NEW CHAPTER!!
Seperti biasanya, jangan lupa VOTE! KOMEN! Dan SHARE!
Komentar kalian adalah penyemangat ku, baca komen readers itu udah kayak baca chat dari doi, bikin senyum-senyum sendiri. Jadi banyak-banyak ya komentarnya 😍
📚Note : Tandai kalau ada typo!!
HAPPY READING 🧡🧡
***
Malam yang gelap tanpa kehadiran bulan dan bintang yang kini tertutup awan mendung. Seakan sudah direncanakan untuk malam yang penuh ketegangan.
Alunan musik terdengar jelas dari ruang teater Meinhis. Suasana yang gelap dan suhu yang terasa dingin seolah-olah tak cukup untuk membuat gadis itu takut di sana sendirian, dengan alunan instrumen piano yang didengarkannya.
Averyl terhanyut dalam alunan musik piano favoritnya. Lagu ini sering ia dengar waktu kecil sampai sekarang, hanya yang memainkan pianonya saja yang berbeda. Dulu Averyl sering dengar dari ibunya, namun sejak ibunya meninggal ada orang lain yang mau memainkan lagu ini untuknya. Averyl selalu ingin menjadi seperti ibunya tapi dia tidak akan pernah bisa, permainan jari Averyl tidak seindah ibunya.
Lagu River Flows In You sudah berakhir dilantunkan oleh seorang pria di negeri yang jauh di sana.
Prok prok prok
"Indah, seperti biasanya," puji Averyl. Averyl mematikan loud speaker karena lagu sudah berakhir, lalu menempelkan ponselnya ke telinga.
"Kau sudah puas?"
"Tidak, hem ... mungkin sedikit."
"Ck, seharusnya aku yang meminta sesuatu di situasi ini."
"Menyebalkan," gumam Averyl kesal, kalau gak ikhlas bilang aja! Oh kali ini Averyl tidak sadar diri!
"I miss you."
Ungkapan mendadak itu membuat Averyl tersenyum, rasa kesal menguap begitu saja. Sedetik kemudian terdengar decakan kesal dari sana.
"Kenapa diam? Kau tidak merindukanku?"
"Bukankah tadi kau marah padaku?" Averyl sangat ingat kata-kata pria itu saat panggilannya baru tersambung. Lucu memang, dia marah tapi tetap mengangkat telepon dari Averyl.
"Benar."
"Lalu kenapa—"
Tiba-tiba lampu menyala.
"Kayaknya lo udah gak sabaran buat tanding sama gue," ucap Alice yang baru saja datang bersama teman-temannya dan 3 orang asing yang Averyl tebak mereka yang akan menjadi juri.
"Aku tutup dulu ya, see you." Averyl mematikan panggilan secara sepihak. Dia yakin 100% pasti pria itu sedang kesal.
"Di luar hujan," balas Averyl melantur. Dia baru sadar saat melihat ke luar jendela. Suasana malam ini terasa sempurna baginya. Dingin, tapi Averyl suka. "Lebih baik segera kita mulai, gue mau tantangannya berakhir malam ini, setelah balet gue mau lo lawan gue Flora," lanjutnya.
Averyl dan Alice sama-sama bersiap. Yang lainnya harus menunggu sebentar. Para juri sudah duduk di bangku paling depan.
"Lo udah hubungin Zass?" tanya Nardo pada Neo.
"Udah, dia datang tiga hari lagi, masih ada urusan katanya," jawab Neo.
Sementara itu Juno memperhatikan Flora yang sejak tadi terlihat gelisah. "Flora, lo siap 'kan?" tanya Juno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Averyl's Game
Teen FictionIni kisah tentang Averyl dan semua dendam yang membayanginya. Sejak lahir keberadaannya tidak diketahui oleh publik walau keluarganya adalah keluarga terpandang. Namun semuanya berakhir dengan Averyl yang sebatang kara. Perjuangannya dimulai setelah...