Ini tentu bukan kali pertama Ruby berkunjung ke kediaman Niki yang hanya berjarak lima ratus meter dari kompleks perumahan modern miliknya. Tapi bukan berarti ia sering menginjakkan kakinya di rumah bernuansa Jepang ini--mungkin tidak lebih dari sepuluh kali sejak sah menjadi kekasih Niki.
Maklum, Niki terlalu tak enak hati pada pria bernama Kei selaku pemilik rumah. Walaupun sang kakak, Konon, adalah kekasih pebisnis muda itu tapi tetap saja Niki harus menjaga sikap dan tidak melunjak.
Salah satunya adalah dengan tidak sering mengundang teman berkunjung ke hunian yang sangat cocok dengan kata 'elegan' itu--termasuk tidak membawa Ruby sesering mungkin.
Ruby sendiri tak masalah, apalagi Heeseung selalu menekan Niki agar tidak banyak mengajak Ruby ke berbagai tempat tanpanya. Jadi, menghabiskan waktu berdua di rumah keluarga Lee sudah lebih dari cukup.
Berbicara mengenai Niki, si tampan sudah tidur lelap di atas ranjang. Kejadian di perpustakaan tadi cukup membuat Ruby terkejut dan berhasil memaksanya menggunakan jatah membolos di kelas Profesor Kim siang ini. Untung saja Jungwon juga memiliki 'acara' mendadak yang tidak bisa ditinggal--alhasil Jungwon bersedia mengantar Niki dan Ruby pulang dengan mobilnya sebelum pergi dan menghadiri sesuatu yang katanya penting.
Well, izin--membolos--sekali tidak akan membuat mereka mendapat predikat E bukan?
"Untung kambuhnya nggak parah."
Ruby mengusap peluh di dahi Niki dengan tisu di atas nakas. Menyingkap poni hitam milik sang kekasih sembari menatap lamat raut lelaki yang kini mulai mendengkur halus di sana.
Sudah lama sejak terakhir kali gangguan panik Niki kembali. Sebenarnya selama dua tahun berpacaran, Ruby tidak pernah melihat kelasihnya itu kambuh dengan keadaan yang brutal. Hanya sebatas sesak napas, pening, tremor, dan mual. Selebihnya--seperti berteriak, memecah barang, dan pingsan--ia tidak pernah benar-benar melihatnya.
Kata Konon, semenjak ia dan Kei memutuskan untuk membawa Niki pindah ke Korea, adiknya itu mengalami perkembangan yang luar biasa. Ia bahkan sudah tidak perlu menemui psikiater dan meminum beberapa obat sebagai pendamping hari-harinya.
Kini Niki tumbuh menjadi dewasa yang tidak pernah Konon bayangkan. Karakter ekstrovernya kian berkembang, membawa lelaki Nishimura itu mengikuti berbagai macam kegiatan semenjak sekolah menengah. Dan yang membuat Konon sedikit tidak percaya adalah, Niki mengundang Ruby makan malam dan mengenalkannya sebagai kekasih.
Lee Ruby, gadis cantik yang tidak pernah Konon kira akan menjadi pengisi hati adik satu-satunya itu. Lalu dengan segala kepercayaan yang mulai Konon berikan, perlahan ia menjelaskan satu dua hal pada Ruby atas sisi Niki yang mungkin belum diketahui.
Tak masalah jika Ruby tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Niki--yang mungkin akan merepotkannya pada saat-saat tertentu. Namun ternyata Ruby menunjukkan respon yang membuat Konon lega setengah mati.
Setidaknya kini Niki mempunya sosok selain dirinya yang dapat dipercaya.
Agaknya Ruby bersyukur baru bertemu dan mengenal Niki saat lelaki itu sudah dalam keaadan yang lebih baik. Ia tidak bisa membayangkan ketika kedua netranya harus melihat Niki yang histeris akibat tenggelam dalam kepanikan yang tidak bisa ia kontrol. Pasti akan sangat menyayat hati.
"Sehat-sehat ya Niki, biar aku bisa hidup tenang."
Ruby terkekeh kecil. Kadang merasa geli dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia yang semungil ini selalu memiliki perasaan dan sugesti untuk melindungi Niki yang jauh lebih bongsor dan jantan darinya itu.
Entahlah, Ruby juga tidak tahu. Yang jelas, setiap ia menatap netra puma Niki, pasti terbesit rasa, I wanna protect him at all cost.
Sedikit lucu memang, tapi Ruby tahu, Niki memang tidak sekuat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anemone [Ni-Ki]
FanfictionDari awal, Nishimura Riki--Niki--adalah pusat semesta Ruby. Sedangkan Ruby adalah prioritas Niki. Bagi keduanya, tidak ada representasi tepat dari 'indah' selain memandang rupa yang sama-sama bersemu setiap kedua manik mereka bertemu. Dan akan sela...