1.6

3K 454 29
                                    

❝Apakah kalian sudah bahagia? Karena telah menyatu dengan lautan yang indah❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Apakah kalian sudah bahagia? Karena telah menyatu dengan lautan yang indah❞

────────────

Meski dia adalah Dewa, Wakasa hanya berkuasa pada lautan dan makhluk-makhluk air, seperti [Name]. Dia tidak dapat ikut campur dalam urusan kehidupan dan kematian manusia biasa. Itu di luar kemampuannya.

Namun, jika dia mau, dia dapat mengubah manusia-manusia yang dia benci menjadi makhluk lautan yang mengerikan atau jelek. Lalu menempatkan manusia jahat itu pada bagian terdalam lautan, supaya dia merasakan keputusasaan di gelapnya dasar lautan.

Kondisi Ayahnya dan juga [Twins Name] yang kemarin hanya tinggal tubuh bagian atas, karena Sanzu memaksa untuk membawa mayat mereka ke hadapan [Name] membuatnya juga tak bisa melakukan apapun. 

"Karena abu mereka telah ditaburkan ke lautan, aku akan kembali ke lautan." Ujar Wakasa pada Shinchiro. "Mungkin saja aku bisa membuat keduanya menjadi makhluk seperti [Name], dan membuat dia bahagia."

"Aku ragu itu keputusan yang bagus, tapi aku tidak akan melarangmu. Lakukan yang menurutmu terbaik."

Wakasa melirik pada Shinchiro, "Selama aku pergi, tolong jaga [Name]. Kita tidak tahu kapan Ai akan berulah, jadi kumohon jaga adikku dengan baik." Ujarnya serius.

"Aku akan menjaganya, kau tak perlu khawatir."

Di bibir pantai, [Name] masih terdiam dengan tatapan kosong yang terarah pada lautan. Setelah dirinya dan Wakasa menaburkan abu Ayahnya dan [Twins Name], wanita itu masih setia pada tempat berdirinya. Dia tidak beranjak sedikit pun.

Hatinya terasa amat sakit, dan tubuhnya juga enggan melakukan hal yang dia minta. Pikirannya kosong, dan dia lelah terus menangisi kepergian mereka. Kini semuanya meninggalkannya, menyisakannya bersama dengan Wakasa saja.

Wanita itu benar-benar ingin menghukum orang yang telah membuat kedua orang yang berharga baginya pergi selamanya, namun pembunuh itu justru mati karena ledakan mobil dan tubuhnya dilahap oleh api tanpa sisa.

Setidaknya, jika ada tersisa sedikit saja tulangnya, [Name] ingin mengutuk tulang itu. Mengutuk seluruh keturunannya, dan mengutuk jiwanya agar tidak dapat beristirahat dengan tenang. Dia ingin melakukan semua itu, namun Kami-Sama tampaknya tak ingin membuat orang sebaik [Name] berbuat kejahatan.

[Name] juga masih menganggap kepergian kedua orang yang dia sayangi itu salahnya. Jika saja dia mengajak bertemu di mansion Bonten saja, atau di rumah keluarganya dulu, kejadian seperti in tidak mungkin terjadi.

"Aku tahu kau benar-benar terluka, tapi tolong jangan membuat tubuhmu semakin sakit."

[Name] melirik pada Ran yang memasangkan jas hitamnya pada tubuhnya, supaya [Name] tidak sakit karena angin pantai yang kencang. "Tuan Imaushi, dan [Twins Name] pasti akan sedih jika melihatmu seperti ini. Ayo pulang, kau mulai terkena demam." Ujar Ran khawatir.

6 Husband [Bonten]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang