CHAPTER 24 : Sia-sia

371 50 25
                                    

"Meski senduku tak lagi isyaratkan duka, nyatanya rindu ini selalu mengirinya."

[A. R. T. S]

"Ayo hentikan ini Jake,"

Denial, ia hanya sanggup mengelak untuk ungkapan yang tak pernah ia bayangkan.

Gagasan di otaknya pun bertanya, dimana kata kita itu pergi?

Jadi, hanya ada aku dan kau, begitu? Tanpa kita?

Baik, pribadinya mengerti.

Mengerti dengan rasa sesak yang kian menggerogoti, mengikis habis pada relung yang tak lagi berpenghuni.

Sekedar membuka suara untuk mengucap salam perpisahan pun labiumnya memilih bungkam.

Tanpa menatap manik tajam yang tidak berhenti menghunus, Jake melangkahkan kaki kebelakang, kemudian berbalik badan.

Dengan kasar, ia menghapus jejak basah di tulang pipi, lanjut berjalan meninggalkan Sunghoon seorang diri dalam keterdiamannya. Membiarkan sang Tuan rumah yang sayangnya hanya singgah tanpa kata sungguh.

Pada akhirnya, Jake tak tau kalau saja ada air mata yang bukan miliknya ikut terjatuh.

...

"Aku sudah selesai,"

Jay menukikkan alisnya tak paham dengan arah pembicaraan sahabatnya.

"Apanya?" tanyanya seraya memutar-mutar gelas lalu meminumnya.

"Hubunganku dengan Sunghoon... Sudah selesai,"

Uhuk!

Jay menyapu bibirnya, menatap tak percaya seakan meminta penjelasan.

"Tiga hari yang lalu, tapi aku sedang tidak ingin menceritakan bagaimana kejadiannya," Jake menjawab sambil membawa semangkuk ramyeon pedas, ia mengitari meja dapur dan mendudukkan diri di sofa ruang keluarga tempat pemuda satunya.

Jay mengangguk paham, "Hah... Baiklah kalau itu maumu,"

Belum sampai melahap, sumpitnya bahkan mengambang, "Jongseng! Tolong ambilkan bubuk cabai!"

Yang di panggil Jongseng tak mengindahkan perintah si Shim. Dia justru datang dengan secangkir susu putih dan menaruhnya dihadapan Jake.

"Kebiasaan, jangan makan pedas terlalu banyak, bodoh... Sakit lambungmu bisa kambuh,"

"Ish! Iya-iya, terima kasih susunya,"

Kepatuhan Jake padanya adalah hal yang sukar dijumpai, makanya Jay mengusak kasar rambut belakang sang empu, menyisakan gumaman kesal dari bibir tebal Jake yang maju beberapa senti, meski tuturannya berakhir dituruti.

Selesai menyantap, Jake membantu Jay mencuci piring. Melihat orang disebelahnya masih disibukkan oleh kegiatan menggosok dan sesekali bermain busa, Jay berceletuk, "Setelah ini tidak ada ramyeon untukmu lagi,"

"Kenapa? Padahal kau sendiri yang bilang kalau aku boleh makan apa saja di rumah ini?" ujarnya tak terima.

Jay mengeringkan tangannya yang basah lalu berkacak pinggang di sisi kiri Jake, "Apapun, pengecualian yang berbau instan,"

Aksara Rasa Tanpa Suara [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang