SAFNA
Kenangan tentang Reyhan mulai kukubur seiring ancaman Abah. Ia tak akan mengakuiku sebagai anak jika tetap mengingat masa lalu itu. Meski tersaruk, kutapaki itu.
Tiap kali bayang pria itu singgah, cepat-cepat kutepis hingga tak goyah hati ini. Dengan segenap jiwa aku meminta pertolongan pada Allah yang membolak-balikkan hati manusia. Kupintakan cabut rasa yang pernah mendalam ini.
Untuk memudahkan keluar dari lamunan Rey, kusibukkan diri dengan merawat bunga hias, memberi makan ikan dan memasak aneka kuliner. Hal itu cukup ampuh menghilangkan kejenuhan dan kesepian di villa mewah ini. Kadang berbincang sampai lupa waktu dengan pelayan wanita yang tuan Roger pekerjakan untuk membantuku.
Ambu dan abah hari ini datang ke villa tuan Roger. Mungkin ingin menyelidiki kondisi putrinya kini. Meski masih kecewa dengan sikapnya, aku tetap menyambut dengan hangat. Kupaksakan untuk tetap berwajah ceria di hadapannya.
"Kita masak bareng, Neng!" ajak Ambu yang sengaja membawa ikan mentah. Mungkin ia ingin menghiburku dengan cara melakukan hal yang putrinya sukai.
Aku langsung mengikuti ajakannya ke dapur. Sementara abah duduk-duduk saja di beranda. Biar sajalah, kasihan juga lelaki yang hidupnya selalu susah itu jika saat ini menikmati hari tua.
Mungkin, harus begini jalannya. Mereka mendapat limpahan harta dengan wasilah aku menjadi istri tuan Roger. Kalau tidak begitu, mungkin selamanya akan hidup dalam kemiskinan.
"Neng, belajarlah untuk menerima suamimu setulus hati. Insya Allah nanti hati taun Roger akan terbeli. Kalau sudah begitu kamu takkan pernah dilepaskan!" ucap ambu sambil membubuhkan perasan jeruk nipis pada ikan gurame mentah.
"Ambu juga dulu gak cinta sama abah. Dinikahin paksa sama bapak karena balas jasa sudah diselamatkan dari kebakaran. Abah kan preman dari dulu. Api saja diterobos demi menyelamatkan bapak. Lalu, ambu barusaha ikhlas dan akhirnya pernikahan kami langgeng sampai sekarang," lanjut wanita yang kini mulai meracik bumbu.
Aku mulai meresapi kata-katanya setahap demi setahap. Mungkin benar, aku harus membuka pintu hati. Percuma juga merayap nasib, toh semua sudah terjadi.
Reyhan adalah masa lalu ya, sedangkan Roger adalah masa depan. Semoga memang ini jalan terbaik bagi hidupku kelak.
*
Hari berganti minggu, tuan belum jua datang. Gelisah mulai menelusup ke dalam kalbu. Akankah ia kembali? Atau cukup sampai terenggut mahkotaku ini?
Berbagai pikiran buruk singgah silih berganti di benakku. Mewujudkan gelisah di siang dan malamnya. Ke mana aku harus mencarinya?
Bayangan wajah dingin sang tuan menari di pelupuk mataku. Tatapan, sentuhan bahkan permainan gilanya terekam sempurna.
Rindukah aku?Tak boleh Safna? Kamu hanyalah wanita rahasia. Memainkan kerinduan bisa berujung kenestapaan. Bagaimana jika diri ini memang hanya persinggahan malam? Bukan seseorang yang memiliki nilai di ruang hatinya.
Sekeping merah di sini teremas kuat tiba-tiba mengingat tuan tak sendiri di sana. Ada wanita penguasa hatinya menemani tiap malam. Sementara aku ... pelepas hasrat semata.
Ayolah, Safna, sadarlah! Kau hanya wanita biasa, hanya boneka permainan , tak lebih dari itu. Jangan berharap bisa mendapat hati tuan. Dia memiliki istri yang sudah pasti sempurna. Kau sekedar pelarian saja. Jika bosan, mungkin akan dicampakkan.
Aku kembali meratap kesendirian. Hatiku berdenyar, menambah pilu kian menyiksa. Air mata merespon tiap hati merintihkan jiwa yang sepi.
***
Pagi ini hatiku makin merindu. Sekuat apapun mengancam diri agar tak terbelenggu, sia-sia saja. Bayangan tuan telah menjajah kewarasanku.
Pulanglah, Tuan!
Pikiran buruk itu kalah oleh kebaikannya. Meski jarang bicara, tuan tak pernah berlaku kasar. Apalagi jika ingat permainan gilanya, ah, aku malu jadinya.
Aku mematutkan diri di depan cermin. Tangan ini mulai bermain untuk menyamarkan wajah sembab sisa menangis semalam dengan sapuan bedak tipis. Sebelum pulasan terakhir usai, terdengar klakson mobil, disusul suara pintu gerbang utama dibuka.
"Tuan pulang!"
Senyum tipis menghias bibir ini. Ada rasa yang tak biasa hadir, entah apa. Degup jantung susul-menyusul dengan hasrat ingin segera menyambutnya.
Suara mobil memasuki pekarangan, menambah keyakinan, itu pasti tuan. Aku berlari kecil, tak sabar ingin menemuinya. Tangan ini membuka pintu, tepat saat tangan tuan terangkat hendak meraih handelnya.
Mata kami beradu, melemparkan tatapan rindu lewat kilat, yang tak mampu kusembunyikan. Mati-matian menahan hasrat ingin memeluk. Ya Tuhan, kenapa aku jadi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT/Kolaborasi
RomanceSafna, gadis kampung yang dipaksa menikah oleh ayahnya dengan konglomerat muda Dia harus rela jadi istri kedua dan rahasia. Segala harapan untuk bersanding dengan pemuda yang dicintai hancur sejak akad nikah diikrarkan. Kini, hidupnya berada dalam...