7. Bagian tujuh

47 3 17
                                    

Dua minggu lalu tepat ulang tahun Mark, Dira dan Mark tidak bisa merayakannya karena mereka berdua masih disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sama halnya beberapa hari lalu, tepat pada ulang tahun Dira. Mereka masih berkutat dengan dunia mereka masing-masing. Mereka hanya sempat menghabiskan waktu malam hari mereka setelah pulang kerja di Drive thru makanan cepat saji dan menghabiskan pesanan mereka di dalam mobil.

Mark adalah tipe manusia yang jika ia bisa, ia akan mengucapkannya lebih dahulu tepat pada pukul dua belas malam yaitu pergantian hari. Dan benar saja saat ulang tahun Dira, ia menelfon Dira tepat pada jam dua belas malam untuk mengucapkannya. Bertepatan pula Dira yang juga belum tidur karena harus lembur.

Malam ini mereka berencana akan bertemu makan malam berdua untuk merayakan ulang tahun mereka berdua. Dira yang sejak beberapa hari lalu disibukkan dengan pekerjaannya, saat ini pun masih ia meletakkan titik fokusnya pada pandangan yang sama. Ia sedang mencari-cari informasi sebagai data pendukung pekerjaannya.

Tiba-tiba ada sekotak makanan disodorkan kepadanya, ia melepas airPodsnya dan melihat siapa orang yang meletakkan kotak makanan tersebut di mejanya. "Ulang tahun ga ada kue tuh gaasik Dir," ujar Injun yang masih berdiri di hadapannya. Dira tersenyum melihat isi di dalam kotak makanan itu.

Itu adalah brownies bikinan ibu Injun, "Udah lewat lima hari setelah ultah gue sih, but thanks" canda Dira pada Injun. Injun tertawa, ia mengangkat tangan kirinya memperlihatkan dua buah gelas kopi yang ia beli di cafe lantai bawah untuk dirinya dan Dira. "Ama ice americano mantep nih Dir," ujar Injun yang menggoyang-goyangkan kedua gelas kopi agar es batu didalamnya berbunyi.

Dira melihat sebentar ke arah laptopnya, kalau dipikir-pikir juga sebenarnya ia lelah sedari tadi menatap layar laptopnya. Ia berfikir sebentar lalu mengangguk, "Okedeh, let's go!".

Mereka akhirnya menikmati brownies dan es kopi di ruangan khusus untuk para karyawan beristirahat. Mereka duduk di dekat jendela yang menampilkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit dan juga keramaian jalan yang ada dibawah sana. "Bener banget emang, ini brownies kudu dipasangin ama es kopi begini" celetuk Dira yang sedang menikmati es kopi dan browniesnya.

Injun tertawa, "Btw lo dari beberapa hari gue liat lembur terus lo, kaga jalan-jalan ama ayang emang??" tanya Injun karena ia mengetahui server Dira masih aktif hingga larut malam. Injun dan teman-temannya yang lain mengetahui bahwa Dira dan Mark sudah berpacaran. Tidak semua, hanya teman-teman dekat mereka.

Dira tertawa, "Sempet kok, makan mcd" jawab Dira santai. "Yailah, gue ama ponakan gue juga begitu kali Dir. Ponakan gue ulang tahun gue beliin mcd udah kayak dibeliin berlian" celetuk Injun.

"Emang lo ama ponakan lo bisa sayang-sayangan??" canda Dira yang membuat Injun bergidik ngeri, bahkan sejujurnya Dira juga geli mengatakannya. "Geli banget gue bayanginnya," ujar Injun yang dibalas tawa oleh Dira.

Injun membenarkan posisi duduknya sembari menaruh gelas kopinya, dan membiarkan air kopi dingin melewati tenggorokannya sebelum ia membahas topik yang menjadi alasan ia mengajak Dira duduk disini. "Dir," panggil Injun.

"Hmmm??"

"Lo berarti beneran backstreet sama Mark dari ibu lo??"

Dira mengangguk, "Terus kalo ketahuan ibu lo??"

"Yaaaa...gue sama Mark udah memikirkan kesitu sih,"

"Cepet atau lambat ibu gue pasti tau, dan yaaa gimana lagi selain dihadapin kan??" tambah Dira.

Injun menggeleng, "Emang lo ga cape?? Maksud gue, lo begini di umur lo dua puluh lima tahun kerasa pacaran jaman SMP". Dira menelan air kopinya sembari meringis karena terasa dingin di kerongkongannya. "Gue ngerasa begitu, tapi bukannya itu artinya gue awet muda??" canda Dira lagi.

Between : Bumi & Bulan | MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang