Chapter Satu

1.2K 76 1
                                    

Logan's POV

Aku menyeret tubuhku turun dari tempat tidur. Selimut tipis yang menutupi seluruh tubuhku tadi tersibak. Menampakkan lekuk tubuh telanjangku. Tanpa sehelai pakaian pun. Aku menoleh ke belakang. Melihat pria yang berhubungan seks denganku semalam masih tertidur pulas. Aku merenggangkan tubuh untuk melemaskan otot-otot di tubuhku. Terdengar erangan keluar dari mulutnya ketika aku mengambil tempat duduk di sofa yang ada di kamar ini. Menuangkan segelas air sebelum meminumnya. Sementara pria tadi sibuk menggosok-gosok matanya untuk menghilangkan kantuk. Keadaannya sama sepertiku. Telanjang. Rambutnya kusut dan acak-acakan. Sisa-sisa aroma dari kegiatan seks semalam juga masih tercium. Pria itu tersenyum saat pandangan matanya jatuh ke arahku yang hanya duduk sambil menikmati udara pagi dan mengamatinya. Ekspresi datar di wajahku tetap tidak berubah. Dia mengernyitkan hidungnya.

"Ada apa Logan?" tanyanya penasaran.

Aku menghabiskan sisa air di gelas sebelum berjalan mendekati tempat tidur. Aku mengambil kaus yang tergeletak di ujung tempat tidur lalu mengenakannya. Begitu juga dengan sisa pakaianku yang lain. Aku mengacak-acak rambutku.

"Aku harus pergi, Darius." kataku padanya.

Dia mendengus sebal.

"Namaku Daniel, Logan." ia memperingatkan.

Aku mengangkat bahu tak acuh.

"Terserah, siapapun kau. Aku harus pergi dan tidak punya waktu untuk berbasa-basi denganmu." kataku sambil berjalan ke pintunya.

"Kenapa? Apa aku berbuat salah? Sepertinya semalam baik-baik saja." protesnya.

"Aku akui, kau cukup hebat untuk bisa berhubungan seks denganku. Tapi aku tidak akan berkomitmen. Dan kau tahu itu."

Wajah pria itu memerah karena menahan malu dengan luapan emosi yang aku tak ragu akan membuatnya meledak sewaktu-waktu.

"Persetan denganmu! Aku sudah memilihmu dan kau seharusnya menjadi Luna di kawananku, Logan." serunya marah.

Aku berbalik dan menatapnya tajam. Ia menggunakan nada bicara Alpha-nya padaku.

"Kau mungkin seorang Alpha dan aku seorang Omega, tapi bukan berarti kau bisa membuatku tunduk dengan intonasi suara Alpha-mu. Kalau-kalau kau tidah tahu, aku adalah Royal Omega. Nada bicara Alpha-mu tidak akan mempan padaku." aku mengangkat bahu lagi.

"Akulah yang berada di atasmu, dan kita tidak menandai satu sama lain. Aku tidak menjanjikan apapun padamu, kau tahu itu, dan Moon Goddess juga tahu." lanjutku lagi.

Setelah mendengar ucapanku, wajahnya memucat. Ekspresinya yang mulai berubah itu adalah tanda untukku pergi dari sana.

"Semoga harimu menyenangkan, David." ujarku seraya berjalan keluar.

"NAMAKU DANIEL, DASAR KAU BAJINGAN!!" teriaknya marah, tapi aku hanya mengabaikannya.

Aku menghela napas panjang. Tangan kananku memijat pelipisku yang mulai berdenyut nyeri. Bukan hanya wanita yang bisa merepotkan dan bereaksi berlebihan, pria pun sepertinya juga bisa begitu. Haruskah aku menyudahi aktifitas hubungan satu malam ini? Semakin lama para Alpha itu semakin membuatku jengah. Aku menggeleng-gelengkan kepala untuk membuyarkan pemikiran serius di pagi yang indah ini.

Dengan langkah santai, aku menyusuri jalan pulang dengan menikmati suasana yang cerah ini. Belum banyak orang melakukan aktivitas di luar. Setidaknya aku bersyukur bahwa lokasiku saat ini tidak terlalu jauh dari teritori kawananku, kalau tidak, berubah wujud ke inner wolf-ku hanya akan semakin melelahkan tubuhku. Ponsel di kantong celanaku bergetar. Ketika aku menggeser kunci layar, aku melihat notifikasi pesan masuk dari ibuku.

The Omega's Toy [Revised Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang