CHAPTER 16 : Agenda

424 74 12
                                    

[A. R. T. S]

"KAK HEESEUNG?"

Yang dipanggil sedikit mengerjap dan terkekeh sejenak, "Ya?" ujarnya sembari mengusak rambut Jungwon yang duduk dekat posisinya berdiri.

Ni-ki mendongak sebelum berbalik lalu beranjak. "Kenapa Kak Heeseung pakai er--seragam?"

Mimik wajah yang paling tua berkerut, "Memangnya tidak boleh? Sunghoon saja pakai," sontak mereka semua memusatkan pandangannya pada lelaki berperawakan dingin itu. Terkejut, tapi tidak dengan Jay dan Jungwon yang sudah menyadarinya dari awal, namun lebih memilih mengurungkan niat untuk bertanya.

Jake mengitari kursi hingga berjajar dengan kekasihnya. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh bahan yang Sunghoon kenakan, ini benar-benar persis miliknya dan yang lain.

Tampang keheranan tercetak jelas di raut Jake. Si manis pun menarik Sunghoon menjauhi kerumunan sahabatnya yang sudah kembali berfoto, meninggalkan Sunoo yang sesekali menoleh guna mengamati kakaknya.

"Boleh aku bertanya?" ia berkata dengan gerak bibir, membiarkan kedua telapaknya saling berkaitan dengan jemari Sunghoon. 

Pemuda itu berdaham mengiyakan tanpa melepaskan jangkauannya dari lagak Jake yang tak bisa diam. Anak itu terus berjinjit-jinjit kecil dengan pancaran sinar dimatanya. 

Ia ingin menguraikan genggamannya untuk berisyarat, tetapi lelaki dihadapannya ini mendahuluinya, "Namaku sempat terdaftar di sekolah ini," 

Mengerti kalau arah topik ini akan merujuk pada kejadian kelam yang Sunghoon alami, Jake memutuskan untuk menyudahinya dan mengajak si Park ke area sekolah yang menyepi.

"Nah Hoon, disinilah biasanya kami berlatih," Jake menunjuk ruang kedap suara itu. 

Sunghoon memasukinya sembari menyapu sudut ruangan, sedangkan Jake mengekori dengan kedua tangan di belakang, "Tapi tidak ada piano, jadi jangan mencarinya," setelahnya Jake tertawa sedikit.

Sekejap terpana. Benar-benar mirip, senyum Jake secantik kepunyaan sosok terkasihnya dulu. Sunghoon tidak akan pernah melupakannya, ia sudah berjanji untuk hal itu.

Merasa puas memandangi, Jake membawa Sunghoon keluar, "Ayo berkeliling sekolah ini. Aku akan membuatmu terkesan tanpa menyesal,"

Diratapinya punggung sempit itu, lantas Sunghoon bermonolog.

"Asal kau tau, semenjak kehadiranmu aku tak pernah menyesali kecelakaan itu lagi Jake. Aku tak akan mengutuknya lagi untuk pertemuan kita. Dimana kau mengenaliku sebagai si tuli dan aku akan mengenalmu sebagai si buta,"

Iya, si buta. Dalam artian orang yang tak pernah menghiraukan kenyataan dan membiarkan dirinya sendiri tenggelam diantara banyaknya kebohongan.

Persis seperti mendiang. 

Sunghoon hanya terlalu mencintai untuk membenci.

...

Suara tepuk tangan dari beberapa rekan kerja serta sahabat lama tuan Park dan nyonya Kim terdengar. 

Acaranya berjalan lancar dan tak terlalu lama, apalagi setelah hidangan makanannya datang. Mereka merayakannya tanpa kemewahan yang berlebihan hanya berlatar jamuan sederhana yang diselenggarakan di restoran dekat peresmian butik itu.

Percakapan ringan yang menyelingi antartamu seolah memberitahu bahwa kesibukan kali ini bukanlah kegiatan formal. 

Hingga satu-persatu dari mereka mengundurkan diri dan tersisalah Jake, Sunghoon, Sunoo, serta dua orang tertua.

Aksara Rasa Tanpa Suara [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang