Zenith berdiri menggesekkan tumit kaki kanannya ke jalanan. Menunggu sesosok pemuda yang harusnya ia tunggu.
Tak lama Jeremy menghampirinya. "Pakai ini" ucapnya menyodorkan jubah putih yang ia bawa.
Zenith mengangguk dan segera melakukan perintahnya. Membiarkan Jeremy berlutut untuk meletakkan sepasang alas kaki berupa sandal mengingat penari tidak menggunakan alas kaki saat menari.
"Ayo" ajak Jeremy.
Jeremy kembali menarik pergelangan tangan Zenith tanpa sadar.
Dibawanya gadis bersurai coklat itu berlari kabur dari acara awal. Kini keduanya beralih di bawah banyaknya lentera yang tergantung menyala.
"Ayo cari makanan manis, katanya itu bisa menaikkan suasana hati buruk" ajak Jeremy.
Zenith memiringkan kepalanya, bingung. Malas menanyakannya, gadis itu mengangguk dan mengikuti langkah Jeremy.
Keduanya kini duduk berhadapan di bangku sebuah kedai makanan manis. Membiarkan sang pelayan meletakkan dua gelas minuman unik masing-masing.
Setelah menyecap rasa minuman tersebut. Zenith mulai mengambil alih awal pembicaraan. "Anu... Apa tidak apa anda–"
"Lady Zenith, maaf sebelumnya! Tapi apa bisa kau memanggilku dengan namaku saja?" Potong Jeremy.
Zenith terkaget. "E-eh? Hah? Apa? T-ten-tentu saja tidak bisa! I-itu kan tidak sopan!" Sahutnya gugup.
Jeremy mendesah kesal. "Panggil aku dengan nama!" Katanya penuh aura yang mampu mendominasi segala.
Buat Zenith menelan ludahnya dengan susah payah sambil mengangguk. "Baik tu– Jeremy..." Jawabnya.
༶
"Terimakasih, silahkan datang kembali!" Ucap seorang pelayan di kedai tersebut kepada calon pasangan kesayangan kita.
"Ah terimakasih atas traktirannya J-Jeremy..." Seru Zenith masih kaku.
Jeremy tersenyum dengan lebar. Berbeda dengan senyumnya yang biasa. Kini senyum itu tampak lebih tulus dan manis. Bahkan berhasil membuat kedua pipi sang gadis bersemu merah.
"Ya sama-sama, ayo kita keliling" sahutnya.
Setelah itu. Zenith dibuat tersentak. Telapak tangan besar Jeremy tiba-tiba menggenggam telapak tangan milik Zenith. Jeremy memang sempat menarik Zenith, namun itu dengan bagian pergelangan tangan.
'ayah... Pemuda ini aneh' seru Zenith.
Jeremy membawanya berjalan cukup jauh. Dan kini mereka berada dia suatu kedai yang tidak asing, kedai perhiasan yang kemarin mereka datangi.
Keduanya masuk, dan Jeremy melepas genggaman tangannya lalu segera berlari ke salah satu rak gelang di sana. Zenith mengikutinya perlahan.
"Kau mau belikan untuk silvia?" Tanya Zenith. Namun tak ada sahutan sama sekali dari sang lawan bicaranya.
Jeremy sibuk mencari-cari gelang yang telah lama menghantui pikirannya. Dan syukurlah impiannya datang malam itu.
Diambil satu gelangnya dan ia segera menarik Zenith ke depan kasir. Zenith memandangi pemuda itu dengan cukup terkejut.
Seusai pembayaran, "lepas gelangmu, pakai yang ini" ucap Jeremy tak sabar. Zenith mengerutkan dahinya dan menggeleng, "tidak mau!" Katanya.
Yang pria masih bersikukuh. "Ayolah, nanti gelangmu aku yang pakai!" Ucap Jeremy.
"Hah?" Seru Zenith bersama sang Paman penjaga toko.
"Hah?" Sahut Jeremy pada sang paman penjaga toko.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona dan Tuan Muda
FanfictionZenith yang sudah melepaskan diri dari yang lampau dan mulai menjalani hidupnya dengan santai. Tapi Jeremy dengan mudahnya masuk dan mengacau hidupnya, juga hatinya. Jeremy sendiri sudah bertekad untuk setia pada pilihan sang ayah, namun Zenith data...