CHAPTER 6 : Rumah

756 117 6
                                    

"Ketika rumah bukan lagi tempat singgah untuk mereka yang kehilangan arah."

[ A.  R.  T.  S. ]

"Hah... Anak itu benar-benar," ayah Shim memijat kepalanya saat mendapati sang putra pergi tanpa pamit setelah penampilannya.

Ia ingin marah, namun mengingat prestasi Jake di sekolah membuat ayah Shim memaklumi dan membiarkan anaknya mempunyai waktu untuk diri sendiri sebagai bentuk imbalan karena sudah menjadi siswa teladan.

Ayah Shim meninggalkan hiruk pikuk pementasan yang tengah berlangsung dan memilih pergi untuk mendudukkan diri di bangku kantin yang tak terlalu ramai, bahkan beberapa kursi masih dalam keadaan terbalik. 

"Paman, bolehkah aku bergabung?" tanya seorang siswa yang ternyata adalah Sunoo, anak itu berinisiatif menemani pria dewasa yang tampak menyendiri tanpa anak dan istrinya.

"Ah, tentu saja nak... Kemarilah," lantas pemuda itu menarik kursi dihadapan ayah Shim dan mendudukkan diri di sana.

Sunoo menatap ayah Shim, "Apakah Paman sudah makan? Aku punya roti selai, ayo makan bersama, Sunoo temani..."

Ayah Shim terkekeh melihat anak ini berkata tanpa beban kecanggungan, ia menerima tawaran roti  yang sudah disodorkan kepadanya, "Jadi namamu Sunoo? Baiklah, mari kita makan bersama,"

Keduanya langsung berbincang akrab, melupakan fakta bahwa mereka bukanlah sepasang ayah-anak, melainkan sebatas orang asing. Dalam hati, Sunoo senang sekali menghabiskan waktu dengan paman ini. Ia selalu mengidam-idamkan momen seperti sekarang bersama sang ayah. Namun apa boleh buat, ayahnya terlalu sibuk untuk sekedar menemaninya sarapan.

Mata rubah Sunoo bergulir ke penjuru kantin sebelum berakhir menangkap sosok Jay yang sedang sibuk menanyai orang berlalu-lalang.

"Kak Jay!"

Panggilnya sepihak dengan mengayunkan tangan. Sunoo mengusap bibirnya kasar untuk menghapus noda selai strawberry di dekat dagunya. "Um, Paman... Sunoo pamit ya, sampai jumpa! Semoga kita bertemu kembali," kelima jarinya  melambai setelah membungkuk sopan sebelumnya.

Melihat Jay tak memedulikannya dan akan berbalik, segera ia membawa bungkusan sampah dan mengantonginya asal. Tungkainya berlari kecil untuk mendekati sahabatnya mungkin? Entahlah, Sunoo juga tidak tau apa dirinya masih dianggap ada atau tidak. "Kak J-jay,"

Pemuda bermata elang itu menukikkan alisnya, "Kenapa memanggilku? Aku terburu-buru, lain kali saja..."

Tatapannya terlalu angkuh hingga membuat Sunoo sedikit bergetar dan menggigit bibirnya tanpa sadar, "Kau tak perlu mencari kak Jake, d-dia bersama kakakku tadi... Mereka sudah pulang bersama,"

Jay membuang muka, "Kau ini panitia, kenapa membiarkannya pergi begitu saja?" Sunoo yang hanya terdiam itu membuat Jay semakin geram.

"Kak, sudahlah... Lagi pula aku yakin Kak Jake akan memperbolehkanmu untuk pergi," Ni-ki yang sedari tadi mengekor di belakang Jay berusaha meredakan atmosfer yang mencekam ini.

"Jay, apa kau ingin mengunjungi Jung—"

Jay menoleh cepat dan menunjuk tepat di depan wajah Sunoo, "Jangan menyebut namanya, ini bukan urusanmu!" pemilik nama asli Park Jongseong itu tak mengacuhkan panggilan Ni-ki, ia menuju parkiran motor dan menancap gas begitu saja. Toh juga dirinya sudah diberi izin walau melalui perdebatan dengan sang wali kelas.

Aksara Rasa Tanpa Suara [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang