08

189 46 60
                                    

Klise.

Ternyata, romansa Ruby tidak terlalu berbeda jauh dengan kisah cinta yang banyak ia dengar dari curahan para teman, juga sering ia temui langsung pada kisah asmara miris sang kakak tersayang, Lee Heeseung.

Semakin dewasa, semakin lama suatu ikatan, maka badai yang menerjang seolah tak memiliki sungkan untuk mengobrak-abrik keharmonisan. Masalah sederhana bisa mendadak menjadi kompleks, kesibukan sering dijadikan kambing hitam, belum lagi adu mulut yang sering berakhir dengan kata perpisahan mutlak yang mendadak.

"Kamu putus ya sama Niki?"

Yang ditanya hanya menghela napas untuk kesekian kali. Indera pendengarnya sudah kebal mendapati pertanyaan repetitif yang tidak ada habisnya. Bisa tidak mereka diam dan memberikan Ruby ruang? Teman dekat saja bukan, apalagi sahabat atau sosok kepercayaan. Sungguh tidak tahu malu.

Ruby kembali mencacah nasi yang tidak membuatnya nafsu, lalu menunduk dan berkutat dengan batinnya yang lagi-lagi berkecamuk. Memang tidak ada kata putus. Tapi hubungan itu seolah seperti berada di ujung tanduk. Setelah rencana backstreet Ruby setujui begitu saja, kini ia dan Niki benar-benar tidak memiliki celah untuk sekadar duduk berdua di kantin dan menikmati hidangan makan siang seperti yang sudah-sudah.

Dua minggu berlalu, dan Ruby dapat merasakan perbedaan yang sungguh kentara. Sudah bisa ditebak, tanpa Niki maka hari-harinya tak akan lagi sama. Hambar dan terasa sangat menyiksa.

Ruby bahkan dijuluki maniak tugas oleh Suno juga Jungwon akibat ia yang terlalu banyak fokus pada rentetan tagihan kelas yang ada. Semua dibabat habis tanpa tersisa, dengan predikat A sempurna di setiap tugasnya. Untuk sementara, bahkan nama Ruby berada di peringkat satu dalam list mahasiswa bernilai tinggi milik beberapa dosen di jurusan.

Mau bagaimana lagi? Belajar keras adalah satu-satunya cara untuk melupakan sejenak mengenai romansanya yang kian memberat.

"Cuma main posisi. Nggak mungkin Niki ciuman di video itu." Gadis berkacamata yang sedang sibuk melahap kimchi menyeletuk ringan. Lalu ditanggapi oleh seorang lagi yang masih asik mengotak-atik ponsel, "Lagian masa iya Wonyoung putus sama Kak Sunghoon, gila aja."

Entah sudah berapa kali mereka menyinggung cuplikan video klip milik band baru--yang di dalamnya menampilkan kehadiran Niki dan Wounyoung. Memang masih beberapa detik dan terkesan memberi teka-teki, tapi cukup membuat siapapun yang melihat salah paham akibat permainan kamera yang begitu lihai.

Jika saja malam itu Niki tidak tiba-tiba menelponnya dan menjelaskan dengan nada kelewat gusar, "Ru-Ruby ... adegan di dalam video itu nggak nyata. Cuma permainan kamera. Aku harap kamu nggak salah paham, ya." Mungkin Ruby sudah patah hati akibat terbakar api cemburu.

Wajar.

Dari awal Ruby tidak pernah mempersiapkan diri--mental dan hati--sebagai kekasih seorang model, artis atau apalah itu. Sedari awal dia hanya menjalani hubungan dengan pemuda biasa, yang memang memiliki paras di atas rata-rata, Nishimura Riki.

Pengecualian jika sejak pertama ia mengenal Niki sebagai sosok yang berkecimpung di dunia hiburan. Jika seperti itu, maka akan beda lagi persoalannya. Namun, tidak. Hal ini sungguh berbeda. Ruby tidak pernah siap dengan segala resiko yang akan menghadangnya di depan nanti--sebagai kekasih dari seorang yang mendadak menjadi bintang.

"Kalian berdua udah putus? Apa ... gimana? Soalnya kalau  dilihat-lihat si Niki juga udah nggak pernah nyamperin kamu lagi."

Diam-diam Ruby berdoa agar teman sekelasnya itu membisu tanpa aba-aba. Sadis memang, tapi tidak masalah, karena mereka juga bertanya begitu sadis tanpa repot berbasa-basi.

Anemone [Ni-Ki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang