Dua Cincin [Bab 15]

576 27 9
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo!

Jumat, 11 Maret 2022

Kehalalan ini terlalu menyakitkan, terlalu dalam luka ini kau goreskan.
Terima kasih cinta, kamu adalah luka yang kurindu.

Dua Cincin

*****





Selain maaf, tidak ada kata lagi yang bisa Mandala ucapkan. Kepintarannya dalam menarik hati para investor mendadak buntu saat berhadapan dengan sosok wanita yang terbaring lemah menatapnya.

Senyum kecil yang tersungging di bibir pucat Hera kembali menyayat hati Mandala. Mengingatkan kembali pada kenyataan jika wanita itu telah kehilangan harta paling berharganya. Harta yang jika bisa memilih Hera lebih memilih dia yang tiada daripada buah hatinya.

Pendarahan hebat akibat terjatuh dari tangga membuat Hera harus merelakan dirinya terbaring di atas meja operasi . Di mana Mandala menjadi pihak yang bertanggung jawab penuh atas semua yang terjadi pada istri dan calon anak mereka. Bahkan, pergelangan kaki Hera juga terluka akibat terjatuh dari tangga. Pun dengan pelipisnya yang sobek karena terkena anak tangga.

Semua luka yang diderita Hera semakin menambah rasa bersalah dan menyesal di dalam hati Mandala. Pria itu maju selangkah dan bersujud memohon maaf pada sang istri.

"Aku lagi nggak pengen lihat kamu, Mas. Tolong kamu pergi dari hadapanku," pinta Hera lirih. Bibir wanita itu berujar lebih dulu, mengeluarkan kalimat beracun yang menghujam tepat jantung Mandala.

Dengan kepala tertunduk, Mandala menggeleng. "Maaf, Ra. Aku nggak bisa ngabulin keinginan kamu. Aku lebih baik mati daripada jauh dari kamu," balas Mandala. Air mata pria itu sudah membasahi pipinya.

Suara tangisan Hera pecah. Luka di dadanya yang tak berdarah itu jauh lebih sakit daripada luka bekas operasi. Hatinya tercabik-cabik. Tubuhnya seakan mati rasa saat tahu jika bayinya telah tiada.

Mandala bangkit. Bergegas memeluk Hera.

"Aku mau anak aku. Aku mau anak aku balik, Mas."

Mandala mengangguk. Telapak tangannya bergerak pelan membelai punggung bergetar Hera. "Anak kita sudah tenang, Ra. Dia bersama dengan Pemiliknya."

Tangis Hera semakin menjadi-jadi. Ucapan Mandala kian menyadarkannya bahwa buah hati mereka tidak akan pernah kembali.

Dia sudah tiada.

Tiba-tiba Hera melepas paksa pelukan Mandala, mendorong tubuh kekar suaminya. "Pergi! Aku nggak mau liat kamu. Kamu sudah membunuh anakku!" teriak Hera. Tangannya bergerak melemparkan apa saja yang ada di dekatnya.

Pasrah. Hanya itu yang Mandala lakukan. Bahkan ketika ponsel sang istri melayang dan menghantam pipi sebelah kanan, Mandala tak bereaksi apa pun. Menurutnya, rasa sakitnya tak sebanding dengan apa yang saat ini dirasakan Hera.

Mandala hanya meringis, matanya menatap telapak tangannya yang terdapat bercak darah. Saat kepalanya terangkat, sepasang bola mata Mandala terbelalak menyaksikan istrinya sudah menarik paksa jarum infus di tangannya.



***


Dengan tubuh bersandar di dinding kamar inap sang istri, Mandala memejamkan mata. Membiarkan beberapa tetes air mata jatuh di pipinya. Rasanya benar-benar menyakitkan melihat Hera terpaksa diberikan obat penenang.

Berada di posisi menyedihkan ini, dengan sangat terpaksa Mandala harus meminta bantuan kedua orang tuanya. Tidak ada pilihan lain. Dia harus melakukan segala cara agar Hera tidak bisa lepas darinya. Katakanlah Mandala jahat karena tetap memaksa Hera didekatnya.

Dua Cincin [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang