'Bodoh sekali Blue! Kau punya waktu dan kesempatan tapi kau hanya memeluknya?!' batinnya, 'Seharusnya kau mencium pria itu dan membawanya ke kamar kosong terdekat dan bercinta dengannya!'
Blue merutuki kebodohannya sore ini. Dia selalu menjadi bodoh instan jika sudah berhubungan dengan Mix Mawin.
'Kau bahkan mengatakan bahwa kau menyukainya...' rutuknya pada dirinya sendiri.
Blue yakin saat ini, ketika pengaruh champagne itu sudah hilang dari darahnya, Mix akan mentertawakan pernyataannya.
Sudah beberapa jam sejak dia sampai ke apartemennya, sepulang dari pesta itu. Dia sendiri bahkan lupa, bagaimana dia bisa membawa dirinya melepaskan Mix. Meski sebenarnya dia berharap bisa pulang bersama pria itu dan memeluknya semalaman.
Huft...
Blue berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air saat suara ketukan di pintu mengejutkannya.
Tok tok tok...
Tok tok tok...
Ketukan itu terdengar begitu mendesak. Blue bergegas membuka pintu dan mendapati Mix Mawin berdiri disana.
Keadaan itu bagai dejavu. Dia ingat betul bagaimana beberapa tahun yang lalu kejadian yang sama pernah terjadi.
"Phi... Apa yang..."
Tanpa memberi kesempatan untuk Blue bicara, pria itu merangsek masuk ke apartemennya. Blue hanya bisa melangkah mundur, memberi jarak di antara mereka. Namun Mix masih mengikutinya.
Blue mengangkat tangan melindungi wajahnya saat tangan Mix terangkat. Namun bukannya pukulan di wajah, Blue merasakan bagaimana kedua tangan Mix mencengkeram bahan piyamanya.
"A... Ada apa..."
Sraaaak...
"P'Mawin!!" seru Blue terkejut dengan apa yang dilakukannya.
Mix menarik kemeja Blue hingga terbuka sepenuhnya dan memperlihatkan tubuh padat berotot pria itu. Blue tak mengerti apa yang dilakukan Mix, tapi pandangannya sama sekali tak terarah pada wajahnya.
Mix mendorongnya hingga Blue bersandar pada dinding lorong. Menyingkirkan tangan pria itu yang berusaha menutup kemejanya.
Tangan Mix menyentuh tubuhnya, membuat Blue tak bisa berpikir. Tubuhnya memanas tanpa bisa dia cegah.
"Ungh..." erangannya muncul saat ujung jari Mix membelai otot perutnya,
"Phi... Kumohon... Jangan lakukan... Urgh..."
Semakin lama, tangannya bergerak semakin ke bawah, membelai setiap inci kulitnya. Blue hanya bisa menggenggam tangannya erat agar dia tak meraih Mix dalam pelukannya dan melenyapkan jarak di antara mereka.
Sebuah siksaan manis.
Blue menegang saat Mix menyentuh luka lama di perutnya. Bekas luka itu selalu terasa lebih sensitif, bahkan jika hanya bergesekan dengan bahan kemeja atau celana. Dan kini pria itu membelainya seolah merasakan bentuk kulit tak sempurna disana.
"P'Mawin apa yang...
Aahhh..."
Blue harus kembali mengetatkan rahangnya saat dia melihat pria itu berlutut di depannya. Pemandangan itu terlalu indah untuk kesehatan mentalnya. Hanya dengan melihatnya dalam posisi itu, Blue bisa merasakan bagian tubuhnya mengeras sempurna.
"Jadi itu benar..." gumam Mix, napas hangatnya menerpa pusar Blue,
"Huh?" Blue harus berjuang menarik otaknya dari selangkangannya yang saat ini telah menggembung demi menjawab Mix,
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A TOUGH WORD (BluexMawin Fanfiction) COMPLETED
FanfictionKebencian Mix Mawin pada Blue Pongtiwat ada disana sejak pertemuan pertama mereka. Ketika Mark dan Blue bersahabat karib bertahun-tahun, maka kebencian Mix pada pria itu juga telah berakar selama bertahun-tahun. Hingga di malam pernikahan Mark, Mix...