UPDATE!!
⚠️WARNING⚠️
Cerita ini murni dari pemikiran aku sendiri, kalau terlalu diluar nalar maafin ya, cuma di fiksi bisa begini.
Typo bertebaran, tolong ditandai kalau ada ya tencuu
VOTE YA AWAS AJA NGGAK
KOMEN WAJIB
Happy Reading 💜💜
••••
"GUE NYERAH!"
Acra merebahkan tubuhnya di tengah-tengah lapangan badminton. Sudah 1 jam lebih dia harus meladeni kegabutan Averyl yang tiba-tiba mengajaknya bertanding. Permainan ini tidak akan usai jika mengikuti stamina Averyl yang full selalu.
"Lemah lo," hardik Averyl.
"Capek." Acra bangkit dari posisinya, berjalan ke pinggir lapangan. Meraih sebotol air yang awalnya dingin.
"Lemah."
Acra menyeka air di bibirnya. "Capek anjing," umpatnya.
Averyl tergelak mendengar umpatan dari lidah Italia cowok itu. Lucu.
"Sini gantian."
Laiv memasuki lapangan dengan raket yang tadi digunakan Acra. Permainan dimulai dengan service dari Laiv.
"Yang menang gue traktir," ucap Acra usai menenggak minumnya hingga tandas.
"Gak butuh."
"Sialan, sok banget."
"Gue bukan orang miskin."
"Ampun tuan muda Laiv yang terkaya!" Acra mendengus sinis.
"Traktir gue aja, Kra!" seru Averyl bersemangat. Sepertinya jiwa miskinnya naik ke permukaan.
Acra mengacungkan jari jempolnya. Apa sih yang nggak buat sahabat tersayangnya itu. Nyawa pun sanggup ia korbankan jika itu untuk Averyl. Gadis rapuh tapi sok kuat yang dari awal kenal tak pernah Acra melihatnya menitikkan air mata. Dan dia tidak pernah ingin melihatnya jatuh.
Averyl bukan hanya sekedar sahabat di mata Acra. Averyl adalah hadiah yang diberikan Tuhan untuk mengobati kekosongan dalam dirinya setelah ditinggal pergi sang adik, lebih tepatnya kembaran Acra yang meninggal karena penyakit.
Apapun akan Acra usahakan jika Averyl yang meminta. Menghadapi tikus-tikus pengganggu seperti Nardo dan teman-temannya? Itu buka hal besar bagi Acra.
"Curang lo, Ip." Averyl berjalan melewati net dengan wajah tidak terima karena set pertama dimenangkan oleh Laiv.
Laiv mengedikkan bahunya, sudah hapal dengan sifat Averyl, si paling gak mau kalah.
Sebenarnya Laiv tidak suka dengan gaya bicara di sini, terlalu kasar menurutnya. Apalagi dia dan Averyl juga harus bicara seperti itu di sini. Laiv tidak suka, ia benci. Percakapan mereka jadi tidak terkesan manis, lebih ke arah ngajak berantem.
"Sabar, Avey, baru satu set," gumam Averyl menenangkan dirinya sendiri.
"Permainan lo udah sampai mana, Tu?" tanya Acra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Averyl's Game
Teen FictionIni kisah tentang Averyl dan semua dendam yang membayanginya. Sejak lahir keberadaannya tidak diketahui oleh publik walau keluarganya adalah keluarga terpandang. Namun semuanya berakhir dengan Averyl yang sebatang kara. Perjuangannya dimulai setelah...