Dua Cincin [Bab 29]

167 10 4
                                    

Halo..... Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo! Rabu, 29 Mei 2024












Rasanya menyenangkan saat hidupnya tidak lagi dihantui oleh Nanda. Pergerakannya luwes tanpa khawatir jika suatu saat Nanda akan muncul dan menyebarkan fitnah atau berita bohong tentangnya.

Namun, ketenangan itu tidak benar-benar sempurna. Mandala masih terikat dengan wanita yang bahkan sudah berbeda alam dengannya. Dan, satu-satunya benang merah yang mengikat keduanya adalah tentang penyebab kematian Nanda.

Mandala menarik paksa dasi di kerah kemeja hitam yang dikenakannya. Melepas dan meletakkannya di kursi penumpang, lalu keluar dari mobil sambil membawa buket bunga mawar putih.

Angin sore terasa dingin, daun-daun kuning berguguran memenuhi jalan-jalan kecil menuju sebuah makam. Langkah demi langkah membawa Mandala mendekat pada makam tua yang terlihat sangat terawat. Di atas nisan terdapat bunga segar yang Mandala tebak mungkin saja ada yang baru selesai berkunjung.

"Hai." Hanya sebuah sapaan sederhana yang diucapkan Mandala. Pelan-pelan pria itu mengulurkan tangannya untuk meletakkan bunga di atas peristirahatan terakhir sang sahabat.

Pandangan Mandala terkunci pada nama yang tertulis indah di pahatan nisan. Kalau ditanya apakah Mandala merindukan sosok itu, jawaban tidak. Mandala sama sekali tidak merindukannya. Rasa rindu itu sudah ikut terkubur bersama Nanda.

Akan tetapi, ada rasa lain yang muncul ke permukaan dan mengganggu Mandala setiap saat. Rasa bersalah.

Ya, Mandala merasa bersalah. Perasaan itulah yang membuat Mandala datang setiap dua kali seminggu untuk mengunjungi Nanda.

"Kenapa kita harus berakhir seperti ini, Nan? Kenapa kisah bahagia kita memiliki ending yang menyakitkan?" Mandala kerap kali mempertanyakan mengapa dia dan Nanda mengalami hidup yang tragis.

Kehidupan mereka yang awalnya bahagia dan nyaman berubah menjadi Mala petaka.

Apakah benar kata Nanda, jika kehidupan keduanya berubah sejak kehadiran Hera?

Tidak!

Mandala tentu sadar semua itu tidak ada hubungannya dengan wanita yang telah menjadi istrinya. Hera bahkan tidak mampu untuk menyakiti seekor semut.

Jelas Nanda salah!

Justru yang jahat di sini adalah Nanda. Ya, Nanda yang salah. Wanita itu dengan tidak tahu diri datang dan merusak kehidupan rumah tangga Mandala dan Hera. Mengatakan hal konyol yang sudah kadaluarsa.

Hah! Menjengkelkan.

Rasa bersalah yang awalnya sebesar biji jagung, sekarang mengecil seperti kacang hijau.

"Dulu kita memang pernah punya cerita, Nan. Tapi kamu merusak segalanya. Kamu membuatku kehilangan kontrol, kamu juga membuatku memutus sepihak persahabatan kita." Mandala tidak ingin luka lama yang dipendamnya menguar ke permukaan. Hanya saja, setiap kali teringat, rasa bencinya pada Nanda kian meningkat.

Padahal, Mandala sendiri tahu jika, ah, jangan diteruskan.

Menjengkelkan!

Mandala lantas mengakhiri sesi bersilaturahmi dengan Nanda, tetapi ketika tubuhnya berbalik, Mandala bertemu dengan sosok yang pernah ditemuinya di Turi beberapa tahun lalu.



***

"Ayah!"

Mandala meraih tubuh mungil sang putri dalam gendongannya.

"Aya, jangan kabur!"

"Aya kenapa, kok, dikejar sama Abang?"

Belum sempat menjawab pertanyaan sang ayah, Cakra sudah muncul dengan membawa sisir di tangannya.

Dua Cincin [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang