CHAP 7

576 89 10
                                    

"Dek, sini " Naruto melambaikan tangan pada Hinata yang baru keluar dari Lift.

Sudah jam sembilan malam dan sesuai janjinya kalau hari ini dia akan mengatarkan gadis itu pulang.

"Mas, maaf ya sudah menunggu lama"

Hinata merasa tidak enak, karena harus ditungguin pulang oleh pria itu.

Naruto menggeleng, tanda tidak keberatan

"Gapapa, mas senang kok bisa pulang bareng kamu. Pulang langsung ya, dek Hinata letih banget keliatannya"

Naruto mengelus puncak kepala Hinata lembut, Naruto sedikit khawatir mengingat Hinata baru sembuh dari sakit kemarin.

Gadis itu mengangguk

"Makasih ya, mas" Hinata tersenyum manis, senang sekali ada yang menghawatirkan dia, apalagi itu Naruto.

Naruto meraih jemari gadis itu untuk di genggam, dan keluar dari gedung menuju parkiran, Hinata membalas genggaman Naruto dengan masih tersenyum manis tanpa Naruto ketahui.

Hinata rasa dia benar-benar sudah jatuh hati pada pria ini.

********

Motor matic pria itu memasuki kawasan rumah Hinata, berhenti pas di depan pagar rumah yang menjulang tinggi.

"Nah sudah sampai, adek masuk ya, jangan lupa minum vitaminya, jangan tidur kemalaman dan jangan sampai sakit lagi."

Naruto memborong nasihatnya untuk gadis itu. Tidak mau kalau Hinata kenapa-kenapa.

Hinata tersenyum geli mendengar ucapan Naruto, rasanya makin hari Naruto makin cerewet padanya.

"Iya iya mas adek tau, makasih ya udah di anterin dan perhatian juga"

Hinata memandang Naruto beberapa detik, entah kenapa malam ini pria itu terihat jauh lebih gagah dimatanya.

"Sama-sama, mas senang kalau dek Hinata baik-baik aja dan kita bisa ketemu terus"

Naruto balas memandang Hinata, wajah ayu gadis itu tidak pernah membuatnya bosan ataupun jenuh.

Hinata mengakhiri kontak mata mereka, karena jujur saja dia tidak kuasa jika harus di tatap oleh Naruto lama-lama.

Jantungnya berdetak kencang dan lututnya mulai lemah.

"Emm... Kalau gitu, aku masuk dulu ya mas, mas Naruto hati-hati pulangnya"

Naruto membalas dengan anggukan mantap. Hinata membalikan badannya dan melangkah menuju pintu depan pagar rumah.

Akan tetapi baru beberapa langkah, gadis itu berbalik lagi ke arah Naruto, dengan gerakan cepat Hinata mengecup singkat pipi berkulit tan pria itu dan langsung berlari secepat kilat masuk ke dalam rumah.

Apa barusan? Naruto memantung di tempat.

Jangan ditanya keadaan Naruto saat ini, dia masih membeku dengan sebelah tangannya memegang pipi yang barusan Hinata kecup.

Pria itu tersenyum lebar dengan masih mengelus pipi kanan itu.'Dekkkkkk Hinaattaaaaaa'

Naruto menjerit dalam hati, karena tidak mungkin dia berteriak, yang ada satpam komplek akan pukulin Naruto sampai mati.

Naruto meninggalkan kawasan rumah Hinata dengan berbunga-bunga tanpa menyadari kalau ada dua orang manusia yang sedari tapi memperhatikan kegiatan dia dan Hinata dari lantai dua ruangan kerja kepala keluarga.

"Itu dia laki-laki yang aku ceritain kemarin yah"

Neji buka suara, di sebelahnya ada Hiashi ayah dari tiga kakak beradik dan juga kepala keluarga.

Sedari tadi Neji dan Hiashi memperhatikan kegiatan absurd Hinata dengan Naruto yang keliatan seperti anak SMP baru jatuh cinta, ketimbang dua orang dewasa yang sudah mau kepala tiga.

Neji sedikit merinding melihat Hinata dengan berani mengecup pipi seorang laki-laki

Jomblo menahun, membuat adik perempuannya itu tidak tertolong lagi.

"Jadi, apanya yang salah menurutmu, Neji ? "

Hiashi berucap, seraya masih memperhatikan motor Naruto meninggalkan kediamannya.

"Ayah nggak tau, Pria itu cuma satpam di kantor Hinata, masa iya Hinata sama dia, apa kata dunia"

Neji masih tidak rela kalau calon adik iparnya kelak hanya seorang satpam.

Walaupun jujur, dari tampang, Naruto tidak kurang, tapi untuk kerjaannya Neji masih berat untuk bisa terima.

Hiashi tersenyum ke arah putra satu-satunya itu.

"Memang apa yang salah dengan satpam, hmm..?"

Hiashi tidak pernah mempermasalahkan kerjaan apapun untuk calon menantunya kelak yang penting bertanggung jawab dan anak-anaknya bahagia itu sudah cukup untuk Hiashi.

"Ayah tidak masalah suami Hinata punya kerjaan apapun, yang penting halal dan bertanggung jawab dan yang paling penting, adik kamu bahagia"

Ucapan Hiashi membuat Neji terdiam.

"Kamu harusnya senang lihat Hinata sudah punya teman laki-laki, ayah jujur khawatir sama dia, selama ini hanya sibuk kerja dan kerja terus, ayah takut anak ayah jadi perawan tua"

Hiashi terkekeh pelan, walaupun tidak akan mungkin juga anaknya yang secantik itu bakal jadi perawan tua.

"Iya juga sih yah, tapi apa ayah benaran nggak masalah sama Naruto yang hanya satpam?"

"kalau adikmu sukanya dan senang sama pria itu, apa yang salah coba"

Hiashi berucap kembali, seraya melangkah keluar ruangan. Meninggalkan putranya sendiri disana.

Jujur, orang tua seperti Hiashi ini sudah amat langka sekarang.

"Oh ya Neji, kamu cari calon istri juga sana, nggak malu apa sama umur.!"

Perkataan Hiashi, seketika menusuk Neji dan dia tertohok, karena mengingat dirinya juga masih jomblo.


*******


Hinata masih berguling-guling di ranjang, rasana ingin menghilang dari Bumi.

Apayang sudah dilakukannya pada Naruto tadi, rasanya gadis itu tidak punya muka buat ketemu Naruto. Dia malu sekali

"Ya ampun, kamu emang sudah gila Hin, pasti mas Naruto bakal anggap aku aneh dan murahan"

"Gimana ini, aku nggak punya muka untuk ketemu mas Naruto besok di kantor"

Hinata ingin menangis, kenapa sikap impulsifnya muncul dan tidak bisa di ceggah. Dia hanya terbawa suasana, dan tanpa sadar melakukan hal itu.


*******

Hari ini Naruto tidak bertemu dengan Hinata di kantor sampai jam pulang, entah kemana gadis itu menghilang atau memang lagi bersembunyi dari dirinya.

Hinata pasti malu sekali dengan apa yang kamarin malam dia lakukan dan Naruto maklum kalau saat ini gadis itu tidak menampakan diri di hadapannya.

Sambil terkekeh, Naruto mengusap kembali pipi kanannya yang di kecup Hinata semalam. Ah, rasanya ingin mengabadikan moment langka ini.

Terbesit di pikirannya untuk tidak mencuci muka supaya bekas bibir Hinata tidak hilang dari sana.

Drrtt Drrttt Drrrt

"Hallo Mi "

"Kamu nggak lupa kan kalau hari ini kerumah ?" ucap Kushina diseberang

"Iya Mi, ini Naru sudah mau otw kesana"

"Ok bagus, kamu ati-ati ya, nak"

Naruto balas 'iya' dan Kushina mematikan panggilan itu.

Naruto memasukan benda persegi itu dalam kantong celananya dan melangkah keluar kamar kosan untuk makan malam dirumah orang tuanya malam ini sesuai janjinya dengan sang ibu.










TBC

Hi you, Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang