Dua Cincin [Bab 32]

124 9 4
                                    

Hai, assalamualaikum. Maaf terlalu lama tidak update...

Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo! Senin, 05Agustus 2024






Wajah Mandala tampak berseri-seri, keinginannya baru saja terpenuhi. Seseorang yang ingin disingkirkannya sudah tersingkir. Ternyata, sangat mudah mengusir lalat di meja makan. Itulah gunanya uang dan kekuasaan, serta relasi yang luas sehingga memudahkan segala gerakan.

Sekarang, waktunya Mandala menikmati pagi yang indah di hari Minggu. Hari di mana sepenuhnya Mandala abdikan untuk keluarga kecilnya. Seperti sekarang, Mandala tengah menemani gadis kecilnya dan sang istri yang sedang berjemur di taman samping.

Tubuhnya pria itu duduk di kursi rotan sambil tersenyum menyaksikan sang istri yang tengah bercerita dengan putri kecil mereka. Dari binar sang istri juga lekukan bibirnya, Mandala tahu wanita yang sedang berbadan dua itu benar-benar bahagia. Bisa dikatakan jika saat ini kehidupan Mandala dan Hera telah terbebas dari para pengganggu.

Kesenangan Mandala itu tidak bertahan lama, seorang ART tiba-tiba menghampirinya.

"Tuan, ada telepon."

"Siapa? Kamu nggak bilang kalau saya weekend nggak suka diganggu," balas Mandala.

Si ART menunduk, sedikit gemetar mendengar nada kesal dari majikannya. "Maaf, Tuan. Tapi katanya penting."

Sebelum meninggalkan tempat duduknya, Mandala menoleh sekilas pada istri dan anaknya. Ada rasa jengkel di dalam hatinya saat waktu bersama keluarganya terganggu, apalagi ini hari libur.

Mandala berdiri di depan meja kecil, tangannya menempelkan telepon rumah ke telinga.

"Mas Mandala, ini Deka."

Embusan napas keras dari Mandala membuat seseorang di seberang telepon meringis pelan.

"Cuma mau ngingetin kalau hari ini Deka ada sparing Muay Thai sama Abang," ujar Deka.

"Mas tahu, Deka. Tapi ini masih jam tujuh. Kami di sini bahkan belum sarapan. Mas juga sudah bilang, kan, kalau sparing itu sore."

"Kalau begitu Deka bawain sarapan, ya."

"Kamu pikir Mas miskin sampai sarapan saja harus dikasih orang." Mandala hampir berteriak. Beruntung dirinya masih bisa menjaga emosi.

"Maaf, Mas Mandala. Ya sudah, Deka tutup telepon. Sore nanti Deka main ke rumah Mas Mandala sama Mbak Hera," balas Deka. "Assalamualaikum, Mas."

"Waalaikumsalam."

"Siapa, Mas?"

"Sayang, kamu bikin aku kaget," balas Mandala sambil meletakkan kembali telepon.

"Maaf, Mas."

"Nggak apa-apa. Kok sendiri? Cahaya mana?" Mandala menoleh ke belakang punggung Hera, mencari putri kecil mereka.

"Masih main."

"Sendiri?"

"Sama Siti."

"Tunggu sini. Aku ambil Cahaya dulu."

Hera hanya menggeleng melihat tingkah Mandala yang begitu posesif pada sang putri. Pria itu tidak pernah membiarkan Cahaya jauh dari pandangannya, sekalipun ada baby sitter bersama sang putri.



***




Senyum Hera begitu lebar saat menyambut kedua tamunya, Dewa dan Deka. Mungkin karena sudah beberapa bulan tidak bertemu.

Dua Cincin [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang