NdTM Chapter 8

469 73 5
                                    

Zenith berjalan santai menuju kamarnya setelah ia mengunjungi kamar Athanasia. Dirinya baru saja menghabiskan waktu malamnya bersama adik sepupu kesayangannya hingga Athanasia tertidur.

Seperti yang tertulis bahwa hari sudah malam. Zenith berjalan hanya dengan pakaian tidurnya dan sebuah jubah putih tipis.

Saat dirinya tengah menikmati perjalanan pulangnya, ia bertemu kakak beradik Agriche di hadapannya.

"Selamat malam, semoga kerajaan Obelia selalu memberkati anda" salam zenith kepada Jeremy dan Dion.

Kedua pemuda itu hanya mengangguk. Sebelum akhirnya Dion membuka suara.

"Kenapa lady berkeliaran malam hari dengan baju tidur? Bukankah dingin?" Tegur Dion.

Zenith langsung menggeleng. 'mengingat rumornya dimana-mana, aku harus menjaga jarak dari tuan Dion'  batin Zenith.

Zenith tertawa renyah untuk menghindari kecanggungan. "Aku habis mencari angin, begimana dengan anda?" Sahut Zenith.

"Kami habis latihan, jadi kurasa kami harus kembali lebih cepat melihat kondisi adik kesayanganku yang mandi keringat ini" kata Dion hendak mengusap pucuk kepala Jeremy.

Sebelum telapak tangan Dion sampai di surai Jeremy, pemuda itu sudah menangkisnya terlebih dahulu dan pergi meninggalkan Zenith juga kakaknya.

Dion pun segera permisi untuk mengejar adiknya.

Zenith tentu hanya iya-iya saja dan langsung kembali melanjutkan perjalanannya menuju kamar.

Sesampainya di kamar, gadis itu memilih untuk tidak langsung tidur melainkan ia kini membuka jendela kamar.

Dirinya melihat ke kanan hingga kiri terus menerus. Hingga dirinya sedikit terkejut saat seorang pria dengan jubah menghampirinya.

"Selamat malam~" kata pria itu.

"Selamat malam ayah, bagaimana perjalanannya?" Tanya zenith pada pria yang diduga adalah ayahnya.

Anas mengangguk. "Karena ayah pakai sihir teleportasi jadi lancar, toh tadi ayah sudah bertemu dengan claude" jawabnya.

Zenith mengangguk mundur ke belakang. Membiarkan Anastacius masuk lewat jendela.

"Ayah hanya mau menjelaskan jadwalmu setelah itu ayah akan kembali pulang" Anas mengeluarkan sebuah amplop tebal dan membukanya.

Di keluarkan isi dari amplop tersebut yang ternyata hanyalah beberapa lembar kertas.

"Upacaranya akan hadir setelah dua hari kedepan, jadi mulai pagi esok hingga petang saat hari upacara kau akan disibukkan dengan berbagai persiapan" kata Anas membalik kertas satunya.

"Kau tampil saat malam hari karena para tamu undangan akan berpesta saat malam itu, tapi sayangnya ayah tidak bisa ikut karena ada beberapa pekerjaan ayah" jelas Anas mengusap pucuk kepala Zenith.

Zenith mengangguk. "Hanya itu?" Ucapnya bertanya.

Anastacius terkekeh. "Iya, semangatlah" sahutnya.

Zenith ikut tertawa. Dirinya senang saat tau bahwa Anastacius sebenarnya memiliki sifat yang hangat dibalik sifat liciknya. Dan dirinya bertambah senang saat sadar bahwa sikap hangat itu hanya diberikan pada putrinya, yaitu dirinya.

"Baiklah ini untukmu" ucap Anas memberikan sebuah kotak kecil. Ayah pamit dulu ya, tidur yang nyenyak putriku" lanjut Anas mengusap pucuk kepala Zenith.

Zenith mengangguk sambil menerima pemberian sang ayah. "Hati-hati" kata Zenith saat sang ayah mulai memudar menggunakan sihir teleportasi.

Dirinya pun kini membuka kotak kecil itu, dan langsung terlihat sebuah cincin emas dengan batu emerald hijau kecil yang tertempel di sana, buat cincin tersebut lebih cantik.

Nona dan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang