05

195 45 37
                                    

"Niki!"

Tawa Ryujin pecah ketika mendapati adik tingkatnya itu terkejut hingga membuat kedua bahunya terangkat kecil bersama dengan netra puma yang terbuka lebar. Sudah berkali-kali Niki bertingkah seperti itu ketika namanya dipanggil secara tiba-tiba--suatu kebiasaan milik Niki yang baru Ryujin ketahui hari ini.

"Kamu tuh dari tadi ngelamun mulu, mikirin apa sih? Nih, dicoba dulu jasnya, pas nggak?"

Niki tersenyum lalu menggeleng, menyadarkan dirinya sendiri lalu mematuhi perintah Ryujin untuk mencoba jas hitam legam yang akan ia gunakan untuk pemotretan duta kampus hari ini. Raut puas terpatri pada paras Ryujin, lihat saja betapa sempurnanya jas hitam itu saat terpasang pada tubuh atletis Niki. Sangat cocok.

"Yaudah, aku ngurusin make up Wonyoung dulu. Kalau keringetan diusap pelan pakai tisu ya Nik, biar nggak luntur, udah keliatan perfect soalnya," jelas Ryujin sembari membuat gestur memutari wajah Niki menggunakan jari telunjuk. Meminta pada sang junior untuk tidak terlalu kasar dalam menyeka keringat agar make up tipis yang sudah dibubuhkan di atas wajah tampan itu tidak luntur dengan sia-sia.

Niki hanya mengangguk mengiyakan. Dalam hati sedikit mengeluh, merasa tidak nyaman karena polesan bedak tipis di wajahnya itu meninggalkan kesan berat di kulitnya, kalau boleh jujur rasanya ia seperti sedang menggunakan topeng. Jika saja Ryujin tidak memaksa dengan alasan pemotretan hari ini harus sempurna--agar mendapatkan poin lebih--mana mau Niki membiarkan wajah tegasnya tertutupi benda tabur putih yang senada dengan warna kulitnya.

Tapi Niki tetap merasa salut. Seniornya itu jelas memberikan effort ribuan persen untuk bertanggung jawab dan mengurus segala hal yang Niki dan Wonyoung butuhkan--sebagai perwakilan fakultas.

Setidaknya ada sekitar delapan fakultas yang artinya mereka harus bersaing dengan tujuh pasangan duta lainnya untuk menyabet gelar sebagai duta kampus tahun ini. Dan selama kurun waktu itu, Ryujin dengan segala pengalamannya sebagai bagian dari Miss Korea akan selalu ada sebagai pendamping kedua juniornya di sana.

"Well done, Princess."

Niki masih memperhatikan bagaimana Wonyoung mematut dirinya di hadapan cermin full body--masih dengan Ryujin yang sibuk memuji tampilan bidadari Wonyoung saat ini. Si tampan kemudian melanjutkan lamunan yang sempat membuat Ryujin menegurnya gemas beberapa saat yang lalu.

Ada yang tidak beres.

Seumur-umur Niki tidak pernah berhadapan dengan seorang gadis yang masih bisa tersenyum setelah bertengkar hebat dengan kekasihnya.

Bukannya lancang. Niki hanya tidak tega membiarkan Wonyoung yang bersikap seolah tak ada masalah padahal sudah jelas ia menangkap isakan kecil di balik bilik ruang ganti duta kampus siang ini--dengan Wonyoung yang berkali-kali mengucapkan 'maaf Kak Sunghoon' pada panggilan ponselnya.

Sudah sekitar lima belas menit kedua mata Niki masih setia mengekori bagaimana Wonyoung begitu profesional menutupi raut sedih dengan terus tersenyum dan menanggapi segala perbincangan dengan senior mereka. Niki yakin, jika saja gadis itu adalah seorang aktris maka ia akan menyabet gelar akting terbaik hingga belasan kali.

Sudah seperti rutinitas yang harus dilakukan, satu bulan belakangan Niki selalu mondar-mandir gedung kemahasiswaan untuk menghadiri segala pertemuan yang berkaitan dengan acara duta kampus. Merelakan sebagian waktunya untuk mempersiapkan diri dalam berbagai aspek termasuk public speaking, pengetahuan, modelling, juga bakat lain yang harus ia tunjukkan pada malam final beberapa minggu lagi.

Anemone [Ni-Ki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang