Eksotika Alamiah

161 1 2
                                    

Aku berubah jadi kelelawar untuk menuju ke rumah ayah Jessica. Cukup melelahkan jika harus berjalan kaki sebagai manusia. Dengan terbang begini jadi lebih cepat.

Istriku sebagai putri hutan dapat berpindah-pindah tempat dengan cepat. Entah bagaimana jika ia berada di luar hutan, apakah memiliki kekuatan seperti itu, aku tak tahu.

Akhirnya kami sampai di rumah Pak Heri. Aku mendarat di pohon besar dan berubah wujud menjadi manusia. Istriku pun tiba-tiba telah berada di sampingku.

"Apa ia masih di sana?" gumamku menanyakan keadaan Jessica.

"Masih!" jawab istriku, "Selamatkan dia, aku akan bantu dari sini!"

Aku berubah lagi jadi kelelawar dan melesat menuju rumah itu. Kukitari berkeliling. Nampaknya penjagaan diperketat.

Banyak orang berjaga dengan menenteng senjata laras panjang. Ada juga beberapa orang dengan penampilan biasa saja. Tak membawa senapan, tapi sepertinya menenteng senjata tajam dan tulup. Barangkali suku lokal yang dipekerjakan oleh Pak Heri.

Setelah berkeliling, kulihat Jessica berada di sebuah kamar. Kudekati jendela kacanya yang lebar.

Aku berubah jadi cicak dan menyusup lewat ventilasi. Nampaknya ia disekap di kamar itu. Ayahnya bersama si ibu tiri berbincang padanya.

"Besok unit akan dibongkar polisi!" ujar Pak Heri, "Tamat riwayat mereka!"

"Papa jahat!" jawab Jessica, "Kenapa selalu bawa-bawa polisi dan hukum?! Pengecut!"

"Ha ha, dasar bocah! Belum tahu dunia!" balas Pak Heri pergi meninggalkan kamar bersama istrinya.

Jessica duduk di kasur dengan kesal dan nafas memberat. Cindy kemudian datang dan mendekatinya.

"Maaf jika kau baru tahu tentang ini," ungkap sahabat Jess itu mengusap pundaknya.

"Apa?"

"Tentang penutupan unit."

"Kau bersekongkol dengan Papa! Tuntutanmu pada Dokter Putra dulu itu atas suruhan Papa?!"

Cindy terdiam menunduk.

"Kenapa kalian gunakan polisi, hukum dan pengadilan sebagai senjata untuk mencelakakan orang lain? Apa salah dokter Putra?!"

"Maaf Jess," jawab Cindy selembut mungkin, "Aku juga butuh uang. Lagipula..."

"Apa?"

"Aku mencintai papamu."

Jessica memandang tajam sahabatnya itu. Lalu tiba-tiba menamparnya.

Cindy terpancing dan membalas tamparan itu hingga terjadi perkelahian di kasur. Sama-sama kuat, mereka akhirnya berdiri di samping kasur dan melanjutkan pertarungan.

"Kita sama-sama belajar Taekwondo!" gerutu Jessica, "Ayo hadapi aku!"

Mereka pun kembali berkelahi dengan tendangan-tendangan indah. Aku tak tahu Jess belajar Taekwondo.

Dengan tendangan memutar, Jess menghempaskan Cindy ke kasur. Anak Pak Heri itu segera bergegas keluar dari kamar.

Dua orang penjaga lelaki menghadangnya di luar. Dengan mudah dilumpuhkan Jessica dengan tendangan Taekwondo ke kepala mereka.

Dua penjaga perempuan kemudian maju menghadapinya. Sepertinya anak buah istri Pak Heri yang tempo hari turut menari tradisional di kantor.

Jessica menghadapi dua petarung wanita itu dengan cukup sengit. Hasilnya berimbang! Dua perempuan lokal itu lumayan hebat.

Keributan memancing Pak Heri dan istrinya keluar kamar. Dengan tangkas istri Pak Heri maju dan menyerang Jessica.

Putri Pak Heri itu tersungkur dan kesakitan. Ia tak mampu menghadapi ibu tirinya. Ternyata wanita itu memiliki kemampuan bertarung lebih hebat dari dua anak buahnya.

Dokter UtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang