#19

22.7K 1.1K 51
                                    

"kapan lu bangun huh?!"

"Enak banget ya tidurnya,sampai-sampai lu gak mau bangun"

Clara duduk tepat di samping arzaf,menatap pemuda tersebut dengan raut khawatir yang sangat  ketara di wajahnya.

Tangannya terulur untuk membelai surai rambut hitam kecoklatan milik suami mudanya tersebut.

"Gua takut lu ninggalin gua" ucap clara seraya menatap wajah arzaf yang tertidur.

Hari sudah hampir pagi lagi,tapi arzaf masih juga belum ada tanda-tanda akan bangun.

Gadis itu berdiri dari tempatnya menuju ke sofa yang tak jauh dari berangkar. Ia merebahkan tubuhnya di sofa panjang tersebut,meskipun sofa itu tak lebih panjang dari tubuhnya namun itu lebih baik dari pada ia harus tidur dengan posisi yang tak nyaman di kursi.

Waktu terus berjalan, tak terasa clara sudah tidur cukup lama. Ia meregangkan otot tubuhnya yang sedikit terasa kaku. Di liriknya berangkar milik arzaf sejenak lalu beralih menatap ke arah jam dinding.

Sepersekian detik berikutnya,mata clara membola. Di lihatnya kembali berangkar arzaf guna memastikan apa yang di lihatnya berusan bukanlah mimpi semata.

Ternyata memang nyata. Dengan gerakan tergesa ia mendekati berangkar lalu duduk di kursi.

"Lu udah sadar?" Tanya clara masih tidak percaya bercampur senang.

Arzaf mengangguk ramah. Sebenarnya ia sudah sadar sejak pagi tadi,tapi melihat clara yang tidur sangat pulas membuatnya gak tega untuk membangunkan. Alhasil ia hanya duduk diam sambil memandangi wajah cantik milik clara.

"Sejak kapan?" Tanyanya lagi, tanpa sadar gadis itu menggenggam tangan arzaf yang tak di infus.

Pemuda itu melirik singkat tangannya yang di genggam, ada perasaan senang di hatinya.

"Barusan"

"Syukurlah" ucap clara lega.

"Lu hutang penjelasan ama gua" lanjutnya.

Clara mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Ia akan memberi kabar kepada orang tua arzaf bahwa arzaf sudah sadar sekarang.

Setelah memberi kabar kepada orang tua arzaf, clara kembali menatap pada arzaf yang ternyata juga sedang menatapnya, Keduanya saling diam untuk beberapa saat hingga clara memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Apa sakit?" Tanya clara.

Arzaf tidak menjawab,ia hanya menaikkan kedua alisnya.

"Bodoh! Pasti sakit, pake di tanya lagi" memukul kepalanya pelan, ia merutuki pertanyaan bodohnya barusan.

Pemuda itu terkekeh melihat aksi istrinya yang sangat lucu tersebut.

"Tidak sakit" jawab arzaf.

Clara menatap sengit ke arah arzaf "jangan sok kuat" sarkas clara.

Arzaf kembali terkekeh "tapi aku serius kak".

"Serah lu dah"

"Kapan kita pulang?" Pertanyaan arzaf barusan berhasil membuat emosi clara kembali terpancing.

Bagaimana bisa arzaf ingin pulang padahal lukanya tergolong parah.

"Lu gila? Luka lu parah gitu mau pulang?!" Ucap clara emosi.

"Gak! Pokoknya lu harus di rawat sampai bener-bener sembuh!" Lanjutnya.

"Tapi kak, aku beneran gak papa" keluh arzaf,berusaha membuat clara percaya padanya.

"Lu harus tetep di rawat di rumah sakit, gak ada bantahan!" Arzaf memgembungkan pipinya pasrah.

Melihat pemuda itu yang tak kembali protes membuat clara sedikit merasa bangga pada dirinya sendiri. Matanya melirik ke arah nakas yang ternyata masih ada makanan yang sama sekali belum tersentuh di sana,mengapa ia baru menyadari hal itu?.

BERONDONG POLOSKU  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang