Bab 3 : Mulai Bermain

647 54 2
                                    

UP!!!!

TEKAN TOMBOL VOTE DI POJOK KIRI BAWAH!

JANGAN LUPA KOMENTAR!

Happy Reading🧡

***

Perbuatan Averyl kepada Juno di kelas menyebar dengan cepat. Namun yang menjadi buah bibir malah santai saja dan saat ini duduk di salah satu meja kantin, tidak peduli dengan sekitar walau banyak yang memperhatikannya secara terang-terangan.

"Heh, anak baru!" Seru seseorang menghampiri Averyl.

Ini yang Averyl suka, dari nada memanggilnya saja sudah jelas sebuah tantangan.

"Iya, anak lama," balas Averyl.

Anak-anak Meinhis menahan napas sejenak. Ada yang mencibir Averyl karena terlalu berani menjawab Flora, si jagoan sekolah. Selama ini tidak ada yang berani menantang gadis itu. Karena di sini Flora ratunya.

Flora sedikit kaget dengan respon lawan bicaranya yang kelewat santai. "Maksud lo apa benturin kepala Juno ke meja? Mau caper lo?" cerca Flora dengan wajah songong.

Kening Averyl berkerut karena berpikir keras. "Karena ... pengin aja sih kayaknya," jawab Averyl sambil mengangguk pasti.

Emosi Flora naik seketika. "Sok banget anjing jadi anak baru, mau dibantai lo sama kita-kita?" sentak Flora. Jarinya menunjuk ke meja yang diisi teman-temannya, ada Juno dan Neo juga di sana.

"Oh I see ... jadi di sekolah elit gini juga ada geng-geng gak jelas ya?"

Jujur saja, Averyl tidak suka dengan orang sombong seperti mereka. Lihatlah, teman-teman Flora menatapnya seakan mengejek karena Averyl hanya sendirian, sedangkan mereka berlima.

"Maksud lo apa?" Flora menarik kerah seragam Averyl, memaksanya berdiri.

Averyl tersenyum, dia melepas cengkraman tangan Flora pada kerah seragamnya. "Biar apa lo giniin gue? Biar dipandang hebat?"

"Kalau iya kenapa? Gue bisa aja habisin lo sekarang juga."

"Gak takut dipenjara?"

"Bokap gue gak mungkin masukin anaknya sendiri ke dalam sel," balas Flora sambil tersenyum remeh.

"Emang bokap lo siapa?" tanya Averyl walau sudah tahu jawabannya.

"Bokap gue polisi." Semakin tinggi dagu Flora terangkat saat menyebutkan pekerjaan ayahnya.

Namun Averyl malah terkekeh. "Musuh gue dong berarti," gumam gadis itu terkesan ambigu.

"Maksud—"

"Udah cukup bacotannya. Lo mau dipandang jagoan kan? Pulang sekolah di lapangan kita adu fisik, gue mau lihat se-jagoan apa anaknya Komjen pol. Laksmana."

Averyl bisa melihat tubuh Flora menegang saat dia menyebutkan pangkat sekaligus nama ayahnya.

"Lo—"

"Catat nama gue di otak lo. Averyl Genevra Nyxeron," bisik Averyl sangat pelan kemudian dia melenggang pergi, ditinggalkannya kantin yang barusan heboh karena ulahnya.

Averyl menyebutkan identitasnya. Ada gelenyar aneh yang dirasakan tubuhnya saat mengucapkan nama belakangnya sendiri. Setelah sekian lama nama itu kembali terucap.

Bagi dunia, Nyxeron sudah tinggal kenangan, semua keturunan Nyxeron sudah tidak ada di muka bumi, masa kejayaan mereka direnggut oleh maut. Namun kenyataannya tidak, masih ada yang tersisa untuk pertunjukan berikutnya.

Averyl's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang