Logan’s POV
Suara kicauan burung memanggilku keluar dari alam mimpi. Tapi ketika aku tengah bergulat untuk membuka kelopak mataku, aku merasakan sesuatu yang berat dan keras menindih sebagian tubuhku. Saat akhirnya kedua kelopak mataku berhasil terbuka dan pandanganku mulai fokus, aku melihat salah satu tanganku tertindih badan Alpha Xander yang tidur telungkup dan salah satu kakinya menindih kakiku.
"Alpha Xander…" panggilku dengan suara parau.
Aku menggoyangkan tubuhnya dengan satu tanganku yang bebas. Bukannya bangun, ia justru semakin merangsek ke arahku dan ingin menarikku ke pelukan tubuhnya. Sial! Aku bisa merasakan lengan kananku kebas dan mati rasa. Ternyata tubuh besar Mate-ku ini bukan hanya pajangan, tapi benar-benar penuh terisi dengan otot-otot yang saling bertaut. Bahkan dari tampilan punggung telanjangnya ini saja, aku seolah bisa merasakan aura sensual yang menggoda terpancar.
"Xander Shaw… bangun dan menyingkirlah dari tubuhku, atau aku bersumpah demi Moon Goddess…" ulangku lagi sambil menyeret ucapanku.
Benar saja, ancaman itu nampaknya bekerja, karena Alpha Xander langsung memindahkan tubuhnya.
"Jangan memanggilku begitu, seharusnya kau konsisten memanggilku dear seperti semalam." gumamnya.
"Bersikap baiklah padaku, maka kau akan mendapatkannya."
"Aku selalu bersikap baik padamu." protesnya.
"Ya, aku tahu." balasku sambil turun dari tempat tidur, lalu menunduk untuk mengecup pipinya.
Ujung bibir Alpha Xander tertarik ke atas, dan masih dalam keadaan terpejam, ia mengulas senyum atas tindakanku tadi. Aku melemaskan otot lengan kananku yang sempat kebas sembari mengintip keluar jendela untuk memperhatikan cuaca pagi ini.
"Bangun dan buatkan aku sarapan, aku ingin membersihkan diri." ujarku pada Alpha Xander seraya berjalan keluar dari kamar.
Rumah Alpha Xander masih tampak tenang tanpa gangguan, mengingat ia hanya tinggal seorang diri di sini. Sebagai Mate-nya, aku membayangkan bagaimana masa depan kami setelah kami berdua melakukan upacara peresmian nantinya. Akankah kami tinggal bersama di rumah ini? Atau justru membangun rumah baru di tempat lain? Akankah suasana rumah tetap tenang seperti ini? Atau justru ramai dengan suara senda gurau bersama anak-anak kami?
Ah… anak-anak…
Mungkin jika siklus heat-ku sudah datang dan aku sudah siap untuk membina hubungan rumah tangga yang lebih serius lagi, aku akan bersedia untuk memberikan Alpha Xander keturunan. Bagi seorang Omega sepertiku yang baru saja melepaskan naluri alamiahya sebagai seorang Omega, tentu keputusan untuk memiliki keturunan bukanlah persoalan yang mudah. Dua puluh satu tahun aku hidup tanpa siklus heat. Selama itu pula aku tidak pernah memenuhi hasrat dan kebutuhan sebagai seorang Omega.
Aku melihat Xander menyusul keluar dari kamar beberapa saat kemudian hanya dengan berbalutkan celana pendek dan masih bertelanjang dada. Sepertinya aku memang tidak akan bisa menjauh dari Alpha Xander. Tapi apa aku siap menerima semua konsekuensi dari hubungan ini? Relakah aku melepaskan kebiasaan hidup lamaku. One night stand adalah pilihanku selama beberapa tahun, tapi kini aku harus mendedikasikan jiwa, raga, hidup dan perasaanku hanya untuk satu pasangan saja. Sanggupkan aku untuk komitmen yang besar ini?
"Selamat pagi, Logan." sapa Xander saat ia mencapaiku.
"Selamat pagi, Alpha Xander." balasku.
Dengan melihat sosok Alpha Xander sekali lagi, aku sudah yakin. Bahwa keputusanku tadi malam sudah tidak perlu lagi aku pertanyakan. Aku tidak perlu lagi menimbang-nimbang. Aku memang sudah siap untuk bersamanya. Aku ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku dengannya. Aku menginginkannya di hidupku, sama seperti Alpha Xander menginginkan aku di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Omega's Toy [Revised Version]
Hombres LoboLogan adalah seorang Omega. Dia tidak hanya sangat membenci Alpha, tapi juga membenci sesama Omega. Kesombongan para Alpha akan kekuatan mereka atas para Omega membuatnya tidak ingin memiliki seorang Alpha sebagai Mate. Kepasrahan para Omega lainnya...