet dan dirampok. Rasanya masih teringat benar kejadian itu.

Kuingat bagaimana aku dan Agus melawan mereka. Dan bagaimana akhirnya Agus tertembak.

Kutelusuri kembali tempatku berlari dan bersembunyi. Tetap tak menemukan petunjuk apapun.

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan munculnya si gadis cantik suku pedalaman bersama burungnya yang hinggap di sebuah dahan. Ia berdiri di depanku dalam beberapa jarak.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dokter UtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang