I - LONE DRAGON

328 38 28
                                    

Claude Merlin mengenali jati dirinya ketika dia menemukan naga yang terluka di sisi sungai. Naga hijau yang kemudian dia namakan Dexter menjadi temannya bermain selama ini. Claude merawatnya, memberikannya makan, dan menganggapnya seperti saudaranya sendiri. Kemudian, ia menyadari adanya keanehan ketika menemukan ayahnya memahami cara bicara Dexter. Kejadian itu mulai ia ketahui saat ibunya mengantarkannya tidur.

“Merlin merupakan nama kawan kami dulu.” Ucap ibunya sambil memegang buku berisi kisah cerita sang naga dengan sang gadis. “Dia pengembara yang tidak takut ketika bertemu ayahmu.”

“Apa maksud ibu?” tanya Claude yang waktu itu masih kecil belum mengerti.

“Sebenarnya ayahmu adalah bangsa naga, Claude. Dia bertemu dengan Merlin yang merupakan pelukis pengembara Arctusk Vath.”

Claude sekarang memahami mengapa ayahnya memberikan nama belakangnya seperti itu. Kemudian ia menyadari perkataan ibunya. “Apa? Ayah adalah bangsa naga?” tanyanya antusias. Wajahnya berseri-seri. “Keren!”

Ibunya tersenyum sambil mengelus kepalanya. “Tapi bangsa naga tidak disukai hampir banyaknya manusia. Oleh karena itu, kita memutuskan untuk tinggal disini karena ayahmu membutuhkan kedamaian.”

Claude dengan mata bersinar mulai kehilangan kantuknya. Dia jadi tahu alasan mereka tinggal di Mainland of Dragons. “Pantas saja ayah bisa mengerti bahasa Dexter! Itu karena ayah juga merupakan naga.”

Setelah mengetahui bahwa keluarganya masih memiliki kaitan dengan makhluk mitos itu, Claude mulai membaca buku diperpustakaan ayahnya. Seiring waktu mulai berganti, Claude menyadari bahwa ia memiliki darah ayahnya mengalir dalam dirinya. Kalau kata ayahnya waktu itu, mana dalam dirinya belum termanifestasikan sehingga Claude masih tampak normal seperti manusia pada umumnya.

Namun, suatu hari ia menemukan adanya hal baru ketika ia berkumpul bersama orangtuanya. Saat ia sedang menceritakan kisah ksatria wanita dalam buku fantasi miliknya, pandangan matanya terfokus pada jari kelingking milik orangtuanya.

“Ayah, ibu. Ada benang merah yang terlilit di jari kelingking kalian.” Gumam Claude tanpa sadar.

Ayahnya yang saat itu sedang membaca surat kabar mengenai ibukota mulai kehilangan fokusnya. “Apa katamu?”

“Kamu bicara apa, Claude?”  Ibunya pun ikut melihat jari kelingkingnya dan tidak menemukan benang merah yang dikatakan Claude.

Claude mengerinyit keheranan. “Kalian tidak melihatnya?”

Ayahnya mulai menurunkan surat kabar dari tangannya. Ia mulai tertarik dengan pembicaraan Claude. “Bisa jelaskan lagi seperti apa benang yang kau lihat, nak?”

Claude melihat benang merah milik orangtuanya tersambung. Kemudian menunjuknya dengan ekspresi kebingungan. “Aku melihat benang merah yang kalian miliki saling tersambung.”

Ibunya mulai mengerjap lalu memandang ayahnya. “Sayang, apa kau ingat buku berisikan benang merah takdir?”

Ayahnya mengangguk, dia mulai mengerti mengapa Claude bisa melihatnya. “Kurasa mana yang dimiliki Claude sudah termanifestasikan. Tinggal menunggu waktu saja sampai mana miliknya berkembang.”

Claude mulai berseru senang mengetahui ia memiliki mana. “Berarti aku bisa mengendalikan sihir?”

“Tergantung apa bakatmu, nak.” Ayahnya tersenyum sambil menepuk pundaknya. “Tidak perlu terburu-buru. Suatu saat nanti kau bisa menemukan apa keahlianmu.”

“Ayahmu benar, Claude.” Ibunya kini beralih kepadanya seraya menyisir rambutnya. "Apapun yang kamu lakukan, kami bangga padamu."

Claude merasa bersyukur memiliki orangtuanya yang sangat perhatian padanya dan juga Dexter sebagai temannya. Dia berharap hidupnya akan terus selamanya seperti ini. Tidak mengetahui bahwa tragedi datang di masa yang akan datang mengubah hidupnya.

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang