CHAP 3

810 108 11
                                    

"Hin, darimana aja, dicariin Neji semalam tahu"

Hinata sedikit tersentak karena rekannya tiba-tiba muncul dari bekalang seraya menepuk pundak Hinata pelan.

Mereka sedang berada di toilet perempuan lantai dua, dimana ruangan Hinata berada.

"Eh Ino, kirain siapa. Aku hampir teriak" Hinata mengelus dadanya, sedangkan pelakunya hanya cengir manis.

"Neji heboh banget nyariin lu semalaman, katanya lu nggak pulang dan hp lu juga nggak aktif" Jelas Ino.

Neji adalah kakak sulung Hinata, dia bisa membayangkan seberapa panik Neji dan Ayahnya, karena dia tidak pulang.

Hinata mengeluarkan ponsel dari dalam saku blazer yang di kenakan dan benar saja benda persegi itu sudah mati, mungkin sudah mati dari malam tadi.

"Terus kamu bilang apa sama bang Neji No ?" Jujur Hinata takut kalau Neji marah karena dia tidak pulang.

Walaupun Hinata sudah dua puluh enam tahun, tapi Neji masih 'overprotective' kalau menyangkut kedua adik perempuannya, Hinata dan Hanabi.

Ino tersenyum misterius "gue bilangin ke Neji, kalau lu nginap sama laki-laki di hotel, biasa anak muda"

Ino masih tersenyum iblis, membuat Hinata panik meringis

"Ya ampun, kamu gila Ino. Gimana ini, mati aku, bang Neji pasti ngamuk banget nanti sama aku No"

Hinata sudah siap untuk menangis sekarang dan saat ini wanita pirang yang menjabat sebagai Manajer Pemasaran, itu sudah terbahak lantang.

"Ya Lord Hin, lu polos banget ya, gue nggak sanggup ini, perut gue sakit" 

Ino yang masih memegangi perutnya itu, tidak sanggup menghadapi keluguan rekannya.

"Nggak mungkin lah gue bilang gitu ke Neji Hin, yang ada bukan cuma lu yang di amuk, gue juga bakal dibunuh sama dia karena biarin lu jadi binal"

Jelas Ino, dia sudah hapal kegilaan abang Hinata.

Mereka sebenarnya sudah bersahabat dari bangku Kuliahan, dan entah nasib atau memang persabahatan mereka yang sejati, bahkan saat ini juga sekantor.

Sama-sama menjabat jadi manager juga pada divisi yang berbeda .

Hinata sedikit bernafas lega mendengar penjelasan Ino barusan "Syukur, bisa mampus aku No. Jadi, kamu bilang apa ke bang Neji ?"

"Gue bilangin lu nginap dirumah si Jidat dan Neji percaya, soalnya gue bingung bohong apa ke Neji, gue telpon lu juga nggak bisa. Untung semalam habis Neji nelpon, gue hubungi Jidat langsung biar bohongnya benaran gitu Hehe" jelas Ino panjang lebar.

Jidat itu sahabat Hinata juga, nama aslinya Sakura dan mereka berdua yang masih belum menikah, tapi yang single cuma Hinata doang, sedangkan Sakura sudah punya tunangan dan kalau Ino bilang nginap di rumah dia tidak mungkin, karena Ino sudah menikah, Neji pasti tidak akan mengizinkan adik perempuannya tidur di rumah orang lain yang sudah menikah.

Hinata benar-benar lega sekarang

"Thanks No, kalian memang paling bisa di andelin" Hinata dengan manisnya memeluk lengan kiri Ino.

"Yeeeee, lu masih hutang penjelasan sama gue ya Hin, kemana lu semalaman ? Jangan bilang lu benaran nginap sama laki-laki?" Tebak Ino

Hinata melepaskan lengan Ino seraya menggeleng pelan, tapi habis itu mengangguk polos.

"WHATTTT, seriusan lu nginap sama laki-laki?" teriak Ino cukup keras tapi mulutnya langsung di bekap.

"Ino, jangan keras-keras dong, di dengar yang lain gimana nanti"

Hi you, Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang