NdTM Chapter 2

755 124 16
                                    

Zenith kini tengah tertidur pulas di ranjang kamar Anas. Dirinya tak sengaja tertidur karena bosan menunggu sang Ayah bekerja.

Mengingat mereka sudah bukanlah keluarga kerajaan, namun Anas tetap diberikan berbagai pekerjaan dari kerajaan karena Claude tidak ingin memberikan dana hidup secara cuma-cuma.

Di sisi lain...

"Berhenti Jeremy, aku risih karena kau mengikutiku terus!" Sylvia mengadu kesal pada pemuda didepannya.

Jeremy memasang muka masam. "Kenapa begitu? Hey aku ingin kita meluruskan hubungan tidak jelas kita ini, oke? Aku ti–"

"Pergilah Agriche, adikku sudah bilang tak mau kan?" Pria yang tampak lebih tua dari mereka datang berujar ketus pada Jeremy, lalu tak lama ia membawa Sylvia menjauh dari tempat.

"Pedelian sialan..." Jeremy menggumam sambil mengeratkan kepalannya.

Dirinya terus menyumpah serapahi pria yang diduga adalah kakak dari Sylvia di tempat dengan tangan terkepal keras.

"Jeremy? Oh astaga kenapa mukamu Semerah itu? Kau sedang marah atau malu?" Kini seorang wanita cantik dengan surai emas serta mata ruby-nya datang mendekati Jeremy.

Jeremy yang merasakan kehadirannya merasa jauh lebih baik. Dirinya mulai mengatur nafasnya perlahan, hingga akhirnya ia mulai membuka suara.

"Marah. Aku kesal dengan Pedelian, mereka tidak berubah sama sekali selama bertahun-tahun. Lagipula kenapa Ayah selalu menjodohkanku dengan gadis ini dan itu..." Ujarnya panjang.

"Kakak Anna~ bujuk ayah ya?" Lanjutnya mendekati sang kakak.

Anna aka Roxana itu menghela nafasnya. "Kita lihat nanti saja" sahutnya sejenak "ayo kita harus kembali ke penginapan" lanjutnya.

"Iya, ayo"

"Zenith, ayo bangun! Kau tidak boleh tidur lagi jika makan malammu belum kau sentuh" Anas sedang mencoba sebagai ayah yang baik.

Dibangunkannya Zenith dengan halus, hanya di tepuk-tepuk saja. Syukurlah anak gadisnya itu cenderung lebih sensitif terhadap sekitar, dirinya terbangun.

Zenith mengucek matanya dengan kasar lalu mengulet. "Ah aku jadi ketiduran..." Ucapnya malu akan perbuatannya.

Anas tersenyum didepannya. "Bukan masalah, ayo kita harus makan" ajaknya.

Ayah dan anak itupun langsung beralih ke ruang makan, berapa terkejutnya Zenith melihat berbagai macam lauk pauk tersedia di atas situ.

"Hebatnya~" puji si manis menarik kursi untuknya duduk. "Ayah melakukan semua ini sendiri?" Sambungnya.

Anas yang sedang tersenyum bangga pun mengangguk. "Tentu, selama aku jadi penjahat tentu aku tetap butuh makan, bukan?" Jawabnya.

Zenith terkekeh. Dan makan malam pun berlangsung hangat.

Kini Zenith baru saja selesai dan keluar dari kamar mandi. Dibantingnya tubuh ramping nan manis itu ke ranjang king size miliknya yang dibalut sprei berwarna hijau tebal.

"A-aw..." Keluhnya saat sesuatu membuat kakinya terasa sakit.

Diusapnya pergelangan kakinya dengan halus, takut mengundang rasa sakit lainnya. "Ini tidak semudah yang aku kira..." Gumam Zenith.

Lalu dirinya pergi ke jendela kamarnya, menatap pemandangan malam dengan berbagai lentera menyalah dengan terang. Indah, begitu ungkapannya.

Nona dan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang