Bau parfum khas sang empu menyeruak didalam satu ruangan. Haechan yang sedang mengancingkan lengan batiknya pun bersin karena terlalu kuat bau parfum yang ia hirup, ia memang salah menyemprotkan cairan itu terlalu banyak.
Ia memakai kaos kakinya, setelah mengecek penampilannya sekali lagi ia akhirnya keluar kamarnya. Ponselnya berdering, panggilan dari sang kekasih yang juga sedang bersiap-siap.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalaaam, udah berangkat belooooom??"
"Ini mau turun manasin mobil, kamu udah siap??" Haechan mencangking sepatu hitam resminya sambil menuruni tangga rumahnya. "Belom sih, ini lagi siap-siap.. Aku pake baju biasa dulu aja ya, ntar ganti di hotel sana aja"
"Iya, gerah ntar mana masih lama"
"Kamu pake batik langsung jadinya??"
"Iya, mager aja bawa perintilan banyak"
"Yakin?? Ntar panas Chan. Aku bawain deh perintilannya"
"Iyasih, ah tapi aku udah ganteng gini yang"
Terdengar suara tawa ringan Zeya "Yaudah ati-ati ya, kalo udah deket bilang ya" pesan sang kekasih.
"Siap sayang,"
"Yaudah, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam," jawabnya sambil duduk di kursi meja makan rumahnya. "Zeya mas?? Apa kabar Zeya mas?? Udah lama ibu ga ketemu Zeya, kamu sibuk terus jadi jarang ibu ketemu Zeya" tanya Ibunya tiba-tiba.
"Baik kok bu, ya ibu ketemuan dong sama Zeya.. minta anterin belanja bulanan gitu. Punya nomernya kan ibu??" ujarnya asal.
"Ya punya sih ibu nomornya Zeya, tapi yang kudunya nganterin ibu belanja tuh anak-anaknya ibu,"
Haechan beranjak dari kursi dan berjalan memutari meja makannya mendekat dengan ibunya, "Ya kan nanti Zeya juga jadi anaknya ibu yang ke lima," celetuknya. Ibu tertawa, "Aamiin,".
CUP!
Haechan mengecup pipi ibunya "Mas berangkat ya bu, pamitin ayah juga sama adik-adik kalo dah pada pulang. Assalamualaikum," ujarnya sambil menjauh pergi, "HEH! ENAK AJA GA SALIM KAMU??!! Nyelonong aja, ajarannya sapa begitu tuh??" teriak ibu dari ruang makan yang dapat membuat Haechan atret mundur kembali ke posisi semula.
"Hehe, assalamualaikum ibunda" ujarnya sambil mencium tangan ibunya. "Waalaikumsalam," jawab ibunya.
Haechan segera masuk kedalam mobilnya, ia berharap jalanan masih belum terlalu ramai agar tidak bertemu dengan kepadatan kendaraan di dalam kota maupun jalanan tol yang nanti akan mereka lalui.
Haechan baru saja sampai dari Yogyakarta kemarin malam, tidak terlalu larut tapi cukup melelahkan karena ia harus melakukan perjalanan darat dengan kereta api setelah ia pulang kerja.
Tapi mengingat hari ini ia dapat bertemu dengan kekasihnya yang sudah lama tidak bisa ia temui karena jarak yang menjauhkan mereka segala rasa lelah itu hilang. Ia tidak membawa buah tangan apa-apa karena pesanan Zeya belum bisa ia temui.
"Ah...beli kue aja kali ya buat orang rumahnya Zeya. Gaenak juga dateng-dateng dari jauh ga bawa apa-apa" ujarnya pada dirinya sendiri.
Ia membelokkan setir mobilnya ke toko kue yang lumayan sering ia datangi karena pesanan dari ibunya. Bukan toko roti yang besar atau mahal, hanya toko roti lapis yang cukup terkenal di kalangan para ibu-ibu dan pelancong luar kota.
"Selamat pagi, silahkan pesanannya" sapa pelayan toko roti itu.
"Pagi mbak, tolong yang original satu ya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Between : Bumi & Bulan | MARK LEE
Fanfiction[[Cerita tentang perbedaan dua insan dan semua rahasia dan cerita di dalamnya.]]