"Mba Hinata nggak kenapa-kenapa kan, kakinya nggak sakit kan mbak ?"
Naruto tanpa sadar sudah berlutut di hadapan gadis itu, memegang pergelangan kaki Hinata. Naruto sempat melirik ke High Heels yang di pakainya dan benar salah satu "heels" sepatu itu patah, tapi Naruto tidak sadar kalau perlakuannya saat ini lebih membuat Hinata lebih malu lagi dan sedikit tersipu.
"Gapapa Pak, saya baik-baik saja" gumam Hinata pelan, coba menjauhkan kakinya dari Naruto
"Mba, ini 'heels' sepatunya patah, mba tunggu disini sebentar ya, saya cariin lem dulu buat perbaikinya."
Hinata belum sempat mengangguk, namun Naruto sudah beranjak dan berlalu dari hadapan gadis itu, entah kemana.
*****
"Nah, sudah mba, sudah bagus lagi, biar saya bantu pasangin"
Naruto kembali berlutut di hadapan Hinata dan menarik pelan kaki gadis itu yang membuat Hinata tersentak kaget dengan perlakuan Naruto barusan.
"Eh..pak Naruto, nggak usah Pak, saya bisa sendiri"
"Gapapa mba, ini saya sudah terlanjur pegang kaki mba juga, jadi sekalian hehe"
Naruto tidak sadar kalau perlakuannya saat ini membuat Hinata sedikit tersanjung, karena masih ada jaman sekarang pria semanis itu.
"Nah sudah mba, yuk jalan ke kantor, tapi saya bayar buburnya dulu ya, tunggu sebentar."
Hinata hanya menganggukan kepala seraya membuntuti pria itu dari belakang.
******
"Pak Naruto, makasih banyak buat tumpangan dan buburnya, tapi saya masih tunggu penjelasan kenapa saya bisa di kamar bapak"
Hinata mengulurkan helm yang di pakainya ke Naruto. Saat ini mereka sudah di parkiran kantor
"Mba, nggak usah khawatir, saya nggak mungkin berbuat jahat sama mba, sumpah"
Hinata percaya sebenarnya, toh Naruto juga terkenal pribadi yabg baik dan ramah dan lumayan tampan di gedung tempat dia bekerja. Tapi sebagai perempuan baik-baik, Hinata hanya penasaran.
"Saya percaya sama bapak, tapi saya penasaran saja, karna seingat saya malam itu, saya masih duduk di halte dekat kantor"
Naruto menganggukan kepala mendengar ucapan Hinata barusan. Memang benar dia menemukan Hinata di halte semalam.
"Benar mbak, saya bisa jelaskan nanti, tapi mungkin sekarang waktunya nggak sempat, sebentar lagi sudah jam masuk kantor, gimana kalau saat pulang saja saya jelasinnya ?"
Ini hanya alasan Naruto, dia hanya ingin punya lebih banyak waktu berdua dengan Hinata, selagi kesempatan kali ini ada, jadi Naruto pikir kenapa tidak digunakan sebaik-baiknya bukan ?
"Gimana kalau nanti mba Hinata pulang biar saya yang anterin?" persetan dengan apa yang di pikirkan Hinata tentang dia sekarang, yang jelas Naruto akan memanfaatkan kesempatan.
"Eh..nggak usah pak, saya sudah banyak merepotkan bapak bari ini"
Naruto manarik sudah bibirnya, seraya terkekeh kecil dan menggeleng.
"Nggak masalah mba, direpotin seumur hidupun juga saya mau, asal itu mba Hinata"
Kembali kesekian kalinya Naruto terkekeh, dan itu sukses membuat Hinata memerah.
"Gimana mba, mau ya saya anterin pulang nanti, saya tau mba hari ini tidak bawa mobil" memang benar sejak seminggu ini Hinata tidak menggunakan mobilnya ke kantor.
Gadis itu terlihat berpikir sebentar, kemudian menganggukan kepalanya pelan "boleh pak, jika tidak keberatan"
Hinata pikir tidak masalah juga pulang hari ini dengan Naruto, sekalian dia mau dengar penjelasan dari pria itu nanti.
Huh? Apa ini khayalan, kenapa Hinata semudah itu mengiyakan ajakannya barusan, ah persetan yang jelas Naruto lagi bahagia sekarang.
"Siap mba, Hinata"
Gadis itu masuk ke dalam gedung kantor dan mereka berpisah di depan, karena memang Naruto kerjanya di luar, karena pos Satpamnya di luar gedung.
******
Sekamar dengan Hinata, seranjang juga dan sarapan bersama pagi ini membuat urat pipi dan bibir Naruto tertarik terus sedari tadi, senyum bahagia itu tidak bisa hilang dari wajahnya yang memang agak sedikit konyol tapi tampan, sampai rekan satu teamnya melihat keheranan.
"Lu kenapa bang? lagi bahagia banget roman-romannya." tanya rekan Naruto yang lebih muda darinya bernama Konohamaru.
"Gapapa, lagi senang aja gua. Emang keliatan kayak gimana dimata lu?" seloroh Naruto dengan senyum tipisnya.
"Jujur lu kayak orang gila, senyum sambil nyengir terus, tu muka udah kek orang habis nyabu"
"Etdah, ganggu aja lu, noh jagain pos, gw mau tidur bentar, ngantuk banget."
"Heleh, habis gawean emang lu semalam? Perasaan lu pulang sorean dah?"
Konohamaru keheranan, persaan Naruto tidak shift semalam.
"Rahasia, bocah nggak perlu tau" elak Naruto seraya merebahkan kepalanya dilipatan tangan dan bersiap untuk tidur sebentar.
Konohamaru yang tidak mau menganggu senior se-timnya itu hanya melenggang keluar pos dengan dengusan kecil
'bocah-bocah gini, dia juga bisa bikin bocah, asal Naruto tau saja'
Jujur Naruto tidak bisa tidur semalaman, bagaimana mau tidur tenang kalau di sebelah Naruto ada Hinata yang hanya menggenakan pakaian dalam, gini-gini Naruto pria sejati yang bisa 'Horny' apalagi Hinata di sebelahnya yang notabennya sang pujaan hati.
Terpaksa malam itu Naruto hanya duduk diam di depan kosan, ditemani rokok dan segelas kopi hitam, baru jam empat pagi dia masuk dalam kamar, bergabung tidur dengan canggung dengan Hinata di atas ranjang .
Tapi demi tuhan, Naruto tidak mencuri kesempatan, karena memang sudah semakin dingin di luar jadi terpaksa Naruto masuk kedalam.
Pagi ini dia mau tidur sebentar dulu, sebelum kembali kerutinitas nanti. Jangan bilang Naruto makan gaji buta, biarkan hari ini Naruto sedikit berkerja sesuka hati.
Bukannya tidak berdedikasi, Naruto punya alasan sendiri, toh selama ini dia termasuk karyawan yang terpuji, walaupun hanya seorang satpam.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi you, Love you
RomanceApa salah jika jatuh cinta dengan satpam ? Jawabannya tentu tidak Mari simak kisah sang Manager keuangan yang jatuh hati pada Satpam kantornya sendiri. .......... "Mba Hinata, ati-ati pak Naruto itu buaya, eh nggak deh, canda Pak canda. Peace" Naru...