0.1

6.2K 713 141
                                    

Matahari sudah berada di tempat yang tinggi, sinarnya yang sangat terang berhasil membuat beberapa orang berkeringat dan mengeluh karena panas.

Begitu pula dengan tokoh utama wanita dalam cerita ini.

Imaushi [Name], yang menatap kosong pada luar jendela kamarnya. Wanita yang baru berusia 20 tahun itu tidak memiliki semangat hidup semenjak matanya terbuka.

Keinginannya untuk melompati jendela itu, sangatlah besar. Namun jika dia melakukan hal itu, tidak ada jaminan jika dia akan langsung mati. Jika mati pun, dia akan mengulang kembali waktunya.

Seperti saat ini.

Terhitung, ini adalah kehidupan kesembilan kalinya, dengan takdir yang sama. Melakukan kontrak menikah dengan 6 pria sekaligus, dan berakhir mati karena mereka pula.

Dibunuh, diperkosa hingga mati, bunuh diri, disiksa, kecelakaan, dibakar hidup-hidup, semua itu telah dia rasakan. Semuanya masih terasa sangat nyata saat ini.

Jari-jari lentiknya menyentuh lehernya, sensasi ketika katana yang sangat tajam menebas lehernya masih terasa. Tubuhnya gemetar dan menggigil karena rasa takut, ingin berteriak dan menangis, namun semua tidak dapat dia lakukan.

Wanita itu berjalan menuju cermin yang besar. Dibukanya seluruh pakaiannya, hingga dia telanjang bulat. Memperhatikan tubuhnya dari pantulan kaca tersebut.

Seluruh luka yang dia dapatkan dulu, mungkin tak meninggalkan bekas, namun dia masih dapat merasakan seluruh luka yang menemaninya dulu. Hanya ada satu hal yang tak berubah. Retakan pada dadanya yang dia terima semenjak menikahi keenam suaminya di kehidupan pertamanya, retakan tersebut kini semakin membesar.

Tetesan darah mengenai punggung kakinya. Manik heterochromia-nya kembali menatap pada cermin, menyadari jika dirinya kembali mimisan.

Mimisan yang sering terjadi padanya, setiap kali dia berusaha untuk mengingat kehidupan sebelumnya, maupun ketika dia berencana untuk mengakhiri hidupnya lagi.

"Tidak mau... kenapa aku harus hidup lagi..."

"Kenapa... aku harus bersama mereka lagi..."

Wanita itu mengambil gunting yang tersimpan di laci meja riasnya. Dengan kasar, dia memotong rambut [hair colour] sepinggangnya. Dia ingin membuang kesialan, dia ingin melupakan segalanya.

Padahal rambut panjangnya adalah hal yang paling disukai oleh mendiang ibunya, namun dia tidak akan kuat jika harus mengulangi kematian dan kehidupan yang sama lagi.

Memotong dengan keadaan takut dan panik, tanpa sengaja membuat tulang pipi kanannya ikut terpotong. Tidak panjang luka yang disebabkan, namun berhasil menimbulkan darah yang mengalir dengan derasnya.

"Kami-Sama... apa yang harus aku lakukan..."

.

.

.

Selesai dengan ritual membersihkan diri. Wanita itu kembali menatap dirinya pada cermin.

Dress putih polos yang menutupi leher, tangan, dan kakinya. Rambutnya yang kini tinggal sebahu, dan juga luka di pipinya yang telah dia tempelkan dengan perban.

Seperti biasa, manik emas itu tampak kosong. Sama sekali tidak ada semangat untuk hidup. Tentu saja, wanita itu selalu berharap tiap detik dia akan mati.

Jam menunjukkan pukul 1 siang, dia belum keluar dari kamarnya sejak pagi. Harusnya saat ini, 6 pria yang berstatus suaminya itu tengah bekerja. Mereka hanya akan berada di mansion itu tiap malam saja.

6 Husband [Bonten]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang