Xander's POV
Rasa marah yang berkumpul menjadi satu di dalam diriku tidak lagi bisa ditahan. Aku bisa merasakan adanya perubahan pada gigi taring dan warna iris mataku. Dengan mengikuti insting dan keinginan dari inner wolfku, aku melesat maju untuk mengayunkan kepalan tanganku ke arah laki-laki yang baru saja menyentuh Mate-ku. Sesaat setelah pukulanku mendarat di wajahnya yang menyebabkan suara tulanh hidung patah dengan cukup keras, aku menggeram dan berubah ke wujud inner wolfku.
Kami berkelahi dalam wujud ini dengan sangat agresif. Lebih tepatnya, aku menghajarnya habis-habisan. Dari segi kekuatan fisik dan dominasi, tentu aku berada di level yang jauh di atasnya. Sudah pasti dia tidak akan bisa menandingiku. Amarahku kali ini sudah benar-benar melewati batasnya, dan aku sama sekali tidak berniat untuk memberinya ampun. Terlepas dari keterlibatan Logan di sini, hanya dengan menghirup aroma feromon yang menguar di udara aku bisa mengetahui bahwa Logan sedang mengalami siklus heat.
Jelas sekali bahwa Logan sedang tidak berada pada kondisi yang sadar. Tentu saja dia tidak akan mau atau dengan sukarela datang ke tempat ini bersama dengan laki-laki itu atas kemauannya sendiri. Apalagi setelah sikap penolakan dan perkataan yang ditunjukkan Logan sejak pertemuan mereka di pesta sampai saat dia membahasnya dengan Ramirez beberapa waktu yang lalu. Pasti telah terjadi sesuatu yang berada di luar kendali Logan, sehingga dia bisa berada di situasi ini, di tempat ini.
Sungguh disayangkan, sebelum aku bisa menghabisi bajingan itu, beberapa anggota kawanannya datang untuk melerai dan menghentikkan perkelahian sepihak ini. Laki-laki seperti dirinya akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat jika dilenyapkan untuk selamanya.
Melihat kondisi tubuhnya yang penuh luka akibat serangan brutalku yang bertubi-tubi, laki-laki itu tersungkur di tanah dalam wujud inner wolfnya dengan bersimbah darah. Geraman marah masih terdengar keluar dari balik taring-taringku.
"Xander..." panggilan lirih itu seketika mengalihkan perhatianku.
Logan melingkarkan kedua tangan di tubuhnya sendiri yang gemetar. Aku sudah tidak melihat lagi sosok Nicholas di tempat itu. Sepertinya dia langsung pergi tak lama setelah bajingan yang menjadi Mate-nya menyatakan penolakan padanya.
Aku tak lagi menghiraukan bajingan itu ataupun kawanannya. Kali ini aku memfokuskan perhatianku pada Mate-ku. Aku mendekatinya lalu membungkukkan tubuh besarku di hadapannya dan menyeggolnya pelan dengan kepalaku untuk mengisyaratkan padanya agar naik ke punggungku. Logan sepertinya mengerti isyarat yang kuberikan dan naik ke punggungku dengan gerakan kikuk. Setelah aku memastikan bahwa posisi Logan sudah pas, aku mengumpulkan sisa pakaianku dan mencengkeramnya dengan taringku. Tanpa menoleh ke belakang, aku melesat pergi membawa Logan kembali ke rumah orang tuanya.
✧
Dua hari sudah berlalu sejak kejadian tidak mengenakan itu. Logan menghabiskan waktu di rumah orang tuanya, dan aku sedang sibuk dengan persiapan terakhir yang dibutuhkan untuk upacara peresmian ikatan permanen di antara kami malam nanti. Ketegangan tentunya cukup terasa di antara kami, tapi setelah aku melepaskan feromon dalam jumlah yang banyak untuk menekan siklus heat-nya, Logan bisa berpikir dengan sedikit lebih jernih dan menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi.
Logan juga sudah berusaha menghubungi Nicholas untuk meluruskan kesalah pahaman ini, tapi sayangnya adiknya itu seperti menghilang tanpa jejak. Awalnya Logan berniat hendak menyambangi rumah kawanannya, tetapi karena kondisinya yang tidak memungkinkan, aku dan orang tuanya melarangnya untuk melakukan hal itu.
Jujur saja, aku turut prihatin atas apa yang menimpa Nicholas. Sebab mau bagaimanapun juga, dia dan Logan sangatlah dekat. Insiden itu pasti sungguh menyakitkan untuknya. Apalagi Mate-nya telah menolaknya. Tentu pukulan bertubi-tubi itu sangat menyisakan luka yang mendalam. Aku hanya bisa berharap kalau kesalah pahaman antara dia dan Mate-ku bisa diselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Omega's Toy [Revised Version]
WerewolfLogan adalah seorang Omega. Dia tidak hanya sangat membenci Alpha, tapi juga membenci sesama Omega. Kesombongan para Alpha akan kekuatan mereka atas para Omega membuatnya tidak ingin memiliki seorang Alpha sebagai Mate. Kepasrahan para Omega lainnya...