Chap 1

1.6K 137 3
                                    

Seperti kebanyakan cerita ONS ( One Night Stand ) yang pernah dirinya dengar dari teman kantor atau semasa kuliah dahulu, kalau terbangun dikamar orang asing saat pagi dengan keadaan polos dan ngilu di bagian bawah tubuh, mungkin sudah biasa dan Hinata tidak akan memusingkan hal itu, karena dia tidak akan sudi jadi jalang, hanya untuk hasrat dan nafsu semalam.

Tapi apa yang Hinata alami pagi ini mampu membuatnya membeku seraya menutup mulut sendiri demi melerai teriakan agar tidak keluar dari mulut manisnya itu.

Bagaimana tidak ingin menjerit, saat ini tubuh molek sang gadis atau bisa jadi sudah jadi wanita itu sekarang hanya di lapisi selimut putih tebal.

Hinata mengintip kedalam selimut, tubuhnya hanya dilapisi oleh bra dan celana dalam.

Satu fakta gila lagi adalah pria tampan yang saat ini memandangnya dengan senyuman tampan bak Dewa Yunani adalah Satpam di kantornya sendiri.

Tak beda jauh dengannya, pria tampan itu juga dalam keadaan bertelanjang dada. Sekali lagi, telanjang dada.

Ya tuhan, apa yang sedang terjadi ?

"Mba Hinata nggak apa-apa ? "

Pertanyaan macam apa itu, Hinata ingin menangis rasanya, bagaimana bisa dia baik-baik saja, saat terjaga dikamar pria ini ? apa yang sudah mereka lakukan ?

"P-pak Naruto, apa yang terjadi, kenapa saya bisa ada disini ? "

Suara gadis itu bergetar

Pertanyaan itu keluar dari suara yang terdengar lebih seperti cicitan. Hinata masih memeluk erat selimut putih di dada. Pandangannya di arahkan keseluruh sudut kamar sang pria.

Ini sudah jelas kamar Naruto sang satpam, terlihat seperti ruang kos-kosan sederhana dan aura laki-laki sekali.

Naruto memperhatikan Hinata terlihat sedikit syok dan ketakutan, mampu membuat Naruto menahan senyum geli.

"Mba Hinata tenang saja, tidak ada yang terjadi dengan kita, jangan panik ya mbak"

Pria itu berucap disertai dengan kekehan kecil

"Ma-maksudnya kita tidak melakukan apa-apa, benar kan Pak ? "

Hinata masih ingin memastikan, tapi memang dia tidak merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya.

Naruto mengangguk

"Iya Mba tenang saja, semua aman kok, tidak terjadi apa-apa, untuk saat ini belum "

Sekali lagi pria itu terkekeh, Hinata dibuat merinding oleh tingkah pria itu.

"Jadi, gimana ceritanya saya dan bapak bisa disini dan dalam keadaan begini ?"

Hinata sedikit menjauhkan tubuhnya dari Naruto.

"Nanti saya ceritain, sekarang mending mba Hinata mandi dulu, hari ini kerja kan ya, saya juga mau kerja, kita bisa berangkat bareng. Tapi mba Hinata nggak masalah kan naik motor ?"

Seketika Hinata langsung mengalihkan tatapannya ke jam dinding di atas pintu kamar. Benar sekarang sudah jam tujuh pagi dan dia harus ke kantor.

Dengan anggukan pelan, Hinata menjawab partanyaan pria itu.

"Pak Naruto, pakaian saya, dimana ya? apa bisa saya pinjam handuk dan alat mandi bapak juga ?"

Naruto mengangguk, seraya bangkit dari ranjang.

"Semua dikamar mandi mba, saya sudah keringkan pakaian mba Hinata, alat mandi yang baru juga di dalam. Saya keluar dulu, biar mbanya nyaman"

Naruto beranjak dari kasur itu hanya dengan celana training hitam sepinggul, sukses membuat Hinata terpana sebentar dan dengan cepat mengalihkan pandangn.

Gimana tidak, tubuh bapak satpam itu sangat cocok di jadikan model celana dalam dengan merek "Buaya". Membuat gadis perawan sekelas Hinata merona.

********

Naruto keluar dari kamarnya dengan memegang dada kiri dimana jantunganya berada sambil menghela napas berat. Ini rekor terlama Naruto bisa satu ruangan dengan Hinata dan bersikap biasa saja.

Semalam, serasa mimpi bagi Naruto bisa seranjang dengan Hinata dan pagi ini serasa mimpi lagi saat dia bisa melihat wajah cantik sang dara dalam radius kurang dari satu meter.

Gila, gila, gila, Naruto bisa gila.

Siapa yang tidak kenal Hinata di gedung kantor tempat Naruto bekerja, gadis itu menjabat sebagai Manager keuangan disana, itu termasuk posisi tinggi dan gilanya Naruto sudah menaruh hati dengan si gadis sangat lama.

Tapi apalah daya, dirinya hanya satpam dan Hinata manager, level mereka berbeda, sungguh sangat sulit di gapai bukan ?

Ah sudahlah, biarkan Naruto merasa bahagia pagi ini sebelum kembali ke realita lagi nanti.

"Pak Naruto, saya sudah selesai, bapak bisa masuk" Hinata keluar dari kamar itu dalam keadaan yang sudah rapi dan berdiri di sebelah Naruto yang saat ini masih duduk di kursi depan kos-kosan.

"Ah iya mba, mba Hinata bisa tunggu disini lima belas menit, saya mau siap-siap juga, setelah itu kita cari sarapan ya mba, apa tidak masalah ? "

Naruto tidak peduli kalau di anggap tidak sopan, yang jelas pagi ini dia ingin menghabiskan waktu selama mungkin dengan Hinata, kapan lagi bukan.

"Baik Pak, terima kasih" Naruto hanya membalas dengan senyuman dan berlalu pergi masuk ke dalam untuk siap-siap.

*******

"Mba, ingin sarapan apa?"

"Terserah pak Naruto saja, saya ikut"

Hinata sangat canggung dengan keadaan ini, dia memegang baju belakang Naruto agar aman diatas motor matic sang Satpam.

"Bubur ayam mau mba ?"

Naruto mencuri pandang dari spion depan

"Boleh Pak"

Selang beberapa menit kemudian mereka sudah berada di warung bubur ayam langganan Naruto.

"Mba Hinata, tempatnya seperti ini, apa nggak masalah mba makan disini ?"

Naruto sedikit khawatir kalau Hinata tidak nyaman. Mungkin saja selera gadis itu bukan makanan jalanan.

"Nggak masalah pak, yuk mari pesan nanti kita telat ke kantornya"

Walaupun Hinata terlahir dari keluarga berada, tentu tidak masalah baginya makan di warung kali lima.

" Mbak yakin?"

Kembali Hinata mengangguk dan Naruto bernapas lega. Tidak salah Naruto manaruh hati pada gadis ini dari lama, selain cantik, baik dan rendah hati, Hinata juga apa adanya.

Ah Naruto makin cinta.

Naruto dan Hinata makan dengan tenang, karena memang dasarnya Hinata sedikit pendiam, dan Naruto juga bingung mau bahas apa, takut sok asyik dan membuat Hinata terusik.

"Pak Naruto, saya sudah selesai, apa kita bisa jalan ke kantor sekerang?"

Seketika lamunan Naruto terhenti dan langsung menatap Hinata.

"Ah, iya mba sudah, yuk mari mba"

Saat Hinata akan berdiri dari kursinya, tiba-tiba saja heels yang digunakannya patah, sehingga membuat gadis itu kehilangan keseimbangannya dan hampir jatuh, untung Naruto dengan sigap meraih tubuh Hinata.

Naruto memeluk tubuh Hinata erat dari belakang, melingkarkan kedua tangannya pada perut ramping sang gadis agar tidak jatuh kedepan, pria itu tidak sadar dengan posisi mereka saat ini yang jadi tontonan orang banyak.

"Bisa kali mas, meluk mbanya biasa aja, banyak jomblo iri nih."

Seketika acara peluk memeluk itu berakhir saat suara salah satu pelanggan menginterupsi adegan spontan yang di lakukan Naruto.

'Sialan, ganggu aja lu'  suara hati Naruto menjerit kesal

"Mba Hinata maaf ya, saya reflek" dan Hinata, jangan di tanya, dia hanya mengangguk singkat dan tertunduk malu seraya kembali duduk.







Tbc

Hi you, Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang