Zenith menghembuskan nafasnya. Mukanya terlihat lucu ketika pipinya mengembung. Dirinya cemberut. Jeremy tak kunjung menampakkan ujung batang hidung walau matahari sudah cukup jauh bergeser.
"Salahku juga kenapa mempercayainya" gumam Zenith berjongkok tetap menunggu dengan harapan.
Secara logika, memang bisa saja Jeremy mengerjainya dan tidak datang karena kejadian-kejadian mereka yang buat satu sama lain naik darah. Tapi Zenith kan melaksanakan ini demi keinginan tuan putri kesayangannya, dirinya akan merasa bersalah jika ia tidak menjawab apapun bila Athanasia bertanya tentang apa upaya yang ia lakukan untuk membujuk Jeremy.
Tapi ternyata ia hanya mendapat janji palsu dari Jeremy. Dirinya bagaikan ditinggalkan tanpa kabar seperti apa yang dialami dikalangan para remaja yang sedang kasmaran.
Zenith kembali menghembuskan nafasnya sebelum akhirnya bangkit dan menepuk-nepuk gaun pendeknya. Hendak membatalkan acaranya dengan Jeremy.
Namun saat kakinya melangkah sebanyak dua langkah, suara seorang wanita datang memanggilnya. "Nona Margarita" panggilnya.
Zenith berbalik dan berhadapan dengan Wanita cantik bersurai emas dengan manik ruby, oh, di belakangnya ada Jeremy dengan mukanya yang merah padam. Dan lihatlah setelan pakaian yang ia pakai. Kemeja putih dengan celana hitam yang menyatu dengan rompi.
"O-oh lady Roxanna, sa–" belum usai Zenith mengutarakan sopan santunnya, wanita lajang bernama Roxanna itu terkekeh.
"Jeremy membuatmu menunggu ya?" Tanyanya.
Zenith langsung menggeleng. "Tidak kok, tidak selama itu" jawabnya.
Oh ayolah Zenith, lawan bicaramu adalah Roxanna.
Roxanna menggeleng. "Nope, aku tau kau menunggunya!" Sahutnya. "Dia berpikir untuk menjadi jahat dengan membiarkanmu menunggu hingga malam, maafkan dia ya" lanjutnya.
Zenith kini mengangguk. "Tidak masalah, baiklah kalau begitu..." Suara Zenith perlahan memelan, dirinya melangkah pelan menengok Jeremy.
"Tuan Agriche, apa kau masih tetap mau pergi ke pasar?" Tanya Zenith.
Sungguh, Zenith menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak melihat muka merah Jeremy yang mengangguk patuh itu.
"Y-ya terserah" sahur Jeremy.
༶
"U-uwah... Ramainya!" Ucap Jeremy kagum.
Zenith terkekeh manis. Digandengnya tangan yang lebih besar, dan ditarik ke dalam kerumunan. Jeremy sendiri kewalahan karena ini adalah pertama kalinya. Bahkan dirinya cukup terkejut saat tiba-tiba berhenti di depan toko makanan bakar.
"Paman, aku pesan dua tusuk ya!" Ucap Zenith memesan.
Jeremy memasang muka tidak setuju. "Kenapa dua? Aku tidak mau! Nanti kalau aku sakit bagai–"
"Terimakasih paman!" Seru Zenith menerima pesanannya sekalian memotong ucapan Jeremy yang membuatnya jengkel.
"Kemari!" Kata Zenith memandu Jeremy ke tepi, dimana tempat itu tidak terlalu berdesakkan. "Cobalah, kalau tidak mau akan aku habiskan" lanjutnya memberikan potongan makanan yang ditusuk lalu dibakar pada Jeremy.
Jeremy menerimanya lalu melihat sebagaimana Zenith sangat lahap memakannya buat dirinya ikut tergiur. Masa bodo dengan apa yang dikatakannya, dilahap sepotong ujungnya, buat matanya berbinar.
Rasa manis dan asin yang tercampur, juga tekstur dari daging yang diduga daging ikan itu benar-benar sangat enak. Jeremy lanjut ke bagian kedua, yang ternyata adalah paprika yang disatukan dengan tepung, buatnya jadi lebih besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona dan Tuan Muda
FanficZenith yang sudah melepaskan diri dari yang lampau dan mulai menjalani hidupnya dengan santai. Tapi Jeremy dengan mudahnya masuk dan mengacau hidupnya, juga hatinya. Jeremy sendiri sudah bertekad untuk setia pada pilihan sang ayah, namun Zenith data...