8. Bagian delapan

19 2 10
                                    

Pagi yang cukup berawan dihari Sabtu, saat ini Zeya sedang berada di kamar rawat inap Haechan untuk membantu Haechan mengemasi barangnya karena hari ini Haechan akan pulang ke rumahnya setelah satu minggu lebih ia berada di rumah sakit. Ia dibantu oleh Ayas sang asistennya hari ini, "Mbak, ini taruh mana??" tanya Ayas sambil menyodorkan buah-buahan yang kapan hari dibawakan oleh teman-teman kerja Haechan.

"Eum... oh ini aja Yas," ujar Zeya berlari kecil menuju tas bawaannya. Ia mengeluarkan benda putih yang ia lipat kecil, itu adalah tas belanja yang tadi ia beli saat mampir ke supermarket. Tas itu berwarna putih dengan gambar kartun Crayon Shin Chan, kartun kesukaan Haechan.

Ayas tertawa, "Shin Chan amat mbak??" Zeya juga ikut tertawa, "Mbak tadi beli gara-gara inget masmu," jawabnya sambil masih tertawa geli. Haechan datang dari kamar mandi setelah bersiap-siap, bercukur, cuci muka dan menyikat giginya. Zeya tersenyum, "Terima kasih yaaa asisten-asisten cantiknya maaasss," ujar Haechan sambil merangkul keduanya.

"Tenaga ini dipungut biaya secara terpisah,"

"Harap dibayarkan sesuai dengan tagihan,"

Haechan tertawa, "Iyaaaa, Steak buat Zeya, es krim buat Ayas"

"Enak aja!! Aku juga mau makan steak ya!" protes Ayas.

Tiba-tiba ponsel Ayas bergetar, "Ibu telfon, aku ke ibu dulu ya mas mbak.." pamit Ayas yang dibalas anggukan Haechan dan Zeya.

"Chan, kalo kamu cari charger laptop, hp ada di tas ini ya. Kalo camilan, makanan ada di tas ini, baju alat mandi dll ada di tas ini" ujar Zeya dengan lengkap sambil menunjuk tas-tas kecil yang ada di sofa di hadapannya. "Oh! Ini isinya buah-buahan dari temen-temenmu kemarin, hehe tasnya baru tadi aku beli emang buat kamu.. because it's Shin Chan.." tambahnya yang dibalas senyuman lembut dari Haechan.

Zeya duduk di sofa dan sedang menatap Haechan yang sedang mengenakan jam tangannya sambil melihat ke arah bawah sana, "Kamu bawa mobil??" Zeya mengangguk. "Kenapa ngga aku anter aja ntar??" Zeya menggeleng "Kamu harus istirahat, katanya senin mau kerja??" jawab Zeya lembut.

Haechan sebenarnya sudah tidak tahan untuk beraktivitas sejak beberapa hari yang lalu, ia terbiasa bergerak banyak setiap harinya. Karena ia belum bisa bergerak banyak saat itu, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membeli beberapa LEGO sederhana untuk bisa membantu Haechan menyibukkan dirinya. Mereka mencari kesibukan bersama. Terkadang mereka menonton acara memasak bersama, hingga Haechan yang ikut melihat pertandingan tennis karena Zeya dan berhujung ia mengerti tentang tennis.

Zeya tersenyum melihat Haechan yang sudah kembali seperti semula, bahkan tadi saat ia barusaja datang ia sudah bisa melihat Haechan yang sedang mengganggu adiknya. Zeya menghembuskan nafas leganya, sekali lagi ia merasa pilu melihat Haechan beberapa hari lalu.

Haechan yang merasa diperhatikanpun menoleh, ia tersenyum dan membuka lengannya bersiap menyambut Zeya kedalam pelukannya. Zeya berjalan mendekatinya, tenggelam kedalam pelukan Haechan. Haechan menghembuskan nafasnya kasar, "Kangen," ujarnya. "Plis banget?? Aku sering kesini, dan kita sering ketemu ya Chan" protes Zeya yang sekarang melepas pelukannya untuk menatap Haechan.

Haechan menariknya kembali, "Iya tapi gabisa peluk begini," Zeya tersenyum ia mengusap punggung Haechan.  "Aku kangen meluk kamu gini, ga kehalang sama selang infus.." sambungnya. "Aku gamau nangis ya.." ucapnya. Haechan tertawa kecil, ia meninggalkan kecupan di puncak kepala Zeya beberapa kali. "Udah ya, gausah aneh-anehan sok-sokan jadi Iron Man.." ujar Zeya.

"Aku keren tau," Zeya memukul pelan punggung Haechan yang mengundang tawa dari sang empu. "Iyaaaa iyaaaa," jawab Haechan sambil mengeratkan pelukan mereka dan menggoyangkan badan mereka ke kanan dan kiri. "Makasih ya," ucapnya lembut. Zeya melepas pelukannya lagi, kedua tangan mereka masih bertaut pada pinggang satu sama lain. "You've already said that like a thousand times Chan," jawab Zeya.

Between : Bumi & Bulan | MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang